Indonesia bersama dengan Bhutan, Kolombia dan Rwanda meraih penghargaan
dari Badan PBB bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO)
karena sukses melawan buta huruf dinegaranya masing-masing untuk tahun
ini.
Dalam
rilis resminya, penghargaan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dalam memberantas buta huruf melalui kewirausahaan, membaca
budaya dan pelatihan
"Program
yang bertujuan untuk 'meningkatkan kualitas pendidikan memberantas buta
huruf melalui kewirausahaan, membaca kebudayaan, dan pelatihan' yang
melibatkan lebih dari tiga juta orang dan mengedepankan secara khusus
pada perempuan-perempuan yang buta huruf, " demikian isi pernyataan
UNESCO
Para
penerima penghargaan diumumkan langsung oleh Direktur Jendral UNESCO
Irina Bokova, Rabu (22/8) waktu Paris. Para pemenang akan menerima
penghargaan dalam upacara yang akan digelar di Markas UNESCO, 6
September mendatang sebagai bagian dari perayaan International Literacy
day yang jatuh pada tanggal 8 September.
Rwanda
mendapatkan penghargaan ini melalui program yang bertajuk Program
Nasional Melek Huruf Dewasa yang digagas oleh Gereja Pentakosta Rwanda.
Program yang dicanangkan oleh Gereja Pentakosta Rwanda menitik beratkan
kepada perempuan remaja putus sekolah serta menjamin hak setiap orang
untuk melek huruf dan pendidikan dasar termasuk di dalamnya pemahaman
tentang HAM, rekonsiliasi dan perdamaian.
Sementara
Bhutan meraih penghargaan ini melalui program non formal dan pendidikan
lanjutan yang dirancang oleh Departemen Pendidikan Dewasa dan Lanjutan.
Negara ini dipilih UNESCO karena menyediakan kebutuhan dasar belajar
dan berlatih untuk komunitas rural terutama kaum perempuan yang
berjumlah sekitar 950 lembaga pendidikan.
Kolombia
sendiri mendapatkan penghargaan UNESCO Confucius Prize for Literacy
melalui program interaktif dari Fundacion Transformemos di Colombia yang
mana diakui sebagai aktivitas perdamaian yang dikembangkan di area
rawan konflik dan kekerasan dengan pendekatan antar budaya.
Sebagai
informasi ejak dimulai tahun 2006, setidaknya 300.000 orang telah
mendapatkan keuntungan dari program tersebut. UNESCO King Sejong
Literacy Prize dibuat oleh Pemerintah Korea Selatan pada tahun 1989.
Sementara,
UNESCO Confucius Prize for Literacy dibuat oleh Pemerintah Republik
Rakyat China pada tahun 2005. Keempat pemenang akan mendapatkan 20,000
dolar AS, sebuah diploma dan sebuah medali.
Sumber : pedomannews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar