Kamis, 07 Februari 2013

Bisnis Ayam Kampung


Bisnis ayam kampung bisa membawa rezeki berlimpah di ibu kota. Itulah yang dilakukan Bambang Krista, pemilik Citra Lestari Farm di Bekasi, Jawa Barat. Peternakan ayam kampung milik Bambang mampu memasok 5.000 ekor dan 10.000 butir telur ayam kampung per pekan.

Banyak yang berbisnis ayam kampung di negeri ini. Tapi siapa sangka, bisnis ayam kampung bisa menjadi bisnis primadona di perkotaan. Bambang Krista lewat Citra Lestari Farm di Bekasi, Jawa Barat, membuktikan, bisnis ayam kampungnya membuat dia terkenal sebagai pemasok ayam kampung dan telur di Jakarta.

Bambang sukses membangun rantai bisnis ayam kampung itu di Jabodetabek. Bambang tidak hanya menjual ayam kampung siap potong saja, dia juga menjual telur ayam kampung dan bibit ayam kampung atau daily old chicken (DOC).

Dari peternakan ayam kampung miliknya seluas enam hektare (Ha) di Bekasi, Bambang bisa menghasilkan 3.000 sampai 5.000 ekor ayam kampung siap potong per pekan. Selain itu dia juga menyuplai 10.000 butir telur ayam kampung per pekan untuk memenuhi kebutuhan di pasar-pasar di kawasan Jabodetabek saja.

Belum cukup hanya itu, Bambang juga menjual DOC ayam kampung sebanyak 7.000 sampai 10.000 ekor per pekan. “Omzet saya bisa lebih dari Rp 200 juta,” kata Bambang.

Ayam kampung dan telur ayam kampung dari peternakan Bambang tidak hanya masuk pasar tradisional. Bambang juga memasok ayam kampung itu ke pasar modern. Sementara permintaan DOC ayam kampung berdatangan dari peternak ayam kampung di seputaran Jabodetabek dan beberapa peternak di Jawa Barat.

Kesuksesan pria asli Solo ini membangun bisnis ayam kampung tidak datang begitu saja. Bambang bekerja keras agar bisa mengangkat pamor bisnis peternakan ayam kampung tersebut.

Salah satu kiatnya adalah, Bambang menyiapkan dengan baik sebelum terjun di bisnis ini. Lihat saja, sebelum membuka peternakan, Bambang lebih dulu melakukan riset untuk mencari bibit ayam kampung yang unggul. Dia meneliti dengan baik, mulai dari mencari induk unggul hingga telur yang layak ditetaskan.

Karena tekun, Bambang sukses menemukan DOC ayam kampung unggul yang diberi nama DOC ayam kampung super. Keunggulan DOC ayam kampung super itu terletak pada usia panen yang lebih cepat dibanding DOC ayam kampung biasa. “Saya butuh enam kali perkawinan silang untuk menemukan DOC ayam kampung super,” ujar Sarjana Peternakan dari Universitas Diponegoro itu.

Menurut Bambang, membesarkan DOC ayam kampung biasa butuh waktu empat sampai enam bulan. “Berbeda dengan DOC ayam kampung super yang bisa panen setelah usia dua bulan,” terangnya.

Setelah mengetahui kelebihan dari DOC ayam kampung super itu, barulah Bambang memberanikan diri membuka peternakan ayam. Dan tentu saja, Bambang juga melakukan pembibitan DOC ayam kampung super untuk dijual kepada para peternak.

Karena produktif, DOC ayam kampung super itu digemari peternak ayam kampung. Alhasil, nama Bambang Krista menjadi populer di mata peternak. Banyak peternak ayam kampung beralih membeli DOC milik Bambang karena lebih menguntungkan dari sisi produksi.

Apalagi harga jual ayam kampung lebih tinggi dibanding dengan ayam buras. Sebagai perbandingan, harga ayam buras di pasaran Rp 16.000 per kilogram (kg). Sementara, harga jual ayam kampung mencapai Rp 25.000 per kg.

Tapi, kesuksesan Bambang berbisnis tidak membuat dia lupa lingkungan sekitarnya. Bambang kini memiliki 20 peternak binaan di Jonggol, Bogor. “Tadinya warga itu menggantungkan hidup di sektor perdagangan saja,” terang Bambang.

Peternak binaan Bambang itu mendapat pasokan DOC dari Bambang. Setelah dibesarkan peternak, Bambang membantu mereka untuk memasarkannya. Saat ini, para peternak di Jonggol itu bisa menghasilkan 5.000 ekor ayam kampung setiap panen (dua bulan).

Selain memiliki binaan, Bambang juga sering bertandang ke berbagai kota untuk memberikan pelatihan beternak ayam kampung kepada sesama peternak. “Motivasi saya adalah ingin berbagi ilmu,” katanya.

Setelah gagal menjadi peternak ayam broiler, Bambang mulai melirik ayam kampung. Namun ia memilih tak menjual ayam namun menjual telur ayam kampung. Dengan kemasan yang baik, Bambang berhasil menjual telur 50% lebih tinggi dari telur lainnya. Setelah berdagang telur sukses, Bambang mulai melirik usaha breeding farm.

Bambang Krista adalah contoh peternak sekaligus pebisnis yang sukses menggabungkan teori dan praktik. Maklum, pria berusia 48 tahun ini merupakan alumni Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro (Undip), Semarang. Bahkan ketika masih kuliah ia kerap dipercaya sebagai asisten dosen untuk beberapa mata kuliah.

Namun, ketika kuliah dulu, Bambang tak pernah bercita-cita menjadi peternak ayam. Bahkan, saat kuliah dia malah tak mengambil mata kuliah tentang unggas. “Saya dulu bercita-cita ingin punya peternakan sapi, seperti di Eropa,” ujar Bambang

Walaupun awalnya tidak menyukai ayam, selepas kuliah pada 1989 ia terpaksa mulai merintis karier sebagai tenaga ahli di sebuah peternakan ayam broiler di Kramat Jati, Jakarta Timur. Dari situlah Bambang mulai tertarik dengan ayam. Dia melihat perputaran uang dalam bisnis ayam ternyata luar biasa besar.

Bayangkan, dalam waktu 25 hari hingga 40 sejak ayam berumur sehari atau day old chicken (DOC) ayam sudah bisa dipanen dan untung bisa diraih. Selain itu, ibaratnya, pembeli langsung datang ke kandang ayam alias tak perlu memasarkan.

Nahas, peternakan ayam broiler itu terpaksa tutup kandang alias bangkrut saat krisis moneter melanda Indonesia pada 1998 silam. Ketika itu, banyak peternak ayam di negeri ini gulung tikar lantaran tak mampu membeli pakan yang harganya melenting tinggi sekali. Sementara itu, “Harga ayam malah melorot menyesuaikan dengan daya beli masyarakat yang turun akibat krisis,” terang Bambang.

Setelah peternakan ayam broiler itu gulung tikar dan Bambang kehilangan pekerjaan, ia langsung banting setir menjadi pedagang sembako untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namun jadi pedagang tak lama karena pada 1999, Bambang mendapat tawaran dari seorang temannya untuk bekerja di usaha pembibitan ternak atau breeding farm.

Meski sudah kembali bekerja, Bambang belum lupa dengan rezeki dari ayam broiler. Karena itu, dia masih beternak ayam ini. Bahkan, jumlah ayam broilernya itu pernah mencapai 100.000 ekor.

Sayangnya, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Lagi-lagi terpaan krisis menghantam peternak. Pada 2003, krisis melanda Asia, peternakan Bambang pun kembali runtuh. Dia rugi besar. Sampai-sampai hartanya ludes untuk menutupi kerugian.

Setelah gagal yang kedua ini, Bambang sadar, beternak ayam broiler berisiko tinggi. Ia mulai berpikir untuk beternak ayam kampung. Masalahnya, ketika itu pamor ayam kampung kalah dengan ayam bukan ras (buras) ini.

Namun Bambang tetap nekat. Menurutnya, bagaimanapun ayam kampung lebih tahan penyakit dan biaya perawatannya murah karena tak perlu dengan sistem intensif seperti beternak ayam broiler.

Menginjak 2008, Bambang mulai mantap dengan pilihannya beternak ayam kampung untuk diambil telurnya. “Awalnya sulit untuk mempromosikan telur ayam kampung tersebut,” ujar Bambang.

Agar telur laku, Bambang pun membuat kemasan serapi mungkin. Kemasan ini penting agar telur-telur itu bisa dijual di supermarket. Cara ini ternyata jitu, tak sampai setahun, telur ayam kampung kemasan Bambang mulai laris manis karena ia berhasil untuk menjaga kualitas telurnya. Selain itu, keuntungan Bambang juga 50% lebih besar dibanding penjual telur lainnya. “Dengan pengemasan yang lebih baik, saya bisa untung lebih banyak,” ujar Bambang

Sukses di telur, Bambang mulai mengembangkan usaha dengan menjadi pembibit ayam kampung. Memang risiko di bisnis pembibitan lebih besar dibandingkan dengan menjadi peternak. Namun, Bambang juga tahu persis tak banyak pebisnis yang bermain di pembibitan ayam kampung. “Karena itu saya yakin bibit saya pasti laku,” ujarnya.

Dengan menjadi penyuplai bibit, ia tidak perlu bersaing ketat dengan peternak lainnya, namun justru membantu usaha mereka. “Bidang breeding farm masih sangat dibutuhkan peternak,” ujar Bambang.

Setelah mampu membuktikan sebagai peternak ayam kampung yang sukses, Bambang pun sering diundang untuk memberikan pelatihan peternakan ayam kampung yang benar. Selain itu, karena banyaknya permintaan, di sela-sela waktu senggangnya Bambang juga tetap rajin menulis buku tentang peternakan ayam kampung.

Prospek bisnis ayam kampung kini mulai cerah setelah Bambang Krista memasyarakatkan cara beternak ayam kampung secara intensif. Usaha peternakan ayam kampung yang sebelumnya dilakukan secara tradisional mulai berubah ke cara beternak yang lebih modern seperti laiknya memelihara ayam bukan ras atau ayam ras.

Cara beternak ayam kampung modern itu memang membawa dampak besar. Lihat saja, kalau sebelumnya nilai ekonomis ayam kampung baru diperoleh setelah ayam berusia tiga bulan atau lebih, kini peternak hanya butuh waktu 45-60 hari untuk bisa panen.

Namun demikian, menurut Bambang, peternakan ayam kampung dalam skala besar masih bisa dihitung dengan jari. Saat ini, peternakan ayam kampung masih dikelola dalam skala menengah dan kecil. “Banyak yang beranggapan bisnis ayam kampung ini bisnis recehan,” ujar Bambang.

Padahal, melihat hasil yang diraih Bambang saat ini, sejatinya bisnis ayam kampung ini bisa lebih stabil dan punya masa depan yang cerah. Selain itu, beternak ayam kampung juga jauh lebih menguntungkan karena ayam ini lebih tahan penyakit dibandingkan dengan ayam broiler. Padahal, harga jual ayam kampung juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ayam buras itu. Apalagi saat ini lamanya masa panen beternak ayam kampung sudah bisa diatasi.

Ayam kampung hasil penelitian Bambang ini memang terbilang super. Lihat saja, ayam kampung yang diternak Bambang itu punya daging selezat ayam kampung namun masa panen sesingkat ayam broiler. “Perkembangan yang cepat tentu lebih menghemat biaya produksi dan memperkecil risiko kematian,” terang Bambang.

Contoh sukses Bambang itu tentu juga membuat masyarakat semakin tertarik untuk ikut beternak ayam kampung. Bambang yang suka berbagi ilmu ini pun tak pelit menularkan cara beternak ayam kampung yang efisien. Itulah sebabnya, Bambang rutin mengadakan pelatihan beternak ayam kampung di Cibubur dan Bekasi.

Tidak hanya itu ia juga kerap diundang sebagai pembicara mengenai ayam kampung ke berbagai daerah di Indonesia. Jam terbangnya yang tinggi membuat semua masalah berat peternak menjadi ringan. “Pelatihan tersebut sekaligus untuk memperkuat jaringan usaha,” ujar Bambang.

Jaringan usaha itu memang penting bagi pertumbuhan bisnis. Salah satu manfaat jaringan bisnis ini, di antara peternak bisa saling berkomunikasi untuk menjaga harga produk agar tidak jatuh.

Bagi Bambang, bisnis seperti ini harus dijaga agar tetap saling menguntungkan. Itulah sebabnya, “Saya juga sering memberikan bantuan pelayanan secara gratis di berbagai daerah,” imbuh Bambang.

Dalam membantu para peternak baru, ia biasanya akan mewanti-wanti mengenai kondisi kandang. Menurut Bambang, kesiapan kandang sangat penting untuk meminimalisasi risiko kematian bibit ayam akibat virus. Kandang yang siap menampung bibit bisa dilihat dari sirkulasi udara dan lingkungan sekitar kandang yang steril.

Situasi kandang sebaiknya berada di wilayah yang tenang dan tidak dimasuki oleh sembarangan orang. “Karakter ayam itu sensitif dan gampang stres kalau ada perubahan di sekitarnya,” ujar Bambang.

Bambang sendiri yang punya jam terbang panjang di bidang peternakan ayam juga masih tetap hati-hati. Ia mengaku pernah merugi lantaran bibit yang dijualnya kepada seorang mitra mati mendadak. Setelah diteliti, ternyata itu akibat virus yang berbiak di kandang yang tidak steril. “Karena itu saya akan memastikan para klien saya siap sebelum pengiriman bibit,” jelas Bambang.

Kini, di sela-sela waktu luangnya, Bambang masih rajin menulis buku tentang beternak ayam kampung ini. Hingga saat ini ia telah menerbitkan tiga buku yang laris manis diserbu pembeli. Buku-buku itu mengenai tata cara beternak ayam kampung untuk peternak dari kalangan awam hingga untuk keperluan studi. “Buku tersebut saya tulis karena permintaan masyarakat yang tinggi,” ujar Bambang.

Sumber : wirasmada.wordpress.com

1 komentar:

  1. Assalamu’alaikum wr wb...

    Bismillahirrahamaninrahim...

    senang sekali saya bisa menulis
    dan berbagi kepada teman2 melalui tempat ini,
    sebelumnya dulu saya adalah seorang pengusaha dibidang property rumah tangga
    dan mencapai kesuksesan yang luar biasa, mobil rumah dan fasilitas lain sudah saya miliki,
    namun namanya cobaan saya sangat percaya kepada semua orang,
    hingga suaatu saat saya ditipu dengan teman saya sendiri dan membawa semua yang saya punya,
    akhirnya saya menanggung hutang ke pelanggan-pelanggan saya totalnya 470 juta dan di bank totalnya 600 juta ,
    saya sudah stress dan hampir bunuh diri anak saya 3 orang masih sekolah di smp / sma dan juga anak sememtarah kuliah,tapi suami saya pergi entah kemana dan meninggalkan saya dan anaka-naknya ditengah tagihan hutang yang menumpuk,
    demi makan sehari hari saya terpaksa jual nasi bungkus keliling dan kue,
    ditengah himpitan ekonomi seperti ini saya bertemu dengan seorang teman
    dan bercerita kepadanya, alhamdulilah beliau memberikan saran kepada saya.
    dulu katanya dia juga seperti saya setelah bergabung dengan PROGRAM DANA GAIB hidupnya kembali sukses,
    awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama satu hari saya berpikir
    dan melihat langsung hasilnya, saya akhirnya bergabung dan mengunjungi website www.danagaib.xtgem.com
    semua petunjuk Bpk Kiyai saya ikuti dan hanya 2 hari astagfirullahallazim,
    alhamdulilah demi allah dan anak saya,
    akhirnya 5m yang saya minta benar benar ada di tangan saya,
    semua utang saya lunas dan sisanya buat modal usaha,
    kini saya kembali sukses terimaksih Kiyai saya tidak akan melupakan jasa aki.
    jika teman teman berminat, yakin dan percaya insya allah,
    saya sudah buktikan demi allah silahkan kunjungi webiste www.danagaib.xtgem.com atau lansung  KLIK DISINI












































































































































































































    BalasHapus