Dalam era informasi, bisnis online berkembang pesat. Edi S. Kurniawan
(32), pengusaha pakaian bayi menangkap peluang itu sejak awal. Dia
ingin seluruh toko di Tanahabang punya toko online.Suatu siang saat
Warta Kota menyambangi Alifia, toko super grosir pakaian anak dan
perlengkapan bayi di Thamrin City, Jalan Kebonkacang Raya, Tanahabang,
Jakarta Pusat. Suasananya tampak sepi.
Di beberapa sudut hanya tampak tumpukan karung plastik putih. Disisi
lain seorang lelaki sedang sibuk dengan laptop warna merah. Seorang lagi
bekerja di sebuah komputer PC. Dua lainnya sedang merapikan
barang-barang di toko.
“Saya sengaja memilih lantai yang sepi. Sebab, 100% transaksi bisnis
saya lewat internet. Disini lokasi enggak penting. Tempat sepi, sewanya
lebih murah. Yang penting, masih ada bau-bau Tanahabang,” ujar Edi S.
Kurniawan, pemilik toko online www.grosirtanahabang.com membuka
percakapan dengan Warta Kota, belum lama ini.
Meski bisnisnya dioperasikan secara online, tapi nama Tanahabang
tetap ditonjolkan. Maklum, Tanahabang adalah icon bisnis tekstil di
negeri ini, bahkan dikenal sebagai pusat perdagangan tekstil terbesar di
Asia Tenggara.
Bagi ayah Randika Chandra Aryandi ini, Tanahabang mempunyai arti
khusus. Mantan buruh pabrik di Tangerang ini mulai belajar bisnis dengan
mengikuti program magang di toko-toko milik H. Alay, inspirasi
berdirinya komunitas bisnis Tangan Di Atas (TDA) dan raja tekstil dan
properti di Tanahabang. Dengan bekal ilmu bisnis dari magang, kerja
keras dan kreatifitas, Edi dapat melewati masa sulit dalam hidupnya,
sekaligus mengembangkan bisnis online www.grosirtanahabang.com dan
www.alifiababyshop.com.
Saat ini, bisnis grosir pakaian anak dan perlengkapan bayi online
milik mantan buruh pabrik PT. Bando Indonesia itu tumbuh pesat dengan
omset rata-rata Rp. 100 juta per bulan.
Banyak Utang
Jalan menuju sukses melalui proses jatuh bangun. Pria kelahiran
Lampung ini, sudah beberapa kali membangun bisnis, tapi semuanya
berakhir dengan kegagalan. Edi pusing karena kegagalan itu meninggalkan
banyak utang.
Edi pernah melakoni berjualan pulsa sampai buka toko fashion dan busana muslim serta usaha catering dan kantin.
Bisnis-bisnis yang disebut terakhir modalnya diperoleh dari pinjaman
bank maupun kantor. Karena gagal, utangnya sampai Rp. 50 juta.
Sebagai buruh pabrik yang gajinya sekitar Rp. 2,7 juta per bulan. Edi
dan istrinya, Siti Aminah, terus putar otak untuk mencari solusinya.
Buruh teladan PT. Bando Indonesia (2005-2006) ini harus menyisihkan Rp. 2
juta untuk membayar cicilan hutang per bulan.
Dalam kondisi sulit itu Edi mendapat info dari TDA terkait program
magang di jaringan toko H. Alay di Tanahabang. Edi tertarik dengan
program itu, karena kegagalan bisnisnya selama ini, antara lain adalah
tak memiliki ilmu bisnis.
Meskipun syarat mengikuti magang itu berat, Edi nekat mengambil
kesempatan itu, apalagi dia mendapat dukungan dari istrinya. Untuk ikut
magang itu, dia wajib bekerja enam hari seminggu selama tiga bulan
nonstop. Itu berarti dia harus keluar kerja dari PT. Bando Indonesia,
Gajah Tunggal Group, Tangerang. Selama magang itu Edi tidak digaji,
tanpa uang makan dan transport. Sungguh berat.
Walaupun teman-temannya menyebut keputusannya mengundurkan diri
sebagai tindakan gila, tapi tekad Edi untuk belajar bisnis tidak surut.
“Saya bersyukur, meski saya mengundurkan diri, tapi pihak manajemen
masih memberi pesangon Rp. 55 juta sehingga saya bisa melunasi utang
saya. Sisanya untuk modal saya. Dan, karena saya tidak bekerja lagi,
istri saya bersedia bekerja kembali di pabrik tas. Itulah bentuk
dukungan luar biasa dari istri saya,” ujarnya.
Edi keluar kerja sekitar bulan maret 2007. “Sebab kalau diterusin
kerja di pabrik, saya udah enggak semangat. Hampir semua gaji saya habis
untuk bayar cicilan utang. Bayangkan, utang saya baru lunas sekitar 10
tahun. Makanya saya semangat pindah quadran,” katanya.
Sarjana hukum lulusan STHI Jakarta tahun 2003 itu yakin, di balik
kesulitan hidupnya pasti ada kemudahan. Edi mulai merasakan manfaat
positif, khususnya pada bulan ketiga magang. Saat itu, Edi diberi
kesempatan buka toko mukena sendiri dengan modal dari H. Alay Rp. 50
juta.
Selanjutnya, setelah lulus magang, Edi bekerja sama dengan H. Alay
membuka toko pakaian anak dan perlengkapan bayi di Blok F 3 Tanahabang.
Saat itu, katanya, dia diberi modal awal berupa celana anak dari kain
perca senilai Rp. 200 juta.
“Setelah tiga tahun bekerja sama dengan H. Alay, akhirnya saya
memutuskan untuk mandiri, maksudnya supaya bisa lebih kreatif
mengembangkan bisnis sendiri. Toko offline saya kembalikan kepada pak
haji, lalu saya fokus mengembangkan bisnis online,” Ujar Edi.
Untuk memulai bisnis baru, Edi menggandeng investor baru untuk
mendapatkan dana segar Rp. 100 juta. “Ternyata semangat bagi hasil
sangat mendukung upaya saya mengembangkan bisnis online. Rencana saya
kedepan, ingin mengajak toko-toko di Tanahabang membuka toko online.
Sambutannya positif bahkan beberapa sangat antusias. Mimpi saya, semoga
kawasan Tanahabang bebas macet karena semua transaksi lewat internet,”
ujar Edi mantap.
ANDA JUGA BISA JUALAN TANPA MODAL
Setelah melewati masa perjuangan yang berat lalu tumbuh mulus dengan
bisnis online, kini Edi S. Kurniawan, mulai memasuki tahap menang (win).
Dalam tahap ini dia ingin mengajak lebih banyak teman dan masyarakat
untuk pindah quadran.
“Jangan takut berwirausaha karena ternyata tak seberat dan sesulit
yang kita bayangkan. Disini saya ingin sharing ilmu dan pengetahuan agar
orang yang mulai bisnis tak melewati tahap trial and error yang terlalu
berat seperti saya dulu,” ujar Edi yang pernah 11 tahun kerja di sebuah
pabrik V-belt mobil di Tangerang.
Menurut dia, salah satu bentuk sharing yang dilakukannya, disamping
lewat komunitas TDA, juga dengan menyediakan berbagai paket kerjasama
usaha. “Bahkan, saya siap bantu orang yang mau jualan (pakaian bayi-Red)
dan enggak punya modal. Tapi, basisnya tetap toko online,” tambahnya.
Syaratnya gampang, mereka harus punya blog atau facebook. Edi akan
menyediakan foto-fotonya. Mereka tinggal pasang di internet lalu
gencarkan promosi. ”Kalau ada pesanan, tinggal salurkan kepada saya.
Dari transaksi itu, mereka akan dapat untung. Di sini selain bisa bantu
orang, saya juga diuntungkan karena punya ujung tombak pemasaran
dimana-mana,” kata Edi mengenai startegi marketingnya.
Namun, katanya, untuk tahap pertama, program gratis tersebut dibatasi
hanya untuk 10 orang per bulan. Program itu diperkenalkan sejak bulan
lalu. Disamping itu. Edi juga menyediakan lima paket kerjasama usaha,
mulai dari paket distributor wilayah dengan modal awal Rp. 10 juta,
paket toko bayi (start up Rp. 13 juta dan paket toko lengkap Rp. 46
juta), paket sample produk hingga paket toko online plus produknya
seharga 2,5 juta.
Terkait dengan paket usaha dan kerjasama yang ditawarkan itu, dia
memberikan komitmen penuh dengan menyediakan layanan konsultasi 24 jam,
baik dalam manajemen toko online maupun strategi pemasaran.
“Kami juga menyediakan karyawan yang meng-handle pesanan Anda, mulai
dari penerimaan, persiapan, packing hingga pengiriman barang. Kami juga
selalu siapkan barang lengkap, dengan stok senilai lebih dari Rp. 500
juta sehingga selalu bisa memenuhi pesanan pelanggan,” ujarnya.
Edi mengatakan di tahun 2010 ini dia juga sedang melakukan ekspansi
usaha, dengan membangun dua unit usaha baru yang lebih besar. Edi akan
mengembangkan usaha dibidang IT Consulting dan Online Marketing serta
satu lagi di bidang produksi, distribusi dan penjualan umum. Proyek
pertama yang digarapnya adalah memproduksi kaos anak, kaos remaja dan
kaos busana muslim dengan kapasitas produksi 3.000 lusin per bulan.
Sumber: Wartakota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar