Kamis, 31 Januari 2013

Cerita Sukses Mc.Googan


Ketika masih remaja, Michael McGoogan banyak mendapatkan panggilan bila teman atau sanak keluarga memerlukan bantuan untuk mengotak-atik komputer.

Sepuluh tahun kemudian, pemuda Australia ini memiliki perusahaan dengan omzet jutaan dollar dengan ambisi menjadi perusahaan global.

Sekarang berusia 25 tahun, McGoogan mendirikan usahanya—yang sekarang bernama UberGlobal—ketika masih berusia 14 tahun di Canberra, setelah mendapatkan banyak permintaan dari berbagai kalangan untuk membuat situs atau mengajarkan cara bagaimana "bermain" internet.
"Saya dengan cepat menyadari bahwa saya bisa mendapatkan uang 500 dolar untuk membantu bisnis kecil membuat situs, dan kemudian 20 dolar setiap bulan guna menjalankannya," kata Mc Googan seperti dilaporkan situs smh.com.au

Dalam enam bulan pertama, McGoogan memiliki 500 klien, dan sadar bahwa dia tidak mampu melakukan semuanya sendirian. Karena itu, dia kemudian menyerahkan "kerjaan" membuat situs kepada teman-temannya, dan konsentrasi ke webhosting, yang sampai sekarang fondasi bisnis UberGlobal.

"Itu terjadi di awal dimulainya industri internet, dan saya beruntung berada di saat yang tepat dan bisa memberikan jasa pelayanan yang diinginkan oleh banyak orang," kata McGoogan mengenai keberhasilann bisnisnya.
Menurut laporan koresponden Kompas di Australia L Sastra Wijaya, ketika berusia 16 tahun, McGoogan mendapatkan kontrak pertama dari Pemerintah Australia, yaitu Otoritas Sungai Murray-Darling Basin.

Namun, sebagai lembaga pemerintah mereka tidak bisa berhubungan dengan bisnis individu. Oleh karena itu, McGoogan harus mendirikan bisnis resmi. Karena baru berusia 16 tahun, dia tidak bisa menjadi direktur perusahaan, dan menemukan solusinya ketika tetangganya, Michael Mossop, seorang pensiunan pegawai negeri, bersedia menjadi direktur dan menguasai saham McGoogan sampai dia berusia 18 tahun.

Mossop merupakan satu dari beberapa orang dewasa yang memberikan dukungan penuh kepada McGoogan. "Saya percaya penuh dengan modal bisnis saya, dan bisa menjual kepada orang-orang yang saya temui," kata McGoogan.

Mossop meminjamkan modal 15.000 dollar (sekitar Rp 150 juta) guna menambah modal yang sudah dikumpulkan dari sanak keluarga lain dan Mossop sekarang masih bekerja untuk UberGlobal.
Di saat bisnisnya terus berkembang, McGoogan masih juga bekerja selama 20 jam seminggu di sebuah kedai kebab Ali Baba dan sekolah penuh waktu. Dia mendapatkan dispensasi dari gurunya untuk bisa membawa HP ke dalam kelas sehingga bisa menerima telepon setiap saat webhosting yang adalah bisnis 24 jam.

"Para pelanggan saya banyak yang tidak tahu saya masih sekolah," kata McGoogan. Pada 2005, UberGlobal membeli perusahaan saingan yang lebih besar, Aussie Hosts, dan menjadi bertambah besar.

Ayah McGoogan, seorang pensiunan polisi federal Australia, setuju untuk mengagunkan lagi rumahnya sehingga putranya bisa menghabiskan 150.000 dollar (Rp 1,5 miliar) guna membeli perusahaan saingannya. Itu adalah akuisisi pertama dari beberapa yang dilakukan UberGlobal, yang sekarang memiliki omzet 13,3 juta dollar pada 2011, dan sekarang merupakan perusahaan webhosting ketiga terbesar di Australia.

McGoogan masih merencanakan membeli perusahaan lain lagi, yang segera membuatnya menjadi perusahaan webhosting terbesar di Australia. McGoogan sekarang adalah direktur eksekutif dan manajer pelaksana UberGlobal dan mengatakan akan tetap di posisi tersebut sepanjang dia merasa dia orang terbaik di sana.

Tiga dari teman sekolahnya masih bekerja di sana dan McGoogan masih senang menghabiskan waktu dengan keluarga dan pacarnya.

Di usia 18 tahun, McGoogan sudah membeli rumah sendiri dan baru-baru ini dia membeli mobil mewah Mercedez seharga 250.000 dollar (Rp 2,5 miliar). Dia masih memiliki saham 13,5 persen di UberGlobal dan sanak keluarga serta teman-temannya memiliki saham sekitar 20 persen.

Sumber : biisniskeuangan.kompas.com

Bisnis Makanan Ringan


Camilan yang beredar di pasaran banyak sekali ragamnya, dari yang bikinan pabrik besar sampai bikinan industri rumahan. Dan sebagian besar mengandung zat aditif kimia tambahan. Kalau zat tersebut memang diperuntukkan untuk makanan tentunya tidak masalah asalkan sesuai ambang batas yang diizinkan. 

Vetsin atau MSG adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan cita rasa makanan. Padahal sebenarnya dengan bumbu bumbu natural dari alam sudah cukup bisa membuat makanan menjadi enak dan gurih. Hanya saja MSG sangat murah harganya. Jadi sering dipakai oleh pelaku industri makanan untuk menguatkan rasa produk mereka dengan biaya sekecil mungkin. Dibanding dangan pemakaian bumbu natural alami, pasti biaya pemakaian MSG lebih murah.

Keripik adalah salah satu produk makanan ringan yang sering ditambahkan MSG di dalamnya, terutama keripik dengan cita rasa yang asin, misal keripik tempe, keripik jamur, keripik singkong, dan lain-lain. Karena bahan utama keripik tersebut bercita rasa tawar, industri makanan berinovasi dengan menambahkan perasa. Jadi selain MSG, bahan kimia yang ditambahkan bisa berupa perasa buatan, pewarna makanan, serta pengawet makanan.

Meskipun bahan bahan kimia tambahan tersebut diizinkan penggunaannya dalam batas tertentu, tetap saja jika dikonsumsi di atas ambang batas akan menimbulkan gejala penuruan kesehatan. Terlebih lagi kita tidak bisa memantau, apakah suatu makanan yang kita konsumsi mengandung bahan kimia atau tidak. Karena kadang pabrikan terutama industri makanan rumahan tidak mencantumkan komposisi produknya secara lengkap.

Untuk mengisi kebutuhan konsumen yang peduli dengan makanan ringan yang sehat, Dyah Purana yang selama ini malang melintang dalam bisnis online-nya Aremafood.Com, menciptakan produk keripik tempe dan jamur bebas MSG. Keripik tempe tersebut sangat terkenal di Malang, tapi kebanyakan produk keripik tersebut menggunakan MSG, dan bahan perasa tambahan kimia lain.

Dyah bereksperimen membuat keripik tempe non-MSG rasanya tidak kalah enak. Karena masyarakat awam kebanyakan berasumsi, keripik tanpa MSG pasti rasanya hambar. Dengan penambahan bumbu bumbu alami yang memang dipakai sebagai bumbu adonan tepung keripik tempe, rasanya tetap enak meski tanpa MSG. Tapi rasa gurihnya memang tidak setajam jika menggunakan MSG, ini gurihnya 'mild', dan tidak bikin eneg.

Keripik tempe dari kota Malang terkenal dengan aneka rasa, selain rasa original ada aneka rasa barbeque, balado, keju, dan sebagainya. Kemudian Dyah berkesperimen lagi untuk membuat perasa dari bahan alami, seperti misalnya rasa keju. Bumbu keju bisa dibikin dari keju bubuk ditambah protein whey untuk menguatkan rasa kejunya. Jadilah keripik tempe dengan perasa keju alami. Memang produk akhirnya menjadi agak mahal, tapi tidak berefek negatif bagi kesehatan jangka panjang.

Selain keripik tempe, Dyah juga membuat keripik jamur tiram. Tempe dan jamur tiram adalah bahan makanan yang mudah didapat dan kaya akan protein. Dyah memasarkan produknya di toko online Aremafood.Com miliknya, selain melalui agen-agennya yang tersebar di kota kota besar. Jakarta adalah yang tertinggi menyerap hasil produksinya.

Kane Kane adalah nama yang diciptakan sebagai merek produk keripik tempe dan jamur tiram tersebut. Orang asli kota Malang pasti paham apa arti Kane Kane. Malang terkenal dengan bahasa lokalnya 'boso walikan', yaitu bahasa lokal yang membalik cara baca dari belakang. Kane Kane artinya adalah Enak Enak. Cocok dengan online store milik Dyah yang lebih dulu eksis Aremafood.Coma yang diambil dari kata Arek Malang.

Dyah memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter untuk mengenalkan produknya. Pelanggannya kebanyakan adalah orang kantoran yang terbiasa berbelanja online dan melek internet. Tren berbelanja online sudah semakin meningkat belakangan ini. Karena memudahkan konsumen menjangkau produk yang secara geografis jauh dari lokasi tempat tinggalnya.

Sumber : ciputraentrepreneurship.com

Bisnis Pakaian Muslim


Dara bernama Aldila Rizqi Eistya (22) ini punya hobi shopping yang tak bisa dikontrol. Apabila sedang berada di pusat perbelanjaan, setia kali melihat ada koleksi pakaian muslim dan produk fashion lainnya, Dila selalu lapar mata. Kadang  apa yang dicari tidak sesuai dengan kebutuhan. Akibatnya, banyak produk yang dibelinya tidak terpakai.

Dari situ, muncullah ide Dila, untuk bikin brand sendiri terutama untuk koleksi baju muslim dan baju-baju remaja dengan memakai brand Back To Basic. Berbagai produk fashion yang dijualnya mulai dari baju, celana, pashmina hingga aksesoris. Dila mengangkat busana-busana muslim karena menurutnya saat ini tampilan busana muslim makin bergaya dan fashionable. Tapi bukan berarti Dila mengekor dari trend yang sudah ada, ia berusaha menciptakan trend baru busana muslim.

“Aku lagi populerin cardigan jumpsuit ala Timur tengah. Jadi model baju one piece muslim cuma aku tambahin cardigan untuk luarnya, terus kerudungnya ada yang menyatu dengan cardigan tapi ada juga yang terpisah,” ucap Dila seperti dilansir Tribun Jogja.

Desain dan pola untuk baju ia buat sendiri bersama adik sepupunya Rilla Hayatun Nifa (18), yang dibuat dengan ide dan kreasi sendiri, sehingga tidak menyamai produk lain. Proses produksinya tidak begitu sulit, setelah menggambar pola Dila langsung mengaplikasikan pada kain. Ia menggunakan katun rayon dengan warna abu-abu, coklat dan peach karena dirasa memang sesuai dengan  produk yang diinginkan. 

"Terus aku jahitkan di konveksi, sebulan aku targetkan bisa jadi 36 helai baju, dimana tiap style yang berbeda aku sediakan 6 pieces stok,” ucap gadis kelahiran 15 Desember 1989 ini.

Mahasiswa Fakultas Hukum UII ini mengaku saat membuka usaha ini 2 bulan yang lalu, ia hanya perlu mengeluarkan modal sebesar Rp750 ribu. Modal itu dipakainya antara lain untuk membeli kain, membayar konveksi dan juga menciptakan brand image produk. Bagi Dila sebetulnya tak sulit kalau memang mau memulai usaha, yang terpenting itu harus ada kemauan dan tekad.

“Kebetulan aku dari dulu sudah ada jiwa bisnis, suka titip jual baju ke teman-teman, jualan kripik Maichi, pokoknya apa aja udah dicoba, tapi untuk yang kali ini aku mau serius,” ujar cewek asal Kalimantan ini.

Soal pemasaran, dikatakan Rila sistem yang digunakan adalah dengan cara titip jual ke butik temannya di House of Dina, di daerah Gejayan. Selain itu, dia mempromosikan setiap trend terbaru melalui jejaring sosial twitter. Menurutnya, saat ini twitter menjadi alat komunikasi terbagus untuk berjualan. “Responnya bagus sih kemarin yang edisi pertama sudah habis barangnya, ini kita lagi produksi lagi yang baru,” ucap Rila yang juga mahasiswa UII jurusan Ekonomi.

Produknya dijual mulai harga Rp200 ribu (atasan kaos) hingga Rp400 ribu (cardigan jumpsuit). Bagi yang ingin mendapatkan produk baju Back To Basic bisa datang ke House of Dina di Jalan Gejayan, Yogya. Dila menjamin produknya berkualitas dan sebanding dengan harganya.

Sumber : ciputeraenterpremeur.com

Pengusaha Thailand


Film produksi Negeri Gajah Putih, The Billionaire, menceritakan kisah nyata lika-liku jatuh bangunnya seorang pengusaha (entrepreneur) muda bernama Aitthipat Kulapongvanich (Pachara "Peach" Chirathivat) atau lebih dikenal dengan nama "Top" Aitthipat. 

Sebenarnya, Aitthipat merupakan seorang anak orang kaya. Namun pada usia 16 tahun, ia begitu terobsesi dengan permainan game online yang mengakibatkan nilai-nilai mata pelajaran sekolahnya merosot. Karena ia sudah tak lagi memiliki hasrat untuk meneruskan sekolahnya, pada usia 17 tahun, Aitthipat dropout dan memutuskan diri untuk menjadi penjaja kacang. 

Walau dengan modal pengalaman yang amat minim hingga sering ditipu dan kerja sangat keras, usaha menjual kacang ini tak membuahkan hasil dan justru membuatnya kian terpuruk. Saat usia Aitthipat genap 18 tahun, keluarganya bangkrut dan meninggalkan utang sebesar 40 juta baht. 

Kondisi ini menggiring keluarganya untuk eksodus ke luar negeri untuk mencari peruntungan dan membangun kembali bisnisnya. Namun Aitthipat memutuskan untuk tidak mau ikut serta dengan keluarganya hijrah ke luar negeri. Hingga pada usia 19 tahun, dia tergerak untuk menciptakan camilan rumput laut yang ia beri nama Tao Kae Noi. Dengan sigapnya, ia lalu mencoba menjual camilan rumput lautnya hingga ia sukses merambah di gerai-gerai sekitar 3.000 cabang 7-Eleven di Thailand. 

Karena camilan ini amat disukai oleh banyak orang di sana, kini, pada usia yang ke-26, Aitthipat menjadi produsen camilan rumput laut terlaris di Th ailand dengan omzet hingga 800 juta baht per tahun, dan saat ini ia telah mempekerjakan 2.000 pekerja. 

Kerajaan bisnisnya ini justru telah bisa membayar utang keluarganya yang bernilai 40 juta bath. Inspirasi kisah nyata hidup Aitthipat yang luar biasa ini kini difi lmkan untuk bisa menggugah semangat entrepreneurship di negeri Thailand.

Film yang Menginspirasi 
Studio Gmm Tai Hub (GTH) memang merupakan salah satu studio film Thailand yang dikenal sering membuat film-film bernuansa generasi muda yang kreatif. The Billionaire merupakan salah satu film yang gemilang di Thailand karena memiliki nilai inspiratif yang memacu jiwa kewirausahaan anak muda negeri ini, yang juga layak untuk kita apresiasi dan tonton sejarah perjuangannya. 

Film ini diarahkan oleh sutradara Songyos Sugmakanan, yang berhasil meraih anugerah Crystal Bear pada Berlin International Film Festival 2006 untuk kriteria Best Feature Film, Crystal Simorgh pada Fajr Film Festival untuk kriteria Best Director bagi film berjudul Dorm (2006), dan sejumlah penghargaan internasional lainnya. 

Sementara itu pemeran utamanya, Pachara "Peach" Chirathivat, merupakan aktor muda kelahiran 10 Mei 1993 yang dikenal telah membintangi film SuckSeed (2011). Peran sebagai Aitthipat cukup mewakili kisah nyata gejolak kehidupan pengusaha muda ini, walau masih belum sempurna. Film dengan durasi 120 menit ini, walau diselingi drama percintaan dan komedi komikal, amat menggugah karena pesan yang coba diangkat berhasil diciptakan melalui film ini. 

Nah, jika Anda mampir ke gerai 7-Eleven terdekat dan menemukan camilan bermerek Tao Kae Nai yang konon artinya Pengusaha Muda ini, pastinya Anda akan kembali mengingat film ini. Jika ada produser film Indonesia yang tertarik mengadaptasi kisah sukses film kewirausahaan produksi Thailand ini, tak ada salahnya meniru, apalagi sudah ada juga pengusaha muda yang sukses memproduksi bisnis camilan seperti keripik Ma Icih yang juga unik dalam metode strategi pemasaran.

Sumber : koran-jakarta.com

Sukses Wirausaha Makanan


Begitu banyak cerita kisah sukses wirausaha-wirausaha yang memulai kariernya dari nol. Mereka berjuang selama bertahun-tahun untuk membangunkan usahanya. Mereka berusaha keras dan tahap demi tahap membuat usahanya menjadi semakin maju. Untuk mempertahankan usahanya dalam dunia persaingan dibutuhkan kecerdasan dan keinginan yang kuat untuk tetap bertahan di dunia usaha itu sendiri. Keuletan dan tekad merupakan modal utama dalam menjalankan usaha yang ingin dikembangkan. Kisah-kisah mereka inilah yang bisa kita jadikan panutan dan inspirasi bagi masyarakat agar terdorong rasa keinginan untuk membuka usaha yang bisa menguntungkan banyak orang.
Salah satu dari sekian restoran tradisional tersebut yaitu Dapur Solo (DS). Rumah makan yang terletak di kawasan Sunter ini menyajikan aneka makanan Jawa, khususnya dari Solo. Makanan tradisional yang bervariasi di restaurant Dapur Solo ini merupakan tujuan untuk memopulerkan aneka makanan yang pada saat ini cenderung merupakan makanan barat seperti Burger, Hotdog, Pizza, Pasta dan masih banyak makanan barat lainnya. Pengusaha Dapur Solo ini dalam membangun usaha makanan tradisional, benar-benar dimulai dengan keringat dan tekad yang keras. Banyak usaha-usaha yang bisa kita ciptakan untuk membuat diri kita menjadi semakin mandiri. Dampak positifnya dalam membangun usaha ialah terbukanya lapangan kerja bagi orang lain, membangun perekonomian banyak orang dan membantu perekonomian negara. Kita lihat salah satu keberhasilan ekonomian karena adanya usaha-usah ayang dirintis masyarakat negara Indonesia yang sadar akan perlunya membangun sebuah usaha untuk kelangsungan hidup mereka dan orang lain.
Bagaimana kisah perjuangan Swandani Kumarga dalam membangun usahanya yang dirintis dari nol ini? Sejauh mana pemilik Dapur Solo berhasil mempopulerkan makanan tradisional disini? Apa kiat-kiat sukses yang Swandani Kumarga berikan terhadap masyarakat banyak? Bagaimana pula ia berhasil menyaingi saingan-saingannya dalam kancah dunia bisnis?
Untuk menjawab persoalan diatas, mahasiswa Jurnalistik FIKOM UNPAD, Eka Harumi Sediaswati mewawancarai narasumber yang berkaitan dengan topik saya yaitu Ibu Swandani Kumarga, Pemilik Dapur Solo, di Restaurant miliknya Dapur Solo, Sabtu (29/12) pada 11.45 siang. Dapur Solo yang terletak di Jl Danau Sunter Utara Blok R-35, Jakarta Utara, yang bertempat tinggal tak jauh dari restaurantnya di Jl Danau sunter Utara Blok R-21, Jakarta Utara, Ia juga mempunyai cabang di daerah Melawai, Jakarta Selatan.
Berikut petikan wawancara dengan Ibu Swandani Pemilik Dapur Solo.
Sudah sejak kapan anda memulai usaha ini?
Dari awal mulanya pada tahun 1986-an. Waktu anak saya baru lahir.
Siapa yang menginspirasikan Anda terhadap usaha ini?
Awalnya bukan terinspirasi, tetapi karena ingin membantu suami untuk mencari uang, kan uang tidak harus dari kantong suami, karena saya hobi makan rujak juga yah. Jadi pertama kali saya menjual rujak dulu. Bertahap gitu.
Dimana Anda pertama kalinya memasarkan produk ini?
Dari rumah ke rumah, Door to door, tetangga lewat mulut ke mulut. Dengan selembaran. Hanya berawal dari garasi rumah, hanya dapur rumah. Sebenarnya niat saya cuma ingin menjual rujak, akhirnya saya coba-coba, lalu menulis saya dikertas A4 dan dibagi dua, tulisannya juga hanya menyediakan rujak dan es jus. Hanya rujak dan es buah saja yang saya jual waktu itu.
Berapa modal yang Anda keluarkan untuk membuka usaha ini?
Modal saya hanya Rp 100rb, waktu itu Rp 100rb hanya bisa mendapatkan gilingan es, buah-buahan, juga kurang lebih gelas 2-3 lusin. Orang bilang usaha harus pake modal besar, tetapi bagi saya modal tekad, niat, ulet dan keberanian. Menurut saya ini yang menjadi modal dasarnya.
Pertama kalinya tanggapan masyarakat terhadap produk Anda?
Mereka tadinya menganggap hanya main-main, tetangga juga hanya kasian. Tetapi saya tidak malu, karena saya tidak mencuri. Usaha saya juga mendapatkan respon positif dari anak sekolah, tetapi saya tidak malu, orang duit yang saya dapatkan halal. Kalau kita semua dijalan yang benar ngapain malu. Pada dasarnya kita tidak perlu malu untuk memulai sebuah usaha.
Bisa menceritakan tentang keluarga Anda?
Keluarga saya, kebetulan latar belakang orang tua saya memang dagang sembako. Kalau orang bilang ada bakat turunan, padahal menurut saya bukan bakat, karena sebenarnya semua orang mempunyai bakat, tinggal orang tersebut ingin menggali bakat tersebut atau tidak.
Sejauh mana keluarga Anda men-support usaha yang Anda lakukan sekarang?
Keluarga saya sangat men-support sekali usaha saya ini, terutama suami saya sangat membantu. Karena biasanya perempuan mempunyai usaha dirumah bisa sambil mengurus anak. Dulu suami saya bekerja sebabgai proyek manager, tetapi akhirnya kita berdua membangun usaha ini bersama-sama, hingga menjadi sebesar ini. Anak saya perempuan, umurnya 24 tahun. Saya hanya memiliki satu putri yang bekerja di HSBC. Semua ini, usaha dan keluarga telah diberkati oleh tuhan. Dan karena Tuhan telah memberikan kepercayaan kepada kita.
Motif apa yang anda miliki sehingga memilih untuk membangun sebuah usaha ini?
Karena kita ingin mempopulerkan makanan tradisional, dan ingin mempertahankan budaya makanan indonesia, membuat makanan tradisional sejajar dengan makanan lainnya. Obsesi saya hanya itu. Ingin mengangkat makanan tradisional dan mengalahkan makanan barat.
Bisa ceritakan lebih detail lagi awal mula adanya usaha ini?
Selangkah demi selangkah saya kerjakan dengan tekun. Akhirnya setelah ditekuni selama 5 tahun, usaha ini menjadi lebih besar. Omset awal hanya Rp10rb. Mulai setiap bulan mengalami peningkatan, omsetnya mencapai Rp50rb sampai Rp100rb perhari dan saya juga mempunyai target, jadi setiap bulannya harus mengalami peningkatan. Suka dukanya, jika masyarakat bosan dengan hanya variasi makanan yang itu-itu saja. Akhirnya saya menambahkan gado-gado sebagai inovasi baru terhadap makanan. Hanya melihat pembuatan gado-gado, kita mencoba-coba. Testernya suami dan tetangga. Intinya selalu berdoa, kalau mendapatkan ide, pasti mencoba ide baru itu. Karena tester tersebut berhasil, akhirnya kita memasukan gado-gado sebagai menu baru kita.
Sudah berapa banyak cabang yang anda dirikan?
Punya 1. Saya ada cabang di Daerah Melawai, Jakarta Selatan. Saya tidak mau latah karena wirausaha-wirausaha yang sudah sukses membuka banyak cabang karena ingin menjadi semakin terkenal.
Dalam persaingan dunia bisnis, sejauh mana anda bisa menyaingi wirausaha-wirausaha lainnya?
Bagi saya tidak merasa ada saingan. Saya menganggap semua teman untuk saling mengembangkan. Kalau merasa saingan, kita bertekad untuk mengalahkan. Saingan adalah sahabat. Bersaing dalam kreativitas. Setiap orang berbeda-beda cara mengembangkan usahanya. Tetapi tergantung bagaimana kita merangkul semuanya menjadi teman. Kalau persaingan semakin banyak, itu berarti perekonomian negara kita semakin terangkat. Banyaknya lapangan kerja yang senakin banyak terbuka. Dan kita bersaing secara sehat dan secara kreativitas. Tidak ada sirik atau iri terhadap pesaing lain.
Pernahkah Anda mengalami kegagalan dalam berwirausaha?
Saya tidak pernah mengalami kegagalan. Karena saya melakukannya dengan bertahap. Tidak pernah mengalami kegagalan besar yang benar-benar membuat bangkrut. Karena mungkin saya tidak langsung menginginkan usaha yang langsung berhasil. Tidak ada rugi dalam makanan kecuali benar-benar rugi besar. Kecuali kita tidak mampu bersaing, kemungkinan besar akan rugi tentu saja ada.
Untuk memuaskan konsumen apa yang anda lakukan terhadap produk-produk anda?
Menjaga kualitas tentunya, kemudian kebersihan, service-nya juga harus sebaik mungkin bisa dijaga, suasana rumah makan yang nyaman, dan rasa makanan itu sendiri menjadi taste utama yang menarik pembeli, harga juga sesuai kantong masyarakat. Jangan menjadi latah, jangan melihat untung saja. Jangan ikut-ikutan latah jika pesaing lain menaikkan harga.
Bisakah Anda membagikan kiat-kiat sukses yang Anda jalani? Bisakah Anda memberikannya kepada masyarakat?
Tentu saja. Kenapa tidak. Semua orang berhak membuat usahanya masing-masing agar menjadi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Sebetulnya kalau kita mau berusaha, modal usaha itu adalah tekad, berdoa karena kita punya tuhan, meminta hikmat, intinya percaya bahwa tuhan punya rencana atas semua yang kita kerjakan. Kita sebagai manager pengelola, kalau dipercaya oleh tuhan, maka kita harus memegang kepercayaan itu. Sedikit demi sedikit pasti usaha kita akan maju.
Sudah berapa banyak pegawai Anda miliki?
100 karyawan, sudah termasuk cabang yang di Melawai. Dari 1 orang karyawan hingga sekarang karena tuhan. Itu merupakan kepercayaan Tuhan pada kita. Amanah kalau menurut agama saya.
Bagaimana Anda mengayomi karyawan-karyawan Anda?
Menganggapnya sebagai keluarga sendiri, kalau punya salah ditegur juga. Tidak ada salah yang didiamkan. Selama dia masih mengerti dikasih tahu yah kita juga harus bisa mengerti. Ada kalanya kita harus bersikap keras jika memang sudah melewati batas.
Boleh tahu, berapa omset setiap hari/bulannya yang Anda terima?
Kalau menurut saya, termasuk ok sih. Sehari rata-rata Rp5 juta/hari atau Rp150juta/bulan, tidak usah sombong kita sebagai orang. Tahun depan saya berencana membuka Perseroan Terbatas atau PT, yang awalnya dari perseorang, dan hanya wirausaha sendiri, manajemen yang baik, bekerja sama kepada orang lain, dan menambah partner dalam usaha. Wirausaha tidak ada kata pensiun. Karena wirausaha tidak pernah mengenal umur. Untuk Target sekarang, saya masih punya mimpi, yaitu tetap mempopulerkan makanan tradisional diantara makanan internasional. Kalau tuhan mengijinkan tahun depan saya akan membuka Perseroan Terbatas yang partnernya yah teman-teman saya sendiri. Tahun depan saya berniat membuka Fitness Center, Butik dan Female Gym. Rancangannya pun sudah ada dan dibuat oleh arsitektur yang handal. Nanti saya perlihatkan.
Penghargaan apa yang telah diberikan kepada Dapur Solo?
Pak Bondan dalam Wisata Kuliner telah memilih rumah makan ini untuk masuk dalam salah satu episode diacaranya. Kemudian terpilih menjadi sepuluh besar makanan Indonesia dalam Visit Indonesia. Dan juga masuk kedalam majalah Garuda
Niat membuka cabang di luarkota?
Sangat berniat. Banyak orang menyuruh saya untukmembuka cabang di luarkota. Tetapi bukan karena uang, tapi kita tidak melihatnya dari sisi uang. Di Solo sendiri belum ada Dapur Solo atau DS ini. Nama Dapur Solo ini diambil agar orang dengan gampang mengingatnya. Nama Kota Solo sendiri belum bisa saya patenkan. Tetapi kalau dapur solo bisa saya patenkan. Karena saya tidak ingin latah mengikuti keinginan, maka saya melakukannya secara bertahap dan tergantung rejeki saja. Sejalannya sajalah yang dikasih tuhan kepada saya.
Apakah Anda merupakan warga asli solo?
Yah tentu saja, saya orang asli Solo, di Kota Laten.
Target sekarang karena semua sudah dimiliki?
Saya tetap mempertahankan obsesi saya, yaitu mempertahankan makanan tradisional diantara makanan lainnya. Saya ingin mengalahkan makanan barat dengan cita rasa khas makanan tradisional asli Indonesia. Membuat makanan Indonesia sejajar dengan makanan luar lainnya. Seperti yang saya katakan tadi di awal.
Sumber : ekaharumi.blogspot.com

Milyader Muda


Tidak ada alasan untuk tidak memulai bisnis, bagi yang merasa masih muda ini contoh yang pas sebagai inspirasi.  Berbisnis tidak mengenal usia dan kondisi.  Asal ada kemauan Insya Allah akan ada jalannya.  Tulisan ini sebagai rangkaian inspiration story yang akan memuat kisah pengusaha sukses dari berbagai latar belakang.  Tulisan ini saya ambil dari situsnya Pak Purdi E Chandra (www.purdiechandra.net) seorang Tokoh yang sangat saya kagumi. Beliau melalui Entrepreneur University telah banyak mencetak pengusaha baru di Indonesia.  Baru-baru ini Pak Purdi mendapat predikat Gila dari Museum Rekor Indonesia karena prestasinya di bidang entrepreneur.
Namanya Hendy Setiono, pemuda Alumni Entrepreneur University Surabaya ini masih sangat muda, baru 25 tahun.  Tapi sepak terjang bisnisnya sudah tak diragukan lagi.  Kalau Anda menjumpai mobil Nissan X-Trail bernomor polisi K 38 AB di jalanan, itulah mobil Hendi.  Pelat nomor seharga Rp 16 juta itulah yang membuat orang mudah mengenali dan menyapanya ketika sedang jalan-jalan dengan mobilnya. Biasanya tukang parkir menggoda, bayarnya pakai kebab saja.
Pelat nomor sengaja dibuat K 38 AB untuk mendekati kata kebab.  Berkat kebab inilah namaHendi sebagai pengusahamudasukses,terukir.  Hendy adalah pendiri dan presiden direktur PT Baba Rafi Indonesia.  Kebab Turki Baba Rafi adalah hasil inovasi bisnisnya.  Dia memulai bisnis itu dengan modal hanya Rp 4.000.000. Dia enggan meminta bantuan orang tua. “Itu duit hasil pinjam arek-arek (teman-temannya, Red) dan saudara,” kisahnya.
Outlet makanan ala Timur Tengah itu kini berjumlah 325, membentang dari kawasan super ramai seperti Jakarta hingga pelosok Ambon. Ratusan outlet itu dipantau dan disupervisi dari dua kantor operasional di kawasan Nginden, Surabaya, dan Pondok Labu, Jakarta.  Tahun lalu omzet usahanya mencapai Rp 45 miliar, dan 25 persen di antaranya masuk kantongnya sebagai laba bersih.  Tahun ini omzetnya saya targetkan Rp 60.000.000.000,-.
Apa yang sudah dipunyai Hendy dari keberhasilannya berbisnis? Hendy tampak agak malu menjawab pertanyaan ini. Sekulum senyum kecil dikeluarkannya. “Apa ya? Ehm, ada beberapa, Mas. Alhamdulillah. Masak disebutkan?” katanya masih diiringi senyum.
Dia terbatuk sebentar. agak ragu, tak lama kemudian, Hendy mulai menjawab. “Aset yang pertama saya beli Yamaha Mio,” ujarnya. Dia membeli motor itu beberapa bulan setelah memulai berbisnis. “Ke mana-mana saya pakai motor itu,” tuturnya.
Setahun pertama, Hendi mengaku “hanya” mendapat penghasilan bersih per bulan Rp 20 juta. “Wah, rasanya sudah seneng banget. Baru umur 20 tahun, penghasilan sudah Rp 20 juta sebulan,” ceritanya.
Setelah membeli Yamaha Mio? “Sekarang kasihan motor itu, sudah nggak muat nampung badan saya semakin melar. Jadi, cari motor yang agak gedean, pakai Harley-Davidson,” ujar nominator Asia’s Best Entrepreneur Under 25 versi Majalah BusinessWeek tersebut.
Selain itu, Hendi punya dua rumah; satu di Jakarta dan satu lagi di Surabaya. Di Surabaya, dia membeli rumah di salah satu kawasan elite, Perumahan Bumi Galaxy Permai. Soal rumah yang satu ini, Hendi punya cerita tersendiri. “Ini rumah idaman saya,” tuturnya.
Dulu, cerita Hendi, semasa masih duduk di bangku kuliah di Jurusan Teknik Informatika ITS, setiap pulang dari kampus, Hendi yang kala itu tinggal di Semolowaru, Surabaya, selalu melewati kawasan perumahan itu. Dia sering berhenti sejenak di perumahan elite itu. Saking seringnya mondar-mandir di perumahan itu sepulang dari kampus, dia sampai kenal dengan sejumlah satpam di sana. “Rumahnya besar-besar, megah-megah. Kelak saya ingin punya rumah seperti ini,” tekadnya ketika itu.
Hendi mengaku terkagum-kagum dengan rumah-rumah di kawasan itu. “Bahkan, hujan saja nggak banjir, beda dengan rumah saya. Halaman depannya itu lebih luas daripada rumah saya di Semolowaru,” kisahnya.
Dari proses itulah Hendi yakin bahwa mimpi yang terus disemai akan bisa mewujud jika diiringi pancangan semangat yang kuat untuk mewujudkannya. “Semuanya berangkat dari impian. Alhamdulillah, saya kemarin berangkat ke Jakarta (wawancara dengan Hendi dilakukan di Jakarta beberapa waktu lalu, Red) sudah dari rumah di Galaxy Bumi Permai,” ceritanya. “Kalau saya tidak berani mulai jualan pakai gerobak, semua mimpi itu hanya tinggal mimpi,” imbuhnya.
Dengan segala apa yang dimiliki kini, Hendi lebih leluasa menyalurkan hobinya berjalan-jalan. Setiap mengisi seminar di berbagai kampus di Indonesia, dia selalu menyempatkan diri mengunjungi berbagai tempat wisata. “Saya lebih suka ke tempat wisata yang alami, lihat pantai, lihat hutan,” ujarnya.
Jalan-jalan ke luar negeri juga sudah menjadi rutinitas yang sangat biasa bagi salah satu 10 Tokoh Pilihan 2006 versi majalah Tempo tersebut. “Dulu jalan-jalan ke luar negeri itu jadi mimpi, sesuatu yang wah, seolah nggak terjangkau. Alhamdulillah, sekarang udah sering,” tuturnya.
Hendy tak melupakan sedekah. Dananya secara tetap didonasikan ke tujuh yayasan yatim-piatu. “Saya menyadari sulitnya kehidupan mereka karena orang tua saya juga bukan orang kaya,” katanya. Dia yakin, jika seseorang tak perhitungan dalam sedekah, rezeki yang diberikan Tuhan akan terus mengalir. “Saya yakin istilah inden rezeki. Orang biasanya membayar zakat 2,5 persen dari keuntungan. Saya membaliknya, sebelum ada untung, harus bayar zakat dulu,” ujarnya. “Pokoknya, kalau omzet turun, kita hajar dengan sedekah,” imbuhnya.
Di luar itu Hendy hampir tidak pernah menghambur-hamburkan uang untuk hobi yang tidak jelas. Misal, clubbing di tempat hiburan malam. “Kalau jalan-jalan ke mal, itu rutin. Tapi, saya dan keluarga tidak konsumtif. Paling-paling hanya lihat tren fashion saat ini untuk diterapkan ke bisnis saya. Misalnya, untuk desain pakaian karyawan dan outlet-outlet,” ujar pria kelahiran 30 Maret 1983 itu. Ketika jalan-jalan itu, Hendi tak khawatir dengan roda bisnisnya. “Owner-nya bisa jalan-jalan, yang mantau manajemen di Surabaya dan Jakarta.”
Hendy lebih suka memakai uangnya untuk melebarkan sayap bisnis. Dia yakin bahwa tak boleh ada kata berpuas diri dalam jiwa seorang pebisnis. Dia kini meretas gerai Roti Maryam Aba-Abi, roti khas Timur Tengah. “Sekarang baru 40 outlet, mayoritas masih di Jatim,” kata Hendi yang, bersama aktris Dian Sastro dan Artika Sari Devi, menjadi duta Wirausaha Muda Mandiri tersebut.
Tak hanya itu, insting bisnis yang kuat membawa pria berbadan subur itu mendirikan Baba Rafi Palace. Sudah dua pondokan megah yang disewakan di Surabaya. “Di Siwalankerto, ada 18 kamar dengan tarif Rp 700 ribu per bulan per kamar. Lalu di Prapanca ada 16 kamar, tarifnya Rp 1,2 juta per bulan,” ujarnya.
Satu lini bisnis makanan juga sedang disiapkan Hendy. “Lagi ngerjakan Piramida Pizza. Kalau biasanya pizza ditaruh loyang, ini mau ditaruh di cone. Jadi, makan pizza bisa sambil jalan-jalan, seperti makan es krim,” terang bapak dengan tiga anak itu.
Dia juga bakal berekspansi ke luar negeri. “Di Malaysia saya baru aja bikin Baba Rafi Malaysia Sdn Berhad. Target awalnya mendirikan 25 outlet kebab,” ujarnya.

Sumber : wirasmada.wordpress.com

Bisnis Donut Bakar


Niat Oily Purnama Sari jadi entrepreneur bermula usai mengikuti Ciputra Entrepreneurship di UGM.  Bekal tiga bulan pelatihan mampu menyibak wawasan Sarjana Elektro itu.  Kini ia jadi pengusaha muda donat bakar VERI VLORIDA, Jakarta.
Setelah lulus pada tahun 2007, Oily sempat mengisi kegiatannya dengan bekerja di sebuah perusahaan roti di Yogyakarta.  Ketika itu ia mengaku belum memiliki bekal pengetahuan di bidang entrepreneurship.  Namun naluri bisnisnya diuji coba ketika Oily mengikuti pelatihan Ciputra Entrepreneurship di Pasca Sarjana UGM.
Menurut Oily, selama tiga bulan peserta pelatihan mengikuti bimbingan materi pelajaran dan membuat konsep bisnis.  Pada minggu kedua mereka mengikuti progran Crown I sebagai kegiatan pertama untuk memulai bisnis. Modal awalnya Rp 500.000,-.  Dana itu lalu dikelolanya dengan berjualan suvenir atribut UGM.  Pada program Crown II setiap kelompok diberikan modal pinjaman Rp 1.000.000,- Dana itu digunakan Oily dengan mencoba berbisnis donat.  Yang ada di benak saya ucapan Pak Ciputra berbisnis harus melakukan inovasi.
Termasuk berbisnis donat yang biasanya dibuat dari terigu namun ia mencobanya dengan menggunakan bahan baku ubi jalar.  Nama produknya yakni Donatello yang artinya tello dalam bahasa Jawa adalah ubi.  Produk itu
dijajakan di bazar yang digelar di kampus UGM setiap Minggu pagi.  Ternyata peminatnya banyak.  Sebab rasanya jauh lebih empuk tak ubahnya seperti menikmati kentang Itu resep baru.  Selama ini biasanya donat dibuat hanya dengan menggunakan terigu.

.Belum puas dengan hanya satu temuan.  Oily lantas mengolahnya lagi. Kali ini resepnya baru.  Ia mencoba donat bakar.  Donat bakar itu disajikan dalam bentuk tusuk sate lalu diberi nama donat Dboom.  Ada beberapa pilihan rasa untuk temuan barunya itu.  Peminatnya beraneka ragam, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Kini Oily sukses membawa merek dagangannya yang mulai dikenal di kalangan kampus dan pusat perbelanjaan.  Bisnisnya terus dikembangkan dengan membuat jaringan bisnis dengan sistem bermitra.  Misalnya dengan perusahaan katering dan orderan resmi seperti orang kantoran.
Cara itu lebih jitu sebab keuntungannya sudah bisa dihitung secara cermat.  Memulai jadi pengusaha bisa dilakukan dengan apa yang ada.  Jika belum memiliki home industri, orang boleh-boleh saja bermitra dengan pihak kedua.  Yang penting harus tetap melakukan branding terhadap produk sendiri.
Sebelum memulai usahanya itu Oily sebetulnya sempat ragu-ragu dengan sikap keluarga.  Sebab orangtuanya menginginkan setelah lulus Oily bisa bekerja di perusahaan atau pemerintahan.  Sikap itu membuat Oily tertantang untuk menekuni usahanya dengan gigih.  Kini ia malah sibuk mengikuti workshop dan seminar entrepreneurs di berbagai lembaga dan sekolah.
Saya sudah merasakannya.  Saya berjanji mengabdikan ilmu itu dengan membagi pengalaman serta menyebarkan entrepreneurs kepada keluarga dan teman.  Bahwa entrepreneurs bukan karena faktor keturunan.  Selain keluarga, entreprenurs bisa didapat dari lingkungan dan mengikuti pelatihan.
Kunci utama untuk sukses adalah kerja keras. Jangan pernah mengharapkan hasil yang maksimal dengan usaha minimal, Denni Andri, President PT Taka Turbomachinery Indonesia
Denni Andri adalah owner sekaligus President dari PT. Taka Turbomachinery Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Mechanical & Industrial Engineering Industry.  Bermula dari sebuah bengkel mesin yang berlokasi di Bandung, perusahaan ini kemudian berkembang pesat menjadi salah satu perusahaan yang mampu memperbaiki turbine dan compressor pump skala raksasa di Indonesia.  Saat ini PT Taka telah sangat berpengalaman dalam industrial pump repair, steam turbine repair dan gas turbine component repair dengan klien-klien seperti Pertamina, Indonesia Power, Torishima Guna, Kepindo dan Chevron Pasific Indonesia.  Perusahaan yang dibangun dengan modal awal 60 juta ini, sekarang telah memiliki 150 orang pegawai, luasan fasilitas kantor dan workshop sekitar hampir 6000 m2 dan total aset senilai 80 Milyar.

Sumber : wirasmada.wordpress.com