Selasa, 25 Juni 2013

Martin Sorrell, Bos Perusahaan Periklanan Terbesar di Dunia

Martin Sorrell adalah CEO WPP, perusahaan periklanan dengan pendapatan terbesar di dunia dan memiliki lebih dari 2.400 cabang di 107 negara. Ia berpengalaman melewati masa-masa sulit saat harus melepas pegawai dan menyatukan perusahaannya kembali setelah sejumlah proses akuisisi.

Pada 1985, ia meninggalkan Saatchi dan berinvestasi di sebuah perusahaan publik kecil bernama WPP. Ia jadi CEO di sana. Pada usia 40 tahun ia belum pernah memegang perusahaan sendiri, jadi ia menganggap bahwa ini adalah kesempatan emas. Delapan belas bulan berada di WPP, ia pun memutuskan untuk membeli J. Walter Thompson, sebuah perusahaan periklanan yang besarnya 13 kali lipat lebih besar daripada perusahaannya sendiri. “Kami membayar $525 juta. Gampang saja, saya tak punya bayak hal untuk dipertaruhkan, jadi merasa tak ada ruginya,” ungkapnya.

Setelah WPP berkembang jadi lebih besar, ia menghadapi berbagai pilihan sulit, salah satunya adalah masalah sumber daya manusia. “Hal yang paling berat adalah melepaskan mereka. Sangat tidak menyenangkan. Sulit mengajak semua orang bermain di tempat yang sama. Setelah akuisisi, beberapa orang tidak ingin berada di posisi terakhir mereka,” akunya.

Ia juga mengakuisisi perusahaan yang dulunya menjadi pesaing, seperti Ogilvy, Grey, serta Y&R. Suatu langkah yang cukup berani. Namun kendalanya hampir selalu sama. Sulit bagi para pesaing untuk saling berkolaborasi. Pergantian sumber daya manusia terus terjadi, hingga masuk ke generasi ke dua. Walaupun banyak orang-orang baru di generasi baru itu, namun tantangan tetap ada.

“Ketika membeli sebuah perusahaan, kami selalu menganggapnya membeli seluruh tim. Periklanan dan komunikasi adalah bisnis yang melibatkan orang-orang. Tentu orang-orangnya datang dan pergi, dan mitra bisnis dapat berubah, terutama ketika mereka telah menjadi lebih kaya,” ujarnya.

Ia mengaku menghabiskan $9 miliar setahun untuk mengurusi masalah sumber daya manusia. Namun sayangnya ia tak mengevaluasi investasi tersebut. Dalam bisnis periklanan, yang lazim terjadi, jika perusahaan membutuhkan orang, perusahaan akan membajak mereka. Ia pun menyadari bahwa industri ini tidak akan bertahan lama jika kebiasaan semacam itu terus dipertahankan.

Baginya, WPP adalah bisnis yang telah mendarah daging dan sangat personal. Ia telah melihat proses pembangunannya sejak awal. “Siapapun yang nantinya duduk di posisi saya, tidak akan memimpin dengan cara yang sama. Saya tidak bilang mereka lebih buruk, tapi mereka tidak punya kedekatan emosional yang sama seperti yang saya rasakan,” ungkapnya.

Sumber : Suksesberwirausaha.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar