Rabu, 13 Februari 2013

Bisnis Bakpia Rumahan


Bakpia adalah makanan yang terbuat dari campuran kacang hijau dengan gula yang dibungkus dengan tepung lalu dipanggang. Saat kita menyebut nama bakpia, pastilah pikiran kita tertuju ke Yogyakarta. Di beberapa daerah di Indonesia, makanan yang terasa legit jika dimakan ini dikenal dengan nama pia atau kue pia.

Isi bakpia bisa menyesuaikan dengan keinginan konsumen di antaranya cokelat, keju, kumbu hijau, dan kumbu hitam. Bakpia yang cukup dikenal salah satunya berasal dari daerah Pathok, Yogyakarta.

Peluang usaha pembuatan bakpia skala rumah tangga kini bisa merambah ke skala industri. Entah sejak kapan bakpia mulai dibuat, yang jelas bakpia sangat lekat dengan kota Jogja. Rasanya yang legit karena terbuat dari campuran kacang hijau dan gula pasir lalu dibungkus dengan adonan tepung dengan sedikit minyak nabati.

Pilihan bahan alami dan racikan yang pas membuat bakpia menjadi oleh-oleh khas Jogja untuk orang-orang tercinta di kampung halaman. Dalam kondisi normal, ketahanan bakpia bisa sampai 1 bulan tanpa bahan pengawet dan penyimpanan dalam suhu ruang yang baik.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) DIY, sepanjang tahun 2007 sedikitnya 46 persen dari total 75.140 industri kecil di provinsi ini bergerak di bidang pengolahan makanan. Sebagian di antaranya adalah industri yang menghasilkan produk makanan bakpia.

Jumlah industri kecil pembuat bakpia sebenarnya relatif sedikit. Di seluruh DIY tercatat hanya ada 131 usaha kecil bakpia, tak sampai satu persen dari total 34.628 industri kecil makanan di provinsi ini

Salah satu sentra bakpia yang cukup populer adalah sentra bakpia Pathok. Untuk mencapai sentra bakpia ini tidaklah sulit. Jika anda saat ini berada di kawasan malioboro, cukup dengan Rp5000,- anda akan diantar becak pulang pergi, dengan membawa aneka rasa bakpia. Lokasinya yang cukup dekat dengan kawasan Malioboro menjadikan Pathok tak pernah sepi pengunjung.

Pathok adalah salah satu sentra bakpia yang cukup terkenal dari masa ke masa. Bahkan beberapa konsumen telah memiliki merek tertentu sebagai langganannya. Di sepanjang jalan KS Tubun ini setiap rumah memiliki usaha pembuatan bakpia mulai dari skala rumah tangga hingga skala industri.

Anda akan dengan mudah menemukan toko-toko penjaja bakpia di sekitar jalan tersebut. Merek dari bakpianya sendiri adalah nomor rumah yang dipatenkan. Jadi jangan heran saat anda membeli bakpia di rumah nomor 25 maka merek bakpianya juga 25, rumah nomor 75 dengan bakpia 75 atau bahkan nomor rumah 175 dengan bakpia 175.

Bakpia Kurnia 747

Dalam persaingan penjualan Bakpia Pathuk yang begitu ketat (sepanjang jalan KS Tubun kurang lebih 800 m hampir semua jualan Bakpia) ada sebuah merek Bakpia yaitu Bakpia Kurnia yang mempunyai nilai kompetitif tersendiri.

Usaha bakpia ini digeluti Subardini, warga asli Pathok dari tahun 92. Pada awal memulai usaha ini, Ibu subardini tidak hanya membuat bakpia, tetapi juga membuat yangko. Namun dengan bertambahnya pesanan dari pelanggan, ibu yang akrab dipanggil bu Dini ini, mengoper usaha yangkonya ke adiknya.

Bertempat dikawasan sentra, satu wilayah disepanjang jalan KS. Tubun, tak membuat bu Dini kesulitan dicari oleh para penikmat bakpia dari dalam ataupun luar kota.

Produk dengan label Bakpia Kurnia 747 ini diakuinya mempunyai keunggulan dibandingkan yang lainnya. Selain pemilihan bahan baku yang berkwalitas, yang dibelinya di salah satu unit dagang di jalan KS. Tubun, bakpia Kurnia memiliki ukuran yang agak lebih besar dengan isi yang padat namun kulit yang tipis. Isinyapun bulat seragam karena hasil cetakan bukan bentukan dari tangan.

Dengan harga Rp.13.000,- kita sudah bisa merasakan bakpia isi kacang hijau, 20buah perdusnya atau bakpia kering dengan isi 15buah. Bakpia Kurnia selain dicari oleh pelanggannya dari dalam kota juga sudah mempunyai banyak pelanggan dari Kalimantan, Papua, Bengkulu bahkan sudah pernah dikirim keluar negeri.

Padahal promosi yang dilakukan belum begitu banyak dan hanya cerita dari mulut ke mulut orang saja. Kerepotan, satu hal itulah yang dirasakan bu Dini jika mendapat banyak pesanan.

Sumber : jpmi.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar