Kamis, 30 Agustus 2012

Pemilik CV. Newtronic Solution: Meraup Untung, dari Mempermudah hidup Orang Lain

Manfaat utama dari sebuah teknologi adalah membuat hidup kita menjadi lebih mudah. Ternyata, teknologi tak hanya mempermudah hidup orang lain, tetapi juga memberi keuntungan bagi pembuatan.

TIDAK BANYAK ORANG yang tahu pasti seperti apa kemajuan teknologi secara teknis, namun manfaatnya sangat mudah dirasakan. Menyalakan TV dengan cara manual kini telah digantikan dengan memanfaatkan remote control yang dapat dilakukan setiap saat di tangan penontonnya. Atau, absen karyawan yang selama ini menggunakan kartu misalnya, sekarang bisa didata hanya dengan menempelkan jari di mesin absensi. Bahkan, dalam urusan domestik, Anda kini tinggal memasukkan pakaian dan deterjennya, lalu duduk manic hingga cucian Anda bersih dan nyaris kering dengan sendirinya.
Contoh lain terjadi ketika Anda mengantre di bank. Berapa lama kira-kira Anda harus mengantre? Siapa yang bisa memastikan antrean di sini bisa berjalan tertib tanpa menyerobot–mengingat tidak semua orang sabar mengantre? Siapa yang akan datang ke teller pertama, teller kedua, dan seterusnya? Soal ini baru terpecahkan ketika ditemukan IT embedded system (sistem teknologi informasi yang diaplikasikan untuk sebuah persoalan tertentu) antrean otomatis. Kapan saja datang ke bank, Anda tinggal menekan tombol untuk mendapatkan nomor antrean, lengkap dengan jam kedatangan, nomor antrean, dan nomor teller atau boks petugas yang akan melayani. Orang tidak bisa menyerobot, sebab petugas hanya akan melayani mereka yang membawa nomor antrean yang dimaksud.
Itulah salah satu bentuk aplikasi teknologi. Mempermudah hidup. Dan, inilah yang dijadikan bisnis oleh Surya Adhitama. Bersama mitranya, Joseph Stephanus Aditamaputra, ia mendirikan CV Newtronic Solution pada 2008 dengan modal Rp50 juta. Bisnis ini sangat menjanjikan, karena baru tiga tahun berjalan, omzetnya sudah mencapai tiga hingga lima miliar rupiah per tahun dengan keuntungan Rp700juta-1,2 miliar. Theo, nama panggilan Surya, merasa bahwa ilmu yang diperolehnya di Fakultas Teknik Elektro ITB Bandung–ia lulus pada 2006–sangat mendukung minatnya pada dunia teknologi dan keinginannya untuk mempermudah hidup.

Tantangan teroesar adalah menjawab keluhan klien yang sering terjadi karena produk yang belum sempurna dan banyak kekurangan di sana-sini.

CINTA TEKNOLOGI
Lahir di Pati, 1983, dari keluarga pedagang–orangtuanya membuka toko yang menjual kebutuhan sehari-hari–kehidupan Theo tidak jauh beda dengan anak muda iainnya. Sekolahnya terbilang mulus. Sejak kecil ia sudah memilih segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia elektronika dan teknologi informasi sebagai hobi. Semasa kuliah, misalnya, ia tergabung dalam Kelompok Pencinta Elektro (KPE) dan mulai menekuni bidang embedded system.
“Peluang usaha di bidang itu cukup menjanjikan,” katanya, “Bisnis ini membutuhkan kreativitas dalam menghasilkan berbagai macam produk yang bersifat otomasi, sehingga ini bukan bisnis yang mudah ditiru. Dan, perkembangan dunia saat ini sangat membutuhkan berbagai kemudahan elektronik yang semuanya dapat disediakan meialui embedded system,”urainya.
Namun sebelum memantapkan diri membangun bisnis yang bergerak di bidang teknologi, selagi menulis skripsi ia malah bekerja sebagai manajer promosi di sebuah ‘imperium’ factory outlet di Bandung. Walau pekerjaan itu hanya sementara baginya, namun dari sang bos, Perry Tristianto, ia belajar cukup banyak untuk membangun kerajaan bisnisnya sendiri.
Kesempatan emas itu datang ketika salah satu kantor cabang maskapai penerbangan di Bandung meminta Theo membuatkan sistem antrean otomatis untuk menertibkan dan mempermudah pekerjaan mereka. “Selama tiga bulan kami ditantang untuk mendesain sistem antrean yang sesuai dengan kebutuhan klien,” Theo berkisah. Bisa dibilang, setiap hari rasanya seperd hari Senin, karena mereka selalu lembur untuk melakukan riset, desain, dan uji cobs. “Banyak hal baru secara teknis dan nonteknis yang kami pelajari saat itu. Tantangan terbesar adalah menjawab keluhan klien yang Bering terjadi karena produk kami masih belum sempurna dan banyak kekurangan di sana-sini.”
Keuletan Theo dan Joseph terus diuji sampai dua bulan berikutnya untuk melakukan perbaikan produk sekaligus menjawab keluhan klien. Setelah produk perdana itu memuaskan klien, barulah CV Newtronic Solution berdiri pada 2008.

BIODATA
THEODOSIUS SURYA ADHITAMA
Pati, 11 April 1983
Email: teot11@yahoo.com
Pendidikan
S1 TeknikElektro, Institut Teknologi Bandung, Bandung
Nama Usaha
CV Newtronic Solution
Website: www.newtronic-solution.com
Alamat: JI. Cimanuk No. 5A, Bandung
Penghargaan
2010 Pemenang II Wirausaha Muda Mandiri Kategori Mahasiswa Pacsasarjana & Alumni Usaha Kreatif

Dari hanya mempekerjakan seorang staf saja untuk membantu segala urusan, kini—ketika produk dan jasa mereka mulai dikenal—Theo dan Joseph mempekerjakan dua puluh prang karyawan tetap dan lima prang karyawan tidak tetap. Produknya pun tak hanya sistem antrean, tapi sudah berkembang menjadi exchange rate display, cctv online, alarm system, dan megatron.

TAK SEINDAH MIMPI
Pada awal berdirinya perusahaan, tentu saja sukses tak langsung diraih. Bahkan, Theo pernah gundah karena produk dan jasanya pernah tidak dibayar oleh kliennya. Juga, ia merasakan betapa proyek awal ternyata sangat berat. “Soalnya kami belum ada pengalaman nyata dalam mendesain embedded system. Bahkan sampai 3 minggu terakhir sebelum deadline, kami sempat memutuskan untuk mengoper pekerjaan sistem antrean itu kepada perusahaan lain. Untungnya, perusahaan yang kami pilih itu tidak menyanggupi mengerjakannya. Hal itu memicu kami untuk lebih series belajar lagi agar dapat menyelesaikan proyek tepat waktu,”
Kesulitan itu, demikian Theo bercerita, membuat ia dan mitranya belajar untuk tetap ulet dan tidak menyerah saat menghadapi rintangan dalam berbisnis. Pun, karena ia bertekad ingin membuat senyum klien terkembang, dalam menagih klien pun ia selalu menggunakan cara-cara baik dan kekeluargaan. “pernah—karena mungkin klien belum pugs—ada pembayaran yang tertunda sampai 6 bulan. Kami terus mengikuti keinginan klien tersebut dan selalu menyunggingkan senyum sampai akhirnya klien itu membayar,” ungkap Theo.

Giat melakukan kegiatan riset untuk menyempurnakan produk dan jasanya.

Tekad dan konsep untuk membuat kliennya tersenyum melalui produk yang memberikan nilai tambah dan tepat guna terhadap bisnis klien memang sudah menjadi visi Theo dan Joseph. Didukung oleh latar belakang pendidikan yang tepat, tidak terlalu sulit bagi mereka untuk mendesain dan menyediakan produk-produk berteknologi tinggi sehingga memberikan kemudahan dan otomatisasi dalam berbagai bidang. Sistem antrean mereka memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam mengatur alur antrean di kantor-kantor terutama perbankan atau penerbangan, CCTV Online memberikan akses untuk melihat kejadian-kejadian yang terekam, juga dapat dipantau secara online untuk seorang pimpinan ketika ia ingin melihat kondisi kantor di mana pun dia berada, atau Megatron yang membuat klien mampu mengiklankan produk-produknya kepada khalayak melalui visual yang dinamis dengan unsur prestise yang tinggi.
Namun pendidikan dan keahlian tinggi tak terlalu berguna bila tidak diimbangi mental yang kuat. Inilah yang menurut Theo merupakan salah satu faktor terpenting. “Harus ada persiapan mental untuk ulet, berani, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Sebagai pengusaha, kita menjadi pimpinan untuk diri sendiri. Itu lebih susah daripada dipimpin orang lain. Setelah itu adalah menentukan sikap dan bidang yang akan kita geluti. Dimulai dari bidang Yang kita kuasai, kita sukai, lalu menetapkan segmentasi pasarnya,” jelasnya. Yang lainnya sifatnya lebih teknis–misalnya kantor atau inventaris kantor–dan akan mengikuti dengan sendirinya.
Keuletan ini diwarisi Theo dari orangtuanya. Selain keuletan, “Mereka juga mengajari saya soal kejujuran serta etos kerja. Dukungan yang kuat pada tahun-tahun awal ketika saya belum bisa menghasilkan menjadi motivasi yang kuat untuk berhasil,” imbuhnya lagi. Pengalaman bekerja di bawah Perry Tristianto, sang raja FO, juga membawa keuntungan lain. Theo mengakui betapa ia mengagumi cara Perry menjalin relasi, keuletannya untuk tetap hands on pada hal-hal kund, serta kehebatannya membaca peluang hingga 5 tahun ke depan. “Beliau juga selalu mencari ide baru lewat bergaul dengan berbagai kalangan, termasuk generasi mucla. Walaupun tidak semua terserap, keuletan dan cara pikir beliau cukup menginspirasi saya,” kata Theo.

Setiap kesulitan membuat ia dan mitranya belajar untuk tetap ulet dan tidak menyerah saat menghadapi rintangan dalam berbisnis.

KEUNGGULAN BISNIS
Salah satu kepiawaian Theo membangun bisnis dalam waktu yang tidak terlalu lama adalah product knowledge-nya yang kuat. la tahu sekali bahwa bisnisnya bersifat 132B dengan pangsa pasar yang luas. Meskipun kliennya kebanyakan dari kalangan perbankan, ia yakin bahwa sejalan dengan perkembangan waktu, setiap perusahaan atau bidang usaha yang berhubungan dengan pelayanan konsumen akan membutuhkan produk sistem antreannya. Karena itu, ia giat melakukan kegiatan riser untuk menyempurnakan produk dan jasanya, “Saga selalu menekankan bahwa kita harus selalu menciptakan sesuatu yang baru dan menghasilkan something great, not just good.”
Layanan purnajual juga merupakan salah satu keberhasilan bisnisnya. “Barang elektronik yang dijual, akan ada waktunya mengalarni failed system, apa pun penyebabnya. Di situlah kami harus tetap bersama dengan klien untuk memberikan servis terbaik,” tambah pimpinan yang selalu mengutamakan silaturahmi baik dengan klien maupun karyawannya sendiri ini.
la menambahkan bahwa produk yang dijualnya bukanlah barang langka. Namun, produk itu dapat di-customized dengan fitur-fitur yang mengutamakan kebutuhan tiap-tiap konsumen. Ito sebabnya, Theo menganggap bahwa bahan baku dasar usahanya adalah kekuatan tim engineering-nya dalam melakukan desain dan pemrograman embedded system sehingga tercipta produk yang mantap. Selain mantap secara teknis, juga mantap kemasannya.
Karena kekuatan tim begitu dibutuhkan, Theo sangat memperhalikan urusan ini. Dalam pandangannya, karyawan merupakan berkah, sehingga ia harus memberikan pelayanan yang baik kepada mereka. Maka, di kantornya diterapkan unsur kekeluargaan, profesionalitas, kedewasaan, dan sikap saling peduli. Setiap minggu selalu ada waktu makan siang bersama minimal satu kali. Setiap bulan juga selalu diusahakan untuk main futsal bersama. Setiap tahun pun, selalu ada gathering dengan seluruh keluarga karyawan. Pelayanan kesehatan dan tabungan Jamsostek juga disediakan. “Lebih baik berikan dulu kewajiban kantor kepada mereka sebagai keluarga sehingga mereka akan memberikan yang terbaik untuk kantor. Hal-hal ini membuat turnover karyawan di kantor sangat rendah,” tegasnya.

Layanan purnajual juga merupakan salah satu keberhasilan bisnisnya, karena jarang elektronik pasti ada waktunya mengalami failed system, apapun penyebabnya. Di situlah mereka harus memberikan servis terbaik.

Menyadari bahwa untuk memperoleh tim engineering yang kompeten dalam bidang ini tidak terlalu mudah—karena memerlukan keahlian teknis dan kepandaian yang mutlak tinggi—beberapa waktu belakangan ini Theo menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga pendidikan ternama untuk dapat memperoleh somber daya manusia terbaik. “Boat says, lebih mudah mencari bahan baku materi ketimbang non-materi,” katanya sambil tergelak.
Dibandingkan dengan sulitnya mencari tenaga engineering yang kompeten, bahan baku embedded system sendiri tidak sulit dicari. Sebagian besar materi masih bisa didapat di negeri sendiri, “Walaupun untuk beberapa desain kami memerlukan chip IC khusus yang tidak tersedia di pasar Indonesia dan harus kita impor sendiri.”
Meskipun ada celah yang harus dilompati dan halangan yang harus disiasati, semua itu dilakukannya dengan penuh semangat karena telah bermimpi menjadi bagian kecil dari dunia yang mampu menghadirkan produk-produk bermutu dan berguna bagi klien dan masyarakat. “Uang nantinya akan menjadi konsekuensi logic dari bisnis yang kita kerjakan,” katanya yakin.

TESTIMONI
Q: Apakah Anda merasa banting setir menjadi pengusaha padahal memiliki pendidikan yang tinggi?
A: Menurut saya, sap tidak banting setir karena memang saya sudah memposisikan diri saya untuk menjadi pengusaha sejak dari kuliah. Justru pendidikan yang tinggi dapat membantu kita dalam usaha kita, karena dengan pendidikan yang baik, kita makin mempunyai kepercayaan diri dan ilmu yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk membangun relasi kepada klien-klien kita.

Tips
HUKUM WIRAUSAHA #24
DNA Wirausaha

‘Takdir bukanlah perkara kesempatan, tetapi pilihan juga bukan sesuatu yang dapat ditunggu, takdir harus diupayakan.William Jennings Bryan

BANYAK ORANG BERPIKIR bahwa DNA adalah unsur pembawa keturunan yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seperti halnya Theo yang berasal dari keluarga pedagang. la mewarisi DNA pengusaha dari orangtuanya yang berprofesi sebagai pedagang yang menjual kebutuhan sehari-hari di Pati. Namun demikian, belakangan ditemukan ternyata DNA kewirausahaan bukanlah DNA biologis yang dibawa secara genetik atau turun-temurun di dalam sel-sel tubuh manusia.
DNA kewirausahaan adalah DNA perilaku yang dibentuk bukan dari warisan genetika, melainkan dari pergaulan sehari-hari. Pergaulan itu dimulai dari hubungan antara seorang anak dengan lingkungan terdekatnya, yaitu keluarganya sendiri, lalu, berlanjut ke teman-teman dekat, tetangga, teman kuliah, atau orang-orang yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan berhubungan erat dengan anak tersebut. Apalah artinya DNA kewirausahaan yang dimiliki orangtua, bila orangtua tidak melakukan komunikasi intensif atau memberikan jejak pengaruh yang kuat tentang kewirausahaan kepada anak-anaknya. Demikian pula, apalah artinya tetangga yang berada di dekat rumah, apabila seseorang mengisolasi dirinya dengan hanya membaca buku dan sibuk pulang-pergi kuliah atau sekolah.
Dengan demikian, hubungan yang intensif dengan seseorang tidak harus berada pada jarak geografis tertentu, melainkan pada kedekatan batiniah dan interaksi yang dibangun sehari-hari. Untuk mendapatkan DNA kewirausahaan, berikut adalah tips yang saga sarankan:
  • Bangunlah hubungan yang intens dengan orang-orang yang sudah lebih dahulu memiliki iiwa atau karakter kewirausahaan. Orang-orang ini ada di mana saja dan Anda tidak harus berada pada jarak geografis yang dekat untuk mendapatkan gelombang pengaruh dari mereka.
  • Datangi mereka, lakukan interaksi, ajukan pertanyaan-pertanyaan, dan libatkan diri Anda pada pekerjaan mereka. Jangan mengharapkan imbalan apa pun dari orang itu, karena yang sebenarnya Anda harapkan adalah curahan pengaruh dari DNA mereka.
  • DNA kewirausahaan hanya terbentuk kalau Anda memiliki ciri-ciri seperti keterbukaan dalam berpikir atau melakukan hal baru, ketabahan dalam menghadapi berbagai kesulitan, keleluasaan dalam mengungkapkan isi pikiran dan perasaan, kesepahaman dalam melihat masa depan, dan ketangguhan dalam menghadapi segala macam tekanan ataupun rintangan.
  • Pergilah ke luar dan temuilah pengusaha-pengusaha yang ulet dan telah berkembang, yang menjadikan mereka sebagai seorang street smart. Jadikan mereka sebagai mentor Anda dan pelajari hal-hal yang tidak biasa dalam kehidupan mereka. Kenali, pelajari, lalu lakukan hal-hal yang telah mereka lakukan, dan lihallah sendiri seperti apa hasilnya.
  • Karena DNA perilaku menular, maka waspadailah wirausahawan yang berwawasan sempit atau terbiasa mengambil langkah dan jalan pintas atau berspekulasi, karena mereka semua juga akan turut membentuk karakter dan DNA kewirausahaan Anda.
Di atas segalanya, wirausahawan tidak pernah lahir dari orang yang hanya menunggu. Anda harus bergerak, melangkah, mungkin terjatuh, dan bangkit untuk kembali mencoba.


Sumber : wirasmada.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar