Mulanya, Amazing Farm hanyalah bisnis sampingan Danny. Tapi, bisnis
pertanian aeroponik itu ternyata dengan cepat memiliki pasar sendiri.
Profesional di sebuah lembaga keuangan ini pun lantas memilih untuk
menjadi petani.
Hujan yang turun berhari-hari belakangan ini menimbulkan bencana
banjir dan tanah longsor di banyak tempat. Danny Kristian Rusli,
Presiden Direktur Momenta Agrikultura, ternyata juga prihatin dengan
musim hujan berkepanjangan ini. Sebagai pengusaha agribisnis, ia harus
segera mencorat-coret, membuat revisi atas pasokan dari sekitar delapan
hektare lahan yang dikelola bersama para mitranya. “Kalau hujan terus,
kan, enggak ada matahari. Jadi, proses fotosintesis terganggu, sayuran
kami bisa enggak panen,” tuturnya lancar.
Biarpun harus membuat revisi pasokan, Danny masih bisa tertawa lebar.
“Ya, itu salah satu risiko bisnis ini. Banyak faktor luar yang sangat
mempengaruhi, “sambungnya. Sejak 1998, Danny menggeluti agribisnis
dengan Momenta. Barangkali, Anda adalah salah satu konsumen sayur
keluaran kebun Momenta yang dikemas rapi dalam plastik serta ditempeli
merek Amazing Farm.
Sayuran produksi Momenta memang tidak bisa dijumpai di pasar basah
dan tradisional. Danny memasok ke hypermarket dan supermarket. “Sayur
seperti ini pasarnya terbatas di kalangan tertentu saja,” tutur Danny.
Maklum, harganya lumayan mahal. Soalnya, “Ongkos produksi aeroponik
tidak murah,” jelas Danny.
Kebanyakan sayur produksi Momenta adalah sayur-sayuran China, seperti
pakchoy, kailan, caisim, serta bermacam selada, misalnya lettuce dan
butterhead. Namun, Danny juga menanam kangkung dan bayam. Nah, biarpun
kangkung dan bayam Amazing ini harganya selangit dibandingkan dengan
sayur sejenis di tukang sayur keliling, namun pasokannya nyaris selalu
habis.
Kesuksesan Danny ini tentu tidak jatuh begitu saja, seperti hujan
dari langit. Ia berkisah bahwa bisnisnya dimulai semata karena kepepet.
“Waktu itu 1998 krismon, jadi di kantor juga enggak banyak kerjaan,”
kenang Danny yang saat itu bekerja sebagai GM Operasional di sebuah
lembaga keuangan bernama Finansia. Karena merasa kurang kerjaan, Danny
dan beberapa temannya lantas mencari kesibukan baru. Danny yang lulusan
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran lantas berpikir untuk bertani
saja.
Kebetulan, Danny dan teman-temannya mendapat pinjaman tanah seluas
2.000 m2 di Lembang. Danny tidak mau bercocok tanam begitu saja di lahan
tersebut. Ia berniat untuk mencoba bertanam modern dengan sistem
hidroponik. Bibit pertama yang ditanam adalah paprika. Namun, baru panen
pertama, Danny sudah merasa gagal. Soalnya, kata Danny, harga paprika
naik turun persis cabai. “Ketika menanam, harganya sedang tinggi. Tapi,
saat panen, harganya anjlok,” tuturnya. Bibit kedua yang ditanam, yakni
golden melon, juga dianggap gagal lantaran perawatannya sangat sulit.
Beberapa saat kemudian, ketika pergi ke Singapura, Danny diajak
seorang rekannya untuk menengok kebun di sana. Betapa kagetnya Danny
saat sampai di kebun yang dimaksud. Petani di situ rupanya mengembangkan
pertanian aeroponik. “Lahan mereka mahal, jadi menggunakan boks
bertingkat-tingkat,” ujarnya. Lagi pula, pertanian aeroponik tidak
menggunakan pestisida, makanya bebas hama. Tanaman ini juga lazim dijual
bersama akarnya, sehingga usia sayurnya lebih lama, sedangkan masa
tanam cenderung singkat.
Danny bak mendapat inspirasi. Ia bertekad mengembangkan pertanian
sejenis di Lembang. Tanpa buang waktu, Danny segera membangun greenhouse
serta memesan bak untuk menanam bibit. Danny mengaku tidak bisa
mencontoh 100% sistem di Singapura itu. Ia melakukan penyesuaian di sana
sini. Greenhouse, misalnya, cukup dibuat dengan konstruksi bambu.
“Pokoknya tertutup, sehingga hama tidak bisa masuk,” katanya. Danny juga
sempat kesulitan saat memesan boks. “Kalau yang di Singapura, mereka
bikin dengan tingkat presisi tinggi, jadi kuat dan tidak bocor,” sambung
Danny yang membelanjakan uang sekitar Rp 100 juta untuk langkah pertama
aeroponik ini.
Tanaman pertama yang dijajal Danny adalah kailan, kangkung, lettuce,
serta pakchoy. Panenan tersebut lantas dikemas rapi dengan plastik dan
ditawarkan ke Setiabudi Supermarket. Supermarket ini tempat belanja
kalangan atas dan orang asing di Bandung. “Sayur dengan kemasan begitu
ada added value-nya,” ujar ayah dua anak ini.
Danny juga menawarkan sayurannya ke beberapa pasar modern lain. Maka,
ketika permintaan bertambah, Danny pun harus memperluas lahan demi
memenuhi permintaan sayur tersebut. Ia lalu menyewa lahan lain seluas
1,5 hektare di Lembang. Di situ, Danny kembali mendirikan greenhouse dan
menanam bibit.
Amazing! Permintaan berdatangan, karena Amazing Farm sudah mulai
dikenal di hypermarket seperti Carrefour. Alhasil, Danny harus menambah
kapasitas produksi. “Soalnya, supermarket dan hypermarket itu ordernya
per hari, bukan mingguan atau bulanan,” tuturnya. Maklum, umur sayur
hijau begini berbeda dengan komoditas seperti cabai. Dalam waktu sehari
dua hari di suhu ruang, warna daun sudah akan berubah. Maka, tahun 2000,
Danny mulai membuka kemitraan dengan beberapa orang. Lahannya terdapat
di Cipanas, Cimande, dan Tapos. Lama kelamaan, mitra yang dirangkul pun
berkembang sampai ke Jawa Timur, Bali, hingga Malino di Sulawesi
Selatan.
Danny punya kiat khusus untuk menjaring mitra bisnis. Menurutnya,
sang mitra harus punya komitmen yang besar di bidang pertanian. “Bidang
ini enggak gampang, banyak faktor eksternal yang berperan penting,”
katanya. Ia tidak mau ambil risiko, jika ada mitra yang putus asa karena
panenan gagal, lantas mandek menanam lagi. “Saya yang susah, karena
sudah punya pasar yang harus diisi,” lanjutnya.
Agar hasil panenannya standar, Danny memasok sarana produksi seperti
bibit dan pupuk kepada para mitranya. Danny pun biasanya sudah punya
pasar sendiri, sehingga mitranya tak perlu pusing memikirkan ke mana
harus menjual panenan mereka.
Danny punya pengalaman sendiri soal cuaca. Saat tahun 2000, ada angin
besar yang bertiup di Lembang. “Karena konstruksinya sederhana, atap
greenhouse pada terbang,” kisah Danny. Alhasil, sayuran pun rusak dan
panenan gagal. “Kerugian, ya, besar sekali,” tutur Danny tanpa
menyebutkan angka. Ya, menurutnya, itulah kemalangan terdahsyat selama
menggeluti Momenta.
Selain itu, Danny pernah mengaku membuang sayuran karena harganya
sangat rendah. “Itu biasa. Saya yakin, semua petani pernah mengalami,”
kata dia.
Panenan gagal adalah bencana besar. Terutama, karena Danny harus
memenuhi pasokan ke pasar modern yang berjalan tiap hari. “Kalau
dimarahi sama mereka, ya, sering. Didenda juga pernah,” ungkapnya sambil
tersenyum. Karena panenan kerap tak bisa diprediksi, biasanya Danny
mengonfirmasikan pasokan ketimbang didenda belakangan. “Kalau mereka
minta 100 pak dan saya cuma bisa kasih 75%, saya akan beri tahu di
depan,” jelasnya.
Saat ini, kapasitas produksi sayur Momenta sekitar 20 ton sebulan. Di
luar sayuran aeroponik, belakangan, Danny juga kembali mengembangkan
tanaman hidroponik. Ia menjajal peruntungan di tomat buah serta paprika
lagi. Meskipun belum banyak, tomat buah Danny bisa kita jumpai di pasar
modern dengan merek Fresh.
Danny juga sudah menjajal ekspor sayuran ke Singapura, walaupun belum
rutin dan tidak dalam jumlah besar. “Setelah panen di Lembang, sayurnya
langsung kami kirim ke Singapura,” ujarnya.
Berpuluh tahun meniti karier di bidang keuangan, Danny Kristian Rusli
kembali ke habitatnya. Lelaki 43 tahun ini lulusan Fakultas Pertanian.
Namun, ia cuma pernah sekali bekerja di perusahaan agribisnis. Itu pun,
“Enggak di kebun, tapi di kantornya,” tutur Danny. Setelah itu, Danny
pindah ke Astra Credit Company, lantas hijrah lagi ke Finansia. Di
Finansia inilah ia punya sambilan bekerja sebagai petani di Momenta
Agrikultura.
Ketika Momenta sudah berjalan selama lima tahun, Danny pun memikirkan
hidupnya lagi. Ia berpikir bahwa harus sepenuhnya terjun di agribisnis,
jika ingin Momenta menjadi besar. Alhasil, tahun 2003, Danny
meninggalkan kursi empuknya sebagai general manager di Finansia dan
memilih untuk serius mengerjakan Momenta.
Keputusannya ini, menurut Danny, sama sekali tidak salah. Ia mengaku
suka menggeluti agribisnis. Keluarganya pun merestui pilihannya.
Anak-anaknya menjawab dengan enteng kalau ada yang bertanya apa
pekerjaan sang ayah. “Mereka bilang, bapak saya tukang sayur,” katanya
sambil tertawa.
Sumber : blogkage.wordpress.com
http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/wajib-tahu-ini-10-racun-paling.html
BalasHapushttp://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/kenalkan-lea-dan-ava-si-kembar-identik.html
http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/5-momen-mengerikan-di-film-film.html
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!