Jumat, 31 Agustus 2012

Sukses Dengan Menganyam

Tak Cari Keuntungan Sendiri

Tas Gendhis yang dianyam dari berbagai tanaman yang tumbuh di Indonesia, tak hanya mengalirkan profit untuk Ferry, melainkan juga memberi keuntungan bagi para petani. Ketika model tas dengan bahan dasar tanaman mendong makin digemari, secara otomatis permintaan akan mendong juga meningkat. Begitu juga dengan tanaman rotan dan purun. “Dengan sentuhan kreativitas tinggi, kami menyulap tanaman tersebut menjadi tas-tas bernilai jual tinggi. Dampaknya, penghasilan petani pun bertambah,” kata Ferry, sambil menambahkan bahwa 70% bahan dasar tas Gendhis adalah bahan natural.

Ferry meyakini, kepandaiannya berkreasi adalah berkah. Karena itu, ia tidak mau pelit berbagi ilmu. Tak segan-segan ia menebarkan ilmunya kepada para supplier, agar mereka juga dapat lebih kreatif dan peka terhadap kemajuan zaman, bahkan dunia fashion. Meski tetap sibuk memenuhi berbagai pesanan, Ferry konsisten dengan misi sosialnya, yaitu mengadakan pelatihan di daerah. “Tujuan pertama kami adalah Kalimantan, karena bahan rotan berasal dari sana. Kami mengajarkan tentang pola anyam, cara mewarnai dengan bahan alami, cara mendesain dan mengemas, sampai cara membuat display produk,” kata Ferry, yang bercita-cita menggunakan bahan natural dari seluruh Indonesia. 

Seru, sekaligus mengharukan. Begitulah kesan Ferry tentang pelatihan itu. Mengharukan, karena saat ini jumlah petani rotan mulai menyusut, kalah dari upah mencari karet dan emas. Namun, Ferry tak henti-hentinya membakar semangat mereka, agar tetap mau menjadi petani rotan. “Saya membeli bahan baku langsung dari mereka. Selain itu, saya juga berusaha rutin mengambil barang setengah jadi yang sudah mereka anyam. Dengan demikian, mereka tetap semangat menanam rotan,” kata Ferry, sembari menegaskan, tanaman yang ia gunakan mudah dibudidayakan, sehingga tidak menyalahi aturan negara.
PR Ferry selanjutnya adalah menciptakan produk cantik dari bahan-bahan baku tersebut.

Tampaknya, itu bukan PR yang sulit. Buktinya, selama 3 tahun kerja sama itu telah terjalin dengan manis. “Kami sudah memasarkan produk rotan sampai ke mancanegara. Bahkan, hampir separuh produk kami didominasi oleh rotan,” tutur Ferry. Tak berhenti sampai di situ, Ferry juga mulai memikirkan branding untuk produk-produk mereka. “Ada satu kabupaten yang maju dengan pesat, karena bupatinya menyukai tas natural. Kami sedang mencari logo yang tepat, sekaligus menyiapkan strategi pemasarannya,” lanjut Ferry, yang juga berencana memberi pelatihan di daerah lain.

Sumber : wanitawirausaha.femina.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar