Rabu, 31 Juli 2013

Sukses Makanan Tradisional

Salah satu makanan tradisional yang cukup popular di Indonesia adalah pisang goreng. Menu yang akrab bersanding dengan minuman hangat seperti kopi atau teh ini, cukup mudah ditemui di mana saja. Selain karena cara pembuatannya yang tidak begitu sulit, pisang goreng adalah salah satu jenis jajanan yang dijual hampir diseluruh pelosok nusantara. Namun tak bisa dipungkiri juga, pisang goreng bukanlah termasuk jenis makanan yang mewah dan memiliki nilai jual yang tinggi. Hal itulah yang coba diubah oleh Ery Ashonk dengan pisang goreng Ta B’nana, kreasinya. Dengan inovasi produk dan kemasan, Ery mencoba menaikan kelas pisang goreng menjadi jajanan yang cukup modern yang kaya akan rasa.

Dengan kreativitasnya Ery mendesain pisang gorengnya dengan aneka bentuk, seperti dipotong melintang, memanjang, dan sebagainya. Dari sinilah lahir pisang goreng berbentuk chip, stick, dan sebagainya. Ery juga menawarkan produknya dalam bentuk kemasan seperti kemasan kentang goreng di jaringan restoran fast food internasional. Kini, dengan brand Ta B’nana, Ery telah melebarkan pasar bisnisnya dengan memiliki 30 gerai penjualan.

Khususnya untuk pelanggan di Jakarta, pisang goreng Ta B’nana bisa dijumpai di beberapa gerai yang selalu dipadati pengunjung. Seperti gerainya di Kelapa Gading, Jakarta Utara yang per harinya bisa menjual sekitar 200an pisang goreng. Selain itu, gerai pisang goreng Ta B’nana juga bisa dijumpai di Bintaro, Jakarta Selatan dan bandara Soekarno Hatta.

Ery pertama kali berjualan pisang goreng Ta B’nana tahun 2005.  Ide berjualan pisang goreng ini sebenarnya berangkat dari pertemuan dengan kenalannya yang memiliki kebun pisang di Pontianak. Pria berusia 52 tahun ini melihat banyak sekali pisang yang terbuang atau untuk makanan ternak.Lalu ia dan istrinya, Mia, berfikir untuk mengolah pisang-pisang itu agar memiliki nilai tambah lebih. Kebetulan keluarga Ery suka makan di restoran ayam goreng. Dari sini lalu timbul pemikiran untuk mengolah pisang menjadi seperti ayam goreng, renyah, dan garing.

Dari riset kecil-kecilan maka lahirlah pisang goreng Ta B’nana. Kelebihan pisang goreng Ery karena kadar minyak gorengnya rendah sehingga tidak menodai pembungkusnya atau lengket di tangan. Selain itu juga tahan lama kerenyahannya, bisa sampai bertahan hingga 3 jam.

Ada pun pisang yang digunakan untuk membuat pisang goreng Ta B’nana adalah pisang gepok. Setelah disayat tipis-tipis menjadi 4-7 potong, pisang dibentuk menyerupai kipas. Kemudian diberi tepung lalu digoreng. Hanya saja untuk pisang goreng Ta B’nana hasil ‘modifikasi’ baru ini, dua potong pisang ditumpuk menjadi satu, sebelum akhirnya digoreng. Umumnya orang membuat pisang goreng dibuat setipis mungkin. Ery kebalikannya, pisang goreng harus besar dan ada wujud pisangnya.

Hal lainnya yang membedakan pisang goreng Ta B’nana adalah proses menggorengnya. Pisang goreng Ta B’nana digoreng dua kali. Bahkan agar lebih garing, ada yang digoreng 3 kali. Setelah diberi tepung dan dilumuri dengan tepung kering, pisang digoreng setengah matang. Setelah itu baru digoreng kembali untuk membuat garing pisang bagian dalamnya. Sebelumnya minyak dikasih daun pandan agar pisang goreng jadi wangi.

Dalam mengenalkan prodaknya, Ery tidak lantas mengalami kemudahan. Ia pun harus berjualan dari pintu ke pintu, untuk memperkenalkan pisang goreng kreasinya. Per harinya ia hanya mampu menjual 20 potong pisang goreng. Pembeli umumnya tidak terlalu familiar dengan bentuk pisang goreng kreasi Ery yang beda dengan pisang goreng pada umumnya.

Perlahan tapi pasti, prodaknya mulai dikenal dan disukai oleh masyarakat. Ery pun memberanikan diri untuk menyewa kios di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Respon masyarakatpun sangat baik. Pisang goreng kreasi Ery ternyata digandrungi oleh masyarakat, khususnya kalangan anak muda. Ery pun melihat potensi bisnis ini, dan mengarahkan pasarnya kekalangan anak muda dengan menciptakan inovasi produk dan kemasan yang trendi dan gaul.

Untuk melebarkan sayap bisnis, Ery pun menawarkan bisnis pisang gorengnya kepada calon mitra yang tertarik untuk bekerjasama. Investasi yang ditawarkan pun cukup terjangkau. Untuk tipe booth ditawarkan dengan investasi Rp 6.500.000 (indoor) dan Rp 7.500.000 untuk tipe outdoor. Harga tersebut sudah termasuk joining fee selama 2  tahun beserta peralatan penggorengan.

Meskipun kini sudah banyak kompetitor lain yang juga menawarkan produk serupa, Ery merasa tidak takut akan tersaingi. Ia percaya, produk pisang goreng Ta B’nana miliknya kini telah memiliki pelanggan yang loyal dan percaya akan kualitas produk miliknya. Dengan produk pisang goreng Ta B’nana, Ery yakin makin banyak lagi produk tradisional yang bisa bersaing secara moderen, dan bisa membuka celah usaha bagi calon wirausahawan yang tertarik untuk terjun di bidang kuliner. 

Sumber : wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar