Banyak orang meyakini bisnis makanan ringan sampai kapan pun akan tetap menjaring konsumen. Maklum, aktivitas ngemil alias mengudap makanan ringan, sudah menjadi sebuah kebiasaan di tengah masyarakat.
Yang menarik, belakangan ini, tren ngemil makanan kecil bukan lagi sebatas jajanan khas lokal. Tapi, juga jajanan makanan asal luar negeri. Salah satu jajanan impor yang memiliki potensi bisnis menjanjikan adalah takoyaki.
Camilan asal Kansai, Jepang, ini berbentuk bulat kecil yang terbuat dari adonan tepung terigu dan berisi irisan daging gurita. Kendati pamornya belum terlalu kesohor di negeri ini, penggemar makanan ini terus bertambah.
Tak salah, jika camilan ini mengundang minat sejumlah pelaku usaha untuk terjun ke bisnis ini. Salah satunya adalah Aziz Yunus di Tangerang, Banten. Dengan merek dagang Oishii Tako, Aziz membuka usaha takoyaki sejak 2008.
Dia bilang, selama ini takoyaki cuma bisa dijumpai saat even festival kebudayaan Jepang di Jakarta. Namun, belakangan, takoyaki sudah bisa ditemui di sejumlah mal. Namun, jumlah gerai dan pasarnya masih terbatas.
Dus, untuk menarik minat pelanggan, Aziz menjajakan takoyaki dengan konsep gerai yang mudah diakses oleh konsumen. Yakni, menetapkan lokasi usaha di pusat jajanan pinggir jalan. “Orang yang malas turun dari kendaraan, bisa langsung memesannya untuk dibawa pulang,” katanya.
Aziz membuka gerai pertamanya di bilangan Bintaro, Jakarta Selatan. Ternyata respon dari masyarakat cukup baik. Tiap hari, rata-rata penjualan takoyaki di gerainya mencapai 40 porsi.
Untuk melebarkan jaringan pemasarannya, pada tahun 2009 Aziz membuka paket kemitraan Oishii Tako bagi masyarakat yang berminat menekuni usaha tersebut.
Bagi calon mitra yang berminat bergabung, tersedia dua pilihan paket. Paket pertama dengan investasi senilai Rp 2,25 juta dan paket kedua Rp sebesar 6 juta. Jika memilih paket pertama, mitra hanya mendapatkan fasilitas panggangan takoyaki dan bahan baku untuk 150 porsi. “Peralatan lain dan boothdisediakan mitra sendiri,” ujar Aziz.
Adapun untuk paket kedua, mitra akan mendapatkan booth, peralatan lengkap memasak dan bahan baku awal untuk 150 porsi. Selain itu, calon mitra akan mendapat alat promosi dan seragam karyawan. “Kami tidak mengutip biaya royalti fee, hanya keharusan membeli bahan baku dari pusat,” imbuh Aziz.
Maklum, bahan baku takoyaki termasuk spesifik. Misalnya, katsuobushi yang terbuat dari daging ikan cakalang yang diserut untuk diambil kaldunya. Selain itu, rumput laut atau biasa disebut nori, yang sudah berbentuk bubuk.
Target pasar Oishii Tako adalah kalangan pelajar. Karena itu, lokasi usaha diutamakan dekat dengan sekolah, kampus, atau tempat kumpul anak muda. Saat ini Aziz sudah memiliki empat mitra yang tersebar di Tangerang, Bekasi dan Jakarta Selatan.
Salah satu mitra Oishii Tako adalah Chandra Setimawan. Dia sudah menjalani usaha ini sejak lima bulan lalu. Gerai usahanya berada di pelataran Dian Mart, Sektor 9 Bintaro.
Chandra mengklaim, ramainya pengunjung di lokasi usahanya membuat penjualan takoyaki cukup laris. Setiap hari dia bisa menjual sekitar 35 porsi takoyaki. Dengan harga Rp 9.000 per porsi, pria ini dapat mencetak omzet dari penjualan takoyaki sekitar Rp 315.000 per hari.
Chandra mengaku, pendapatan usahanya belum maksimal. Alasannya, gerainya baru dibuka mulai jam satu siang hingga jam sembilan malam.
Karena itu, ke depan, Chandra ingin mengoptimalkan usahanya dengan membuka gerai mulai jam 9 pagi hingga jam 9 malam. “Saya juga ingin membuka dua gerai lagi, misalnya di Serpong,” ujarnya.
Sumber : liputanusaha.wordpress.com
Mencoba resep takoyaki tiba-tiba sukses dengan omset jutaan rupiah, silahkan klik Rahasia Sukses Usaha Takoyaki. Salam Sukses. :)
BalasHapus