Kisah sukses Jamilus ternyata tidak berhenti di situ saja. Berhasil melebarkan sayap dengan bisnis restoran yang di kelolanya di dalam negri, belum membuatnya puas. Laki-laki berpembawaan ramah ini masih ingin terus mengembangkan bisnisnya. Salah satu rencana bisnisnya adalah mengembangkan bisnis ke belahan dunia lain. Arab Saudi adalah negara yang sedang di liriknya.
Keinginan Jamilus untuk melakukan ekspansi ke Arab, ini tentu saja di buat bukan tanpa alasan. Karena menurut dia, menu-menu seperti masakan padang cocok untuk lidah siapa saja dan tidak terlalau pedas untuk lidah orang luar negri. Apalagi untuk orang Arab Saudi.
“Dasar pemikiran kami melakukan ekspansi bisnis ke Arab karena di tempat itu warga Indonesia sangat banyak. Entah itu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ataupun jemaah haji yang datang setiap tahun kesana, “ Ujar jamilus. Untuk merealisasikan bisnis restoran di Arab ini, Jamilus mengaku, dibantu dan bekerjasama dengan beberapa relasi, yang mengurus semua keperluan bisnis di Negara tersebut.
“Untuk Sumber Daya Manusia (SDM), memang kami yang menyediakan. Sementara, untuk urusan izin usaha hingga pencarian tempat dilakukan oleh relasi bisnis kami di negara tersebut,” papar Jamilus didampingi istri tercinta Purnamasari. Mengelola bisnis diluar negri tentu saja lebih rumit dibandingkan mengelola bisnis di dalam negri. Sebelum memulainya banyak hal yang harus dilakukan, apalagi menyangkut proses pengurusan izin dan pencarian tempat. Namun, Jamilus tetep optimistis bisa menjadi salah satu restoran berkualitas, dimanapun restoran itu dibuka. Kualitas bagi kami adalah yang utama, dimanapun restoran itu dibuka nantinya, bukan masalah. Apalagi di Arab, prospek untuk lebih maju rasanya lebih memungkinkan,” kata laki-laki yang telah memasuki usia kepala tujuh ini. Tidak tanggung-tanggung, untuk melakukan ekspansi bisnis di daerah Arab, Jamilus tidak saja membidik satu kota di wiliyah tersebut. Namun, tiga target utama tempat restoran milik Jamilus dibuka nantinya.
Kami menargetkan akan membuka tiga restoran di tiga wilyah berbeda di Negara Arab sana, yaitu Turki, Mekkah dan Jeddah. Lokasi adalah tempat-tempat setrategis yang banyak di kunjungi setiap tahunnya, “ ungkap Jamilus. Saat memulai bisnis, Jamilus Djamil sama sekali tidak memiliki pengalaman di bisnis kuliner. Sempat gagal, tetapi kini ia sukses dengan 22 restoran Padang. Tidak mudah memang untuk memulai bisnis baru. Apalagi jika tidak dibekali dengan pengalaman di bidang bisnis yang digeluti tersebut. Namun, berkat usaha dan ketelatenan yang di lakukan oleh pemilik jaringan Restoran Sederhana Bintaro Jamilus Djamil, akhirnya berhasil melebarkan sayap di bidang pengelolaan restoran. Kini, pria kelahiran Padang 17 Februari 1935 ini telah memiliki lebih dari 22 restoran berkonsep menu-menu Sumatera Barat di berbagai kota di Indonesia.
Perjalanan Jamilus sebagai pemilik restoran memang bisa dikatan baru. Sebab laki-laki yang beristrikan Purnamasari ini berkecimpung di bisnis sejenis sejak 1997. Namun, berkat kerja keras dan kemampuan membaca peluang, akhirnya satu demi satu restoran dengan nama Sederhana Bintaro berhasil di patenkan atas namanya. Perjalanan hidup Jamilus, memang tergolong unik. Masa kecil laki-laki yang telah dikarunia anak dua putra dan dua putrid ini dihabiskan dikampung halamannya, Padang – Sumatera Barat. Namun memasuki usia Sekolah Menengah Pertama (SMP), Jamilus sudah memulai kemandiriannya dengan pindah ke Medan (Sumatera Utara). Di tempat inilah, akhirnya pria yang berdomisili di daerah Bintaro bersama keluarga menjalani masa-masa kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU). Belum selesai kuliahnya di jurusan hukum USU, Jamilus mendapatkan pekerjaan di sebuah Perusahaan Negara (PN) yang bernama PN Aneka Bakti, yang bergerak di bidang garment dan kebutuhan sembilan bahan pokok. Bukti kegigihan Jamilus terlihat dari kuatnya keinginan untuk menyelesaikan kuliah hingga gelar Sarjana Hukum pun diraihnya di Universitas Sriwijaya, Palembang. “Setelah mendapatkan gelar SH di Universitas Sriwijaya, Palembang, saya akhirnya memutuskan untuk keluar dari perusahaan tempat saya bekerja. Saya diterima bekerja di PT. Farokah, yang merupakan perusahaan rokok terbesar saat itu,”Kata Jamilus di temui dalam launching restorannya yang ke 22 di depan Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Puncak karir Jamilus diperusahaan rokok tempat dia memulai bisnis baru di dunia kuliner memang tidak mudah. Karena belum memiliki pengalaman, Jamilus akhirnya memutuskan untuk bekerja sama dengan beberapa relasi dan membuka restoran bernama Sederhana. Namun sayang, hubungan kerja sama ini tidak bertahan lama karena persaingan bisnis yang mulai tidak sehat. “Setelah merasakan persaingan yang tidak sehat itu, akhirnya saya memutuskan untuk mendirikan sendiri restoran bernama Sederhana Bintaro, diatas tanah tanah yang kami beli ketika masih bekerja di perusahaan,”papar Jamilus. Tidak disangka sama sekali, restoran pertama yang di buka Jamilus mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat luas. Hingga dalam waktu dekat, Jamilus telah mendapatkan keuntungan berlipat dari usaha pertama yang di kelola sendiri.”Kalau sekarang, kami sudah mempekerjakan lebih dari 450 karyawan dari 22 restoran. Beberapa restoran ada yang kami kelola sendiri dan ada juga yang kami kelola bersama dengan sistem franchise,”ungkapnya.
Lalu, apa kiat bisnis Jamilus hinggga sukses mengembangkan 22 jaringan restoran di berbagai kota, seperti : Jakarat, Bandung, Medan, dan Semarang?. Faktor paling menentukan suksesnya sebuah restoran adalah keberadaan tempat yang setrategis dan kualitas makanan yang ditawarkan. “Pernah kami diganggu oleh pesaing yang juga bergerak di bisnis seperti itu. Mereka bahkan menyebarkan gosip kalalu kualitas makanan yang kami jual tidak asli. Namun, hal itu ternyata tidak mempan karena pasar memilih mana yang terbaik. Kami tetap jalan, sedangkan pesaing kami akhirnya tutup sendiri,”tutur Jamilus.
Selain tempat yang berkualitas, kiat lain yang digunakan Jamilus untuk memperbesar bisnisnya dengan menerapkan sistem bagi hasil kepada setiap karyawan yang bekerja dengannya.”Ditempat ini, semua karyawan tidak di gaji. Namun setiap akhir atau awal bulan kami melakukan penghitungan keuntungan. Setelah itu, dibagikan kepada setiap karyawan. Ini memungkinkan setiap karyawan merasa ikut memiliki restoran tempat mereka bekerja,”ucapnya. Tidak berhenti disitu saja, kehati-hatian Jamilus juga terlihat dari kota-kota tempat restorannya berdiri. Sebab, menurut laki-laki yang telah berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga keluar negri ini, tidak semua kota bisa menerima restoran berkonsep menu-menu Padang. “Kami tidak mau melebarkan jaringan restoran ini di Padang. Walaupun itu kota keahiran saya, saya merasa persaingan disana lebih ketat. Karena, banyak ahli masak disana. Jadi, lebih baik kami pilih kota lain lagi,”kata Jamilus sambil tertawa.
Sumber : restaurantsederhanabintaro.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar