Kamis, 30 Agustus 2012

Indonesia Raih Penghargaan Dari UNESCO Untuk Berantas Buta Huruf

Indonesia bersama dengan Bhutan, Kolombia dan Rwanda meraih penghargaan dari Badan PBB bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO) karena sukses melawan buta huruf dinegaranya masing-masing untuk tahun ini.
 
Dalam rilis resminya, penghargaan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam memberantas buta huruf melalui kewirausahaan, membaca budaya dan pelatihan
 
"Program yang bertujuan untuk 'meningkatkan kualitas pendidikan memberantas buta huruf melalui kewirausahaan, membaca kebudayaan, dan pelatihan' yang melibatkan lebih dari tiga juta orang dan mengedepankan secara khusus pada perempuan-perempuan yang buta huruf, " demikian isi pernyataan UNESCO
 
Para penerima penghargaan diumumkan langsung oleh Direktur Jendral UNESCO Irina Bokova, Rabu (22/8) waktu Paris. Para pemenang akan menerima penghargaan dalam upacara yang akan digelar di Markas UNESCO, 6 September mendatang sebagai bagian dari perayaan International Literacy day yang jatuh pada tanggal 8 September. 


 
Rwanda mendapatkan penghargaan ini melalui program yang bertajuk Program Nasional Melek Huruf Dewasa yang digagas oleh Gereja Pentakosta Rwanda. Program yang dicanangkan oleh Gereja Pentakosta Rwanda menitik beratkan kepada perempuan remaja putus sekolah serta menjamin hak setiap orang untuk melek huruf dan pendidikan dasar termasuk di dalamnya pemahaman tentang HAM, rekonsiliasi dan perdamaian.
 
Sementara Bhutan meraih penghargaan ini melalui program non formal dan pendidikan lanjutan yang dirancang oleh Departemen Pendidikan Dewasa dan Lanjutan. Negara ini dipilih UNESCO karena menyediakan kebutuhan dasar belajar dan berlatih untuk komunitas rural terutama kaum perempuan yang berjumlah sekitar 950 lembaga pendidikan.
Kolombia sendiri mendapatkan penghargaan UNESCO Confucius Prize for Literacy melalui program interaktif dari Fundacion Transformemos di Colombia yang mana diakui sebagai aktivitas perdamaian yang dikembangkan di area rawan konflik dan kekerasan dengan pendekatan antar budaya.
 
Sebagai informasi ejak dimulai tahun 2006, setidaknya 300.000 orang telah mendapatkan keuntungan dari program tersebut. UNESCO King Sejong Literacy Prize dibuat oleh Pemerintah Korea Selatan pada tahun 1989.
 
Sementara, UNESCO Confucius Prize for Literacy dibuat oleh Pemerintah Republik Rakyat China pada tahun 2005. Keempat pemenang akan mendapatkan 20,000 dolar AS, sebuah diploma dan sebuah medali. 

Sumber : pedomannews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar