Kamis, 30 Agustus 2012

Dari Kain Songket Raup Rp100 Juta/Bulan

BERAWAL dari meneruskan usaha orangtuanya, Fauziah, wanita berusia 54 tahun, merintis usaha industri rumahannya dengan membuat kain songket. Pembuatan kain songket ini memang tidak mudah, dia harus mencari pinjaman Usaha Kecil Menengah (UKM) dari BUMN untuk memajukan usahanya.

“Tadinya hanya meneruskan usaha orangtua. Namun karena terbentur modal, sempat berhenti,” ungkap wanita berkerudung ini saat berbincang dengan Okezone, beberapa waktu lalu.
Berkat konsistensinya memajukan kain tradisional, songket, Fauziah mendapat suatu binaan dari PT PLN (Persero). Menurutnya, dia mendapatkan modal dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar Rp21 juta. “Nah itu saya manfaatkan agar industri rumahan tersebut bisa berkembang lebih pesat lagi,” jelas dia.

Dengan pembinaan dari PLN, dia membanderol kain songket buatannya yang berkisar Rp1 juta hingga Rp4 juta. Menurutnya, penjualan kain songket cukup menjanjkan. Dia pun dapat menjual tidak kurang 40 potong kain songket per bulannya. Sehingga laba hasil usahanya dapat mencapai Rp100 juta per bulan.

“Tapi kalau lagi ramai sekali, sebulan bisa mencapai 40 potong. Kalau lagi biasa saja, mungkin 20 potong sampai 30 potong saja,” paparnya.

Kualitas itu Penting

Cara pemasaran kain songket pun tidak dilakukan dengan biaya mahal. Dia menuturkan, kain songket buatannya cukup dikenal berkat pelanggan-pelanggannya yang puas akan hasil karyanya. “Orang-orang tahu bisnis saya dari mulut ke mulut. Nah, kalau kualitasnya tidak bagus, nanti orang tidak mau balik ke sini lagi dong,” katanya.

Fauziah mengatakan, guna menjaga kepercayaan pelanggan, maka kulitas kain songket buatannya selalu dijaga. Menurutnya, hal tersebut cukup ampuh untuk menyiasati persaingan usaha sejenis yang tentunya cukup banyak di Palembang. “Kalau dibanding dulu, lebih maju sekarang (industri rumahan kain songket). Pokoknya kita strateginya, kualitas kainnya supaya tetap terbaik,” jelas dia.

Selain itu, dia kerap melakukan pelatihan kepada 15 orang pegawainya, untuk dapat membuat kain songket tersebut dengan baik. Ini dilakukan agar kualitas kain songketnya tetap terjaga. Selain itu, guna menjaga persaingan dengan produk serupa, dia tidak mematok harga kain terlalu tinggi. Baginya asalkan kain songketnya banyak laku terjual, itu sudah cukup baginya.

“Kalau saya prinsipnya tidak mau jual terlalu mahal. Standar saja, yang penting banyak terjualnya, tapi kualitasnya harus dijaga juga,” jelas dia.

Dia menambahkan, guna menarik banyak pemasukan, maka dia juga mempunyai pekerjaan sampingan yang masih masih berhubungan dengan kain songket. Ibu dua anak yang berdomisili di Palembang ini, menyiasati usaha kain songketnya dengan jasa menjahit baju dari kain songket yang dijualnya.

Pasalnya, tidak jarang pelanggan memintanya untuk membuatkan baju berbahan kain songket tersebut. Menurut dia, keindahan kain songket yang begitu mempesona membuat banyak orang ingin memiliki baju yang berbahan kain tradisional asal Sumatera tersebut. Fauziah menjelaskan, setelah merintis usaha industri rumahan tersebut selama 30 tahun tersebut, maka penjualan kain songket tidak lagi dipusatkan di daerah Palembang.
Meski kain songket buatannya belum beredar di luar negeri, namun dia senang orang di berbagai penjuru di Indonesia dapat merasakan hasl karyanya. “Kita hanya kirim untuk ke Jakarta, sama Medan. Tapi paling banyak ke Jakarta,” katanya.

Kunci Mempertahankan Pelanggan

Selain modal uang, menurutnya modal kejujuran juga penting dalam merintis sebuah usaha. Dia meyakini usahanya bisa sampai seperti saat ini bukan semata-mata hanya bermodalkan uang. Namun juga kejujuran yang selalu dijaga, sehingga para pelanggan selalu kembali untuk membeli kain songket buatannya.

“Pokoknya yang penting kalau mau usaha itu jujur. Misalnya kain songketnya ada cacat sedikit, ya saya bilang. Lalu harganya saya kurangin. Kalau misalkan saya bohongin dengan harga tetap mahal, padahal kainnya cacat, nanti orang atau pelanggan saya merasa tertipu, nanti tidak mau balik ke saya lagi,” jelas dia.

Meski demikian, hingga saat ini dia masih berharap usahanya dapat dikembangkan luas dan dapat go international. “Saya harap nanti kain songket buatan saya bisa diekspor. itu impian saya,” tutup dia.

Sumber :  economy.okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar