Burger ternyata memiliki pasar tersendiri di Indonesia, khususnya pangsa pasar kaum muda. Nah, untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan prospektif bisnis ini, tabloid LeZAT mengulasnya lengkap pada Edisi Khusus 02-terbit 28 Oktober 2008. Salah satunya, mengulas Kisah Sukses Klenger Burger.
Makanan yang berbau kebarat-baratan seperti burger atau orang sering menyebutnya sebagai hamburger, kini sudah bukan makanan mewah lagi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Di Jakarta misalnya, hampir di setiap sudut pusat-pusat perbelanjaan dan perkantoran bisa kita temui outlet-outlet yang menjual Burger, makanan yang identik dengan prestise dan gaya hidup anak-anak muda jaman sekarang.
Menyebut nama burger, pasti sebagain besar warga ibu kota Jakarta sudah tidak asing dengan nama Klenger Burger. Salah satu pioneer makanan fast food di Jakarta. Klenger Burger terkenal di kalangan anak-anak muda karena selain memiliki cita rasa yang sangat Indonesia , juga namanya yang unik dan mudah diingat.
Berawal dari usaha mendirikan sebuah restoran Sunda, pemilik dan pendiri Klenger Burger yakni sepasang suami istri, Velly Kristanti (34) dan Gatut Cahyadi (34), akhirnya banting setir dan membuka outlet burger pada bulan Februari 2006. Dengan pertimbangan bahwa memasak makanan tradisional Sunda memerlukan waktu yang cukup lama dan kurang praktis, sehingga Velly dan Gatut akhirnya memutuskan untuk membuka usaha fast food. Dan pilihannya jatuh pada burger, makanan cepat saji yang cukup praktis, enak, mengenyangkan, serta menjadi bagian dari gaya hidup anak-anak muda jaman sekarang.
“Dulunya membuka usaha restoran dengan makanan tradisional Sunda. Tapi makanan Sunda kan kurang praktis dan perlu waktu lama dari memasak hingga penyajiannya, sehingga saya dan suami saya berfikir kenapa nggak memilih makanan yang bisa dimakan setiap saat, praktis dan mengikutui gaya hidup anak-anak muda zaman sekarang,” tuturnya saat ditemui LeZAT di salah satu outlet Klenger Burger di Jl. Cipaku I No. 45 Jakarta Selatan.
Dengan modal seadanya sisa usaha restoran Sunda, akhirnya dibukalah sebuah outlet kecil Klenger Burger yang menempati lahan bekas usaha restonya. “Waktu itu dengan modal seadanya saja, karena modalnya sudah habis buat bikin restoran Sunda. Tapi karena kepepet, akhirnya kita berusaha bikin usaha burger, dengan manfaatin sisa modal yang ada, lahannya pun juga menempati bekas restoran Sunda dengan hanya membuat sebuah outlet kecil di kawasan Pekayon yang sekarang sudah menjadi gudang kita. Awalnya ngalir aja tapi lama-lama banyak juga peminatnya,” kata wanita yang pernah bekerja di advertising sebuah perusahaan di Jakarta itu.
Seiring dengan berjalannya waktu, Klenger Burger semakin berkembang sehingga yang semula hanya sebuah outlet kecil yang menempati lahan bekas restoran Sunda, dalam kurun waktu satu tahun saja langsung berkembang hingga 38 outlet. Ternyata, kesuksesan Klenger Burger diikuti oleh pengusaha makanan yang lain dengan rame-rame membuka outlet burger, sehingga semakin banyak brand-brand baru burger.
Bahkan, banyak yang mencoba meniru logo Klenger Burger hingga memasang foto Klenger Burger. Namun, Velly justru merasa tidak tersaingi sedikit pun, karena ia merasa persaingan yang sehat justru akan semakin meningkatkan kualitas burgernya.
Di tengah persaingan usaha burger yang semakin rame, Klenger Burger semakin melebarkan sayapnya hingga kini telah memiliki 55 outlet yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Bandung, Bali, Surabaya, dan Malang. Bahkan sampai akhir tahun ini, masih akan ada beberapa cabang baru lagi di beberapa kota besar di Indonesia.
“Waktu itu yang bikin usaha burger belum terlalu banyak, tapi sekarang sudah banyak. Tapi bagus yah buat kita, karena kan sekalian koreksi diri juga. Memang bagus ada kompetisi, jadi kita bisa belajar juga,” kata wanita yang juga aktif sebagai pembicara di berbagai workshop tentang enterpreneurship.
Nama Klenger Burger memang mudah sekali mendapat tempat di hati para penikmat burger. Karena selain mengandalkan cita rasa burger-nya yang sangat Indonesia dari segi bumbunya, juga nama Klenger sendiri sangat mudah diingat orang. Klenger sendiri diambil dari Bahasa Jawa, yang artinya makan sampai kenyang tapi tetap bikin orang ketagihan untuk mencobanya lagi. Dengan filosofi itulah akhirnya nama Klenger Burger dipatenkan menjadi brand burger miliknya.
“Kenapa Klenger, karena suami saya orang Jawa. Jadi di Jawa itu, kalau makan sampai kenyang tapi bikin ketagihan, namanya makan sampai klenger. Makanya kita memilih nama Klenger Burger,” ungkapnya.
Keistimewaan Klenger Burger terletak pada daging dan rotinya yang empuk, serta bumbunya yang disesuikan dengan lidah orang Indonesia . Velly dan Gatut telah meracik bumbu burger yang sangat khas melalui riset yang cukup lama. Selain itu, porsinya pun cukup membuat orang yang makan sampai merasa klenger karena kenyang.
Selain varian menunya yang bervariasi, dari sisi harganya pun sangat terjangkau, yakni berkisar antara Rp 7000 hingga Rp 20.000. Tersedia juga paket-paket khusus, misalnya untuk acara-acara di kampus atau di sekolah-sekolah.
Untuk mencari outlet Klenger Burger sendiri tidaklah sulit, karena lokasinya selalu dekat dengan perumahan, perkantoran, dan tempat-tempat hang out anak-anak muda.
Untuk tetap bertahan di tengah maraknya bisnis serupa, Klenger Burger terus melakukan inovasi baik dari segi menu maupun kualitas pelayanannya. Termasuk menyediakan jasa pesan antar atau delivery order untuk area tertentu, meningkatkan brand communicationnya dan terus menerus mau melakukan inovasi produk. Termasuk inovasi untuk menambah varian menu dengan menambah menu burger dengan varian sea food. Selain menjual burger di outlet-outlet, banyak juga pesanan untuk acara-acara gathering, atau acara-acara ulang tahun.
Untuk menjaga kualitas rasanya, maka Klenger Burger menjalin kerjasama dengan para penyuplai bahan baku . Untuk rotinya, Klenger Burger disuplai oleh King Burger, yakni brand burger terkenal dari luar sehingga kualitasnya pun tidak kalah dengan burger dari luar negeri. Sedangkan dagingnya, menggunakan daging kualitas terbaik di negeri ini. Hebatnya, kapasitas produksi Klenger Burger justru lebih tinggi dibanding King Burger. Hingga saat ini, Klenger Burger mampu menjual hingga sekitar 150 ribu pieces burger per bulan. Besar kecilnya angka penjualan di setiap outlet memang tidaklah sama, tergantung tempatnya juga. Seperti di Salemba dan Bogor yang outletnya buka hingga 24 jam, tentu saja angka penjuaulannya lebih tinggi dibanding outlet yang lain.
Untuk mengembangkan usaha burgernya, Velly dan Gatut memilih untuk bermitra dengan pengusaha lain. Dengan mengadopsi sistem dari luar, akhirnya dipilihlah cara franchise. Selain untuk lebih mengembangkan Klenger Burger, hal itu dipilih sebagai alternatif mengatasi keterbatasan modal.
Persyaratan untuk menjadi franchise Klenger Burger sendiri juga tidak terlalu sulit. Dengan modal sekitar Rp 200 juta, calon franchise sudah akan mendapat paket franchise selama 5 tahun, lengkap dengan peralatannya dan training karyawan. Selain itu, calon franchise harus merasa yakin dalam menjalani bisnisnya, karena itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan usahanya ke depan.
“Selain modal, yang penting orang itu harus yakin dalam menjalani bisnisnya. Kalau orang Jawa bilang, harus diopenin. Karena kalau ngambil franchise, nggak bisa langsung jalan dan sukses, jadi itu tergantung franchise-nya,” tegas wanita lulusan Sastra Belanda yang sangat ramah itu.
Hingga saat ini telah banyak permintaan dari calon frachise yang datang dari luar Jawa. Sehingga para penggemar burger yang berada di luar Jawa pun masih bisa menikmati kelezatan Klenger Burger, yang merupakan burgernya Indonesia.
Sumber : infocomcareer.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar