Warnanya yang menarik tertata rapi di atas mangkuk, terbalut daun kehijauan, dan tercium wangi dari kejauhan menggoyangkan lidah untuk mencobanya. Deretan kue basah dan aneka gorengan bak primadona show case yang sedang menggoda pelanggan untuk segera disantap. Siapa yang tidak akan tergiur melihat warna-warni kue tradisional terpajang di dalam display case?
Kue tradisional memang memiliki kekhasan dan kekayaan cita rasa dibandingkan kue ala Barat. Perpaduan gurih, legit, manis, asin, dan pedasnya menjadi selera tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Variannya yang begitu kaya tak bosan untuk dicoba dan tetap menggoyangkan lidah para penikmatnya. Kue tradisional tetap di hati pecintanya.
Kemunculan kue tradisional yang bermula hanya disajikan sebagai panganan saat tamu berkunjung, arisan, dan silaturahim antar kerabat ternyata dijadikan bisnis oleh sebagian masyarakat. Ternyata peluang tersebut digeluti seorang wanita kelahiran Sukabumi, Ibu Hanita, pemilik Toko Kue Irma. Pada 1980 Toko Kue Irma didirikan, meskipun saat itu hanya bisnis rumahan. Bekal dan warisan ilmu orang tua, membuat Ny. Hanita melanjutkan semangat ibundanya memulai bisnis kue tersebut.
Perbekalan yang cukup membawanya percaya diri untuk terjun di dunia bisnis. Ternyata memang dahsyat efek dari pemasaran melalui mulut ke mulut, yang merupakan satu penentu kesuksesan atau kehancuran sebuah bisnis. Akan tetapi, dalam sejarah Toko Kue Irma, pemasaran cara ini menjadi pengubah besar dalam usahanya.
Toko yang berada di Jalan Gelong Baru Barat I No. 42, Tomang, Jakarta Barat awalnya pun bukan berpusat pada kue-kue tradisional, melainkan pada penawaran 3 macam pastry, yaitu Pisang Molen, Chicken Pie, dan Saucys Broad yang disediakan untuk pesanan kecil.
Permintaan ternyata cukup bagus. Pasar menerima dengan tangan terbuka. Kritikan dan masukan bermunculan, Toko Kue Irma pun menggali daya kreasi menuju ke bisnis kue-kue tradisional. Pemasarannya meningkat, dari instansi pemerintah, acara perkantoran, ulang tahun, gathering, dan lain-lain. Sampai saat ini, Toko Kue Irma mampu menjajakan puluhan macam kue tradisional, seperti gorengan, aneka kue basah, jajanan pasar, dan kue ala Barat lainnya, seperti pastry, roti, kue kering, cake, dan snack.
Kesuksesan Menjadi NyataMeskipun berada di dalam komplek perumahan, jauh dari jalan raya, Toko Kue Irma di Tomang tetap tidak kehilangan konsumen. Seperti contoh satu pelanggannya yang sedang memesan kue ulang tahun saat dijumpai tim reportase Bakery Indonesia di Toko Kue Irma Tomang. “Sudah lama saya berlangganan kue-kue di sini. Selain rasanya yang enak dan ragamnya yang banyak, harganya pun terjangkau. Saya tidak bosan memilihnya. Ya meskipun satu, letaknya yang menurut saya terlalu jauh di dalam komplek perumahan sedikit menyulitkan. Saya harap Toko Irma bisa membuka outlet di pusat perbelanjaan,” ucap Heni, Ibu Rumah Tangga yang tinggal di kawasan Bekasi.
Selain strategi pemasaran melalui mulut ke mulut, toko ini sudah mulai beralih ke cara telemarketing (via telefon). Ternyata hal tersebut memudahkan konsumen karena sistem penjualannya yang dapat menggunakan sistem delivery order. Tidak hanya itu, banyak penawaran menarik mulai dari harga yang terjangkau dari Rp2.500-Rp5.000 untuk aneka kue tradisional, paket kue dari Rp150.000-ke atas, dan sebagainya. Tawaran lainnya, potongan harga sebesar 50% untuk kue-kue tertentu di atas pukul 17.00. bukan berarti kue yang mendapatkan diskon sudah tidak layak, kualitas tetap terjamin. Hal ini sebagai strategi saja mengingat sore hari, sudah terlalu sedikit pengunjung yang datang.
Sukses yang selama ini hanya mimpi, kini sudah dalam gengaman tangan. Hingga kini toko yang memasang brand dari salah satu anak kandungnya, Irma, per hari bisa mencapi stok 1200 buah dari puluhan ragam kue tradisional. Tidak hanya itu, toko ini mampu mempekerjakan 110 karyawan untuk 5 outlet-nya. Lima outlet itu berada di kawasan kampus Trisakti, Departemen Keuangan, Kemanggisan, Pesanggrahan, dan Tomang.
Kesuksesan tidak hanya itu, tercatat dalam rekor MURI, pada 2005 Toko Kue Irma berhasil meraih penghargaan setelah berhasil membuat Roti Buaya, kue khas Betawi, sebesar 5,6 meter bersama IWAPI dan IKABOGA.Kendala Tetap AdaMeskipun kesuksesan dalam genggaman, kendala tetap ada baik dari dalam maupun dari luar. Bisnis ini memang masih berjalan dengan menggunakan tenaga manusia. Tentunya kekuatan manusia dapat naik turun. Namun, sistem standardisasi yang menjadi acuan, rasa dan bentuk diantisipasi tidak berubah.
Kenyataan di luar sana jelas bahwa persaingan bisnis tradisional tidak hanya pada jenis yang sama. Terlebih lagi, setelah masa transisi budaya asing dengan pengaruh yang cukup besar. Kompetitor jenis lain, seperti western cake dan bakery tidak dapat disepelekan. “Saya mengakui itu menjadi kendala terbesar, apalagi kecenderungan masyarakat kini sudah mulai melirik kue tersebut. Tapi bagi saya, kue tradisional merupakan budaya Indonesia yang alami. Saya sebagai warga negara mempunyai kewajiban untuk melestarikannya. Saya pun yakin meskipun beragam dan menggiurkan western cake, kue tradisional tetap tidak terhapus dalam selera masyarakat Indonesia. Hal ini tinggal bagaimana saja kita memperlakukan kue tradisional agar tetap eksis di dunia kuliner,” ucapnya dengan bangga.
Strategi PertahananSaat itu memang belum banyak toko kue di kawasan Tomang. Pemasaran kue pun berjalan mulus. Keuntungan mengalir, kesuksesan pun didapat. Berawal hanya di atas bangunan seluas 3×6 meter, di dalam paviliun kecil, kini Toko Kue Irma mampu memperluas hingga ukuran 20×20 meter. Namun kini, ibarat perumpamaan “kanan kiri sudah toko kue”, persaingan ternyata cukup ketat. Meskipun hilang satu, tetapi seribu pesaing akan kembali tumbuh. Kompetitor dalam dunia bisnis tetap tidak dapat dihilangkan.
Untuk dapat bertahan di dunia bisnis selama kurang lebih 31 tahun, cukup ideal dikategorikan usaha yang sukses. Faktor harga yang cukup fluktuatif, persaingan yang ketat, kompetitor yang menjamur memang sempat membuat jatuh bangkit Toko Kue Irma. Meskipun tidak sampai pada keterpurukan yang riskan, toko ini tetap mengandalkan resep leluhur dengan kekhasan tersendiri sebagai strateginya. Selain itu, kreatifitas yang dituangkan dalam produknya sangat menarik konsumen mulai dari ragam yang bervariasi, kemasan yang menarik, hingga rasa dan aroma yang menggoda. Tak ayal, jitu tersebut membawa konsumen tetap setia.
Kesadaran akan gaya hidup yang sehat (healthy minded) kini semakin tinggi. Menyantap sebuah kue kini bukan sekadar memenuhi rasa lapar, tetapi juga memperhatikan apa yang dimakan dan bagaimana karakteristik kesehatan dari makanan tersebut. Kualitas tetap harus diperhatikan, apalagi mengenai kategori sehat dan halal.
“Masyarakat sekarang lebih apik dan sadar akan kesehatan. Oleh karena itu, kita tetap berusaha berinovasi terhadap kue tanpa mengenyampingkan urusan halal, sehat, dan pelayanan yang ramah pelanggan. Sederhana saja, kita menjalankan bisnis ini hanya memikirkan bagaimana Toko Kue Irma bisa berjalan hari demi hari dengan terus memperhatikan kualitas dan cita rasa, hingga dapat bertahan dan bersaing secara profesional,” tambah Sandra, anak Hanita Sulaiman.
Sumber : bakeryindonesia.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar