Kamis, 18 Juli 2013

Ayam Bakar Anti Mewah ala Mas Wahyu

Bisnis kuliner di kalangan artis bukan lagi hal baru. Strategi ini mudah ditebak. targetnya kalangan menengah hingga menengah atas, mengandalkan koneksi sesama artis dan fans untuk promosi dan mengawali bisnis di ibukota. Itu tak berlaku bagi warung Ayam Bakar ‘Mas Wahyu’. 

Wahyu Soeparno Putro lebih dikenal pemirsa televisi Indonesia dalam program Rahasia Sunnah. Pria asal Skotlandia ini punya nama asli Dale Andrew Collins-Smith. dia tinggal di Yogyakarta sejak usia 16 tahun. Kini Wahyu masih menetap di Kota Pelajar tersebut dengan keluarga angkat dan istrinya Delfina. Tidak jauh dari tempat tinggal mereka, suami-istri yang baru menikah tepat setahun lalu ini membuka warung makan Ayam Bakar Mas Wahyu. 

Warung makan Ayam Bakar Mas Wahyu sebetulnya adalah bisnis Delfina untuk menambah penghasilan keluarga kecilnya sekaligus pembunuh sepi. 

Sebetulnya sebelum saya kenal mas Wahyu saya sudah bisnis makanan. Bisa dibilang bisnis makanan kecil lah yang mempertemukan saya dengan Mas Wahyu. Sesudah menikah kita sepakat untuk tinggal di Jogja. Saya memang nggak mau terlalu lama di Jakarta dan Mas Wahyu ternyata juga ingin hidup di Jogja. Di tahun 2010 setelah stop dari Trans 7 Mas Wahyu sudah nggak ada yang support KITAS-nya jadi, dia juga tidak bisa bekerja. Mas Wahyu tetap ada kegiatan sosial. daripada saya nggak ngapa-ngapain di rumah, maka saya minta ijin Mas Wahyu buka warung di Jalan Nologaten, Yogyakarta. Alhamdulillah Mas Wahyu mendukung. Ayam bakar kita ini memakai resep Bu Soeparno, ibu angkat Mas Wahyu. yang kasih nama menu Ayam Bakar Cemong juga mas Wahyu, soalnya hitam. 

Kalau kata Mas Wahyu di daerah seperti ini justru jangan yang terlalu mewah karena orang Jogja cenderung enggan masuk rumah makan mewah, yang kesannya mahal. Jadi kita bangun sederhana saja di atas lahan 195 meter persegi. Temboknya juga sengaja tidak semua dicat. Yang terpenting ada toilet dan mushola, ujarnya. 

Untuk menu saya mengkombinasikan resep Bu Soeparno mertua saya dengan resep mama saya. Jadi perpaduan Jogja dan Padang. Buat konsep warungnya saya serahkan sama Mas Wahyu. Karena Mas Wahyu pernah jadi manajer di The Piano Resto, sehingga dia tahu betul bagaimana membangun bisnis ini. desain interiornya sampai penyesuaian dengan karakter pasar Mas Wahyu ahlinya. 

Sebetulnya saya tidak dengan sengaja membidik segmen tertentu. setelah saya amati yang paling sering datang ke sini itu karyawan. Kalau di warung sebelah itu sasarannya mahasiswa. Karena mereka menjual menu dengan harga sangat murah dan harga itulah yang jadi tantangan kita. 1 paket Ayam Bakar Cemong misalnya kita jual 10.000 rupiah untuk mahasiswa Jogja harga segitu belum bisa dibilang murah. memang sulit membidik pasar mahasiswa karena mereka cari yang benar-benar murah. harga kita tidak terlalu murah karena yang kita utamakan itu makanan sehat higienis dan tempat yang nyaman. Disini tidak ada yang pakai vetsin. Namun harganya masih terjangkau kok untuk karyawan biasa. mereka yang paling sering makan di sini terutama karyawan Ambarukmo Plaza. mungkin karena mereka sudah berpenghasilan dan punya kesadaran lebih tentang kesehatan. 

Kita pakai beberapa strategi. Dari sebulan yang lalu waktu awal buka kita menyebarkan 500 flyer di parkiran mall-mall. juga pakai sosial media terutama ke teman-teman Mas Wahyu di Facebook. Sampai pakai promo lucu-lucuan segala. Jadi, yang namanya Soeparno atau Putro bisa makan gratis di sini dan yang hari itu sedang ulang tahun juga bisa makan gratis, yang penting membawa KTP. tanggal 20 Mei nanti kita ikut festival yang diadakan salah satu stasiun televisi swasta di Alun-alun Utara. 

Kalau dibilang berhasil sih belum ya. butuh waktu yang tidak singkat dan harus sabar. Sekarang ada 6 karyawan yang saya pekerjakan di sini, shift siang dan malam. Dalam sehari kita bisa jual sepuluh sampai dua puluh porsi. Memang tidak banyak karena kita baru sebulan di sini. 

Sumber : grosirkita.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar