Tak Cari Keuntungan Sendiri
Tas
Gendhis yang dianyam dari berbagai tanaman yang tumbuh di Indonesia,
tak hanya mengalirkan profit untuk Ferry, melainkan juga memberi
keuntungan bagi para petani. Ketika model tas dengan bahan dasar tanaman
mendong makin digemari, secara otomatis permintaan akan mendong juga
meningkat. Begitu juga dengan tanaman rotan dan purun. “Dengan sentuhan
kreativitas tinggi, kami menyulap tanaman tersebut menjadi tas-tas
bernilai jual tinggi. Dampaknya, penghasilan petani pun bertambah,” kata
Ferry, sambil menambahkan bahwa 70% bahan dasar tas Gendhis adalah
bahan natural.
Ferry meyakini, kepandaiannya berkreasi adalah
berkah. Karena itu, ia tidak mau pelit berbagi ilmu. Tak segan-segan ia
menebarkan ilmunya kepada para supplier, agar mereka juga dapat lebih
kreatif dan peka terhadap kemajuan zaman, bahkan dunia fashion. Meski
tetap sibuk memenuhi berbagai pesanan, Ferry konsisten dengan misi
sosialnya, yaitu mengadakan pelatihan di daerah. “Tujuan pertama kami
adalah Kalimantan, karena bahan rotan berasal dari sana. Kami
mengajarkan tentang pola anyam, cara mewarnai dengan bahan alami, cara
mendesain dan mengemas, sampai cara membuat display produk,” kata Ferry,
yang bercita-cita menggunakan bahan natural dari seluruh Indonesia.
Seru,
sekaligus mengharukan. Begitulah kesan Ferry tentang pelatihan itu.
Mengharukan, karena saat ini jumlah petani rotan mulai menyusut, kalah
dari upah mencari karet dan emas. Namun, Ferry tak henti-hentinya
membakar semangat mereka, agar tetap mau menjadi petani rotan. “Saya
membeli bahan baku langsung dari mereka. Selain itu, saya juga berusaha
rutin mengambil barang setengah jadi yang sudah mereka anyam. Dengan
demikian, mereka tetap semangat menanam rotan,” kata Ferry, sembari
menegaskan, tanaman yang ia gunakan mudah dibudidayakan, sehingga tidak
menyalahi aturan negara.
PR Ferry selanjutnya adalah menciptakan produk cantik dari bahan-bahan baku tersebut.
Tampaknya,
itu bukan PR yang sulit. Buktinya, selama 3 tahun kerja sama itu telah
terjalin dengan manis. “Kami sudah memasarkan produk rotan sampai ke
mancanegara. Bahkan, hampir separuh produk kami didominasi oleh rotan,”
tutur Ferry. Tak berhenti sampai di situ, Ferry juga mulai memikirkan
branding untuk produk-produk mereka. “Ada satu kabupaten yang maju
dengan pesat, karena bupatinya menyukai tas natural. Kami sedang mencari
logo yang tepat, sekaligus menyiapkan strategi pemasarannya,” lanjut
Ferry, yang juga berencana memberi pelatihan di daerah lain.
Sumber : wanitawirausaha.femina.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar