Rabu, 06 Februari 2013

Konsultan IT Bisnis Buah


Kisah Perjalanan Alumni TDA Apprentice Yang Sukses Bisnis Online ini sudah dimuat di Harian Warta Kota edisi hari Minggu, 28 Maret 2010, Didedikasikan untuk Pesta Wirausaha 2010, dalam rangka Milad 4 TDA).

Dalam era informasi, bisnis online berkembang pesat. Edi S. Kurniawan (32), pengusaha pakaian bayi menangkap peluang itu sejak awal. Dia ingin seluruh toko di Tanahabang punya toko online.

Suatu siang saat Warta Kota menyambangi Alifia, toko super grosir pakaian anak dan perlengkapan bayi di Thamrin City, Jalan Kebonkacang Raya, Tanahabang, Jakarta Pusat. Suasananya tampak sepi.

Di beberapa sudut hanya tampak tumpukan karung plastik putih. Disisi lain seorang lelaki sedang sibuk dengan laptop warna merah. Seorang lagi bekerja di sebuah komputer PC. Dua lainnya sedang merapikan barang-barang di toko.

“Saya sengaja memilih lantai yang sepi. Sebab, 100% transaksi bisnis saya lewat internet. Disini lokasi enggak penting. Tempat sepi, sewanya lebih murah. Yang penting, masih ada bau-bau Tanahabang,” ujar Edi S. Kurniawan, pemilik toko online www.grosirtanahabang.com membuka percakapan dengan Warta Kota, belum lama ini.

Meski bisnisnya dioperasikan secara online, tapi nama Tanahabang tetap ditonjolkan. Maklum, Tanahabang adalah icon bisnis tekstil di negeri ini, bahkan dikenal sebagai pusat perdagangan tekstil terbesar di Asia Tenggara.

Bagi ayah Randika Chandra Aryandi ini, Tanahabang mempunyai arti khusus. Mantan buruh pabrik di Tangerang ini mulai belajar bisnis dengan mengikuti program magang di toko-toko milik H. Alay, inspirasi berdirinya komunitas bisnis Tangan Di Atas (TDA) dan raja tekstil dan properti di Tanahabang. Dengan bekal ilmu bisnis dari magang, kerja keras dan kreatifitas, Edi dapat melewati masa sulit dalam hidupnya, sekaligus mengembangkan bisnis online www.grosirtanahabang.com dan www.alifiababyshop.com.

Saat ini, bisnis grosir pakaian anak dan perlengkapan bayi online milik mantan buruh pabrik PT. Bando Indonesia itu tumbuh pesat dengan omset rata-rata Rp. 100 juta per bulan.

Jalan menuju sukses melalui proses jatuh bangun. Pria kelahiran Lampung ini, sudah beberapa kali membangun bisnis, tapi semuanya berakhir dengan kegagalan. Edi pusing karena kegagalan itu meninggalkan banyak utang.

Edi pernah melakoni berjualan pulsa sampai buka toko fashion dan busana muslim serta usaha catering dan kantin.

Bisnis-bisnis yang disebut terakhir modalnya diperoleh dari pinjaman bank maupun kantor. Karena gagal, utangnya sampai Rp. 50 juta.

Sebagai buruh pabrik yang gajinya sekitar Rp. 2,7 juta per bulan. Edi dan istrinya, Siti Aminah, terus putar otak untuk mencari solusinya. Buruh teladan PT. Bando Indonesia (2005-2006) ini harus menyisihkan Rp. 2 juta untuk membayar cicilan hutang per bulan.

Dalam kondisi sulit itu Edi mendapat info dari TDA terkait program magang di jaringan toko H. Alay di Tanahabang. Edi tertarik dengan program itu, karena kegagalan bisnisnya selama ini, antara lain adalah tak memiliki ilmu bisnis.

Meskipun syarat mengikuti magang itu berat, Edi nekat mengambil kesempatan itu, apalagi dia mendapat dukungan dari istrinya. Untuk ikut magang itu, dia wajib bekerja enam hari seminggu selama tiga bulan nonstop. Itu berarti dia harus keluar kerja dari PT. Bando Indonesia, Gajah Tunggal Group, Tangerang. Selama magang itu Edi tidak digaji, tanpa uang makan dan transport. Sungguh berat.

Walaupun teman-temannya menyebut keputusannya mengundurkan diri sebagai tindakan gila, tapi tekad Edi untuk belajar bisnis tidak surut. “Saya bersyukur, meski saya mengundurkan diri, tapi pihak manajemen masih memberi pesangon Rp. 55 juta sehingga saya bisa melunasi utang saya. Sisanya untuk modal saya. Dan, karena saya tidak bekerja lagi, istri saya bersedia bekerja kembali di pabrik tas. Itulah bentuk dukungan luar biasa dari istri saya,” ujarnya.

Edi keluar kerja sekitar bulan maret 2007. “Sebab kalau diterusin kerja di pabrik, saya udah enggak semangat. Hampir semua gaji saya habis untuk bayar cicilan utang. Bayangkan, utang saya baru lunas sekitar 10 tahun. Makanya saya semangat pindah quadran,” katanya.

Sarjana hukum lulusan STHI Jakarta tahun 2003 itu yakin, di balik kesulitan hidupnya pasti ada kemudahan. Edi mulai merasakan manfaat positif, khususnya pada bulan ketiga magang. Saat itu, Edi diberi kesempatan buka toko mukena sendiri dengan modal dari H. Alay Rp. 50 juta.

Selanjutnya, setelah lulus magang, Edi bekerja sama dengan H. Alay membuka toko pakaian anak dan perlengkapan bayi di Blok F 3 Tanahabang. Saat itu, katanya, dia diberi modal awal berupa celana anak dari kain perca senilai Rp. 200 juta.

“Setelah tiga tahun bekerja sama dengan H. Alay, akhirnya saya memutuskan untuk mandiri, maksudnya supaya bisa lebih kreatif mengembangkan bisnis sendiri. Toko offline saya kembalikan kepada pak haji, lalu saya fokus mengembangkan bisnis online,” Ujar Edi.

Untuk memulai bisnis baru, Edi menggandeng investor baru untuk mendapatkan dana segar Rp. 100 juta. “Ternyata semangat bagi hasil sangat mendukung upaya saya mengembangkan bisnis online. Rencana saya kedepan, ingin mengajak toko-toko di Tanahabang membuka toko online. Sambutannya positif bahkan beberapa sangat antusias. Mimpi saya, semoga kawasan Tanahabang bebas macet karena semua transaksi lewat internet,” ujar Edi mantap.

Sumber : tokoonline100rb.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar