Kamis, 07 Februari 2013

Obsesi Buat Rumah Puding


Ditemui di rumahnya di kawasan Simo Tambaan Sekolahan, Surabaya, Diana dan Yuliana tengah sibuk mempersiapkan beberapa kue puding pesanan konsumen. Usaha yang ditekuninya sejak awal 2010 itu kini telah menjadi kesibukan rutin sehari-hari.

Meski proses pembuatan puding fantasi ini cukup rumit dan lama, rata-rata kisaran 3 jam, toh kakak beradik ini tetap enjoy melakukannya.

“Kami bisa kompak begini karena memang tinggal satu rumah bersama suami dan mertua. Daripada nganggur kita awalnya mencoba usaha ini. Namun ternyata banyak diminati konsumen,” jelas Diana, Kamis (11/8).

Diana dan Yuliana dipertemukan karena keduanya sama-sama tinggal di rumah mertua, yang juga orang tua suami mereka berdua. Diana sendiri sebelumnya aktif sebagai tenaga marketing (SPG) freelance. Namun setelah nikah, ia sudah tidak diperbolehkan lagi bekerja oleh suaminya.

Hobi yang sama yakni suka masak dan membuat kue, mengilhami keduanya menekuni usaha ini. Tetapi, pengetahuan dalam membuat puding itu, diakui mereka, dilakoni secara otodidak.

“Awal kami membuat kue puding saat Imlek tahun lalu, namun berbeda dari yang pernah ada. Kami buat puding fantasi dan puding buah dengan rum fla,” papar wanita 26 tahun ini.

Tak disangka, kreasi coba-coba itu banyak disukai keluarga dan teman-teman. Mereka pun memesan untuk dibuatkan kue puding. Ternyata hasilnya tak mengecewakan. “Kami memang menjaga cita rasa, karena bahan yang kami buat berkualitas, seperti warna menggunakan pewarna makanan, tanpa bahan pengawet dan komposisinya buah dan susu, bukan roti. Ini yang membuat konsumen suka,” ulas Yuliana.

Karena banyak permintaan, akhirnya keduanya memutuskan menekuni usaha itu. Terlebih prasarana dan sarana sudah tersedia, sehingga mereka tidak perlu menyiapkan modal besar untuk memulai berbisnis. Mereka bersyukur niatnya mendapat dukungan suami masing-masing, bahkan sang mertua. Agar lebih dikenal, Diana dan Yuliana menggabungkan nama keduanya sebagai merek, yakni ‘Nana Pudding’.

“Ada saja permintaan untuk menciptakan model baru, atau kadang mereka membawa gambar sendiri dan minta dibuatkan gambar itu di permukaan puding. Karena tak ingin kehilangan pelanggan kami pun tetap melayaninya. Yang membedakan, buatan kami murni hand made. Jadi, gambar atau bentuk apapun dibuat tangan,” ulas ibu dua anak ini, yang telah menyiapkan gambar ketupat sebagai persiapan jelang Lebaran.

Kawasan Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, diakuinya, masih menjadi pasar terbesar bagi produknya. Meski tak jarang ia banyak mendapat permintaan dari Jakarta hingga Balikpapan yang tahu dari website yang ia buat, yakni www.nana-pudding.blogspot.com. Hanya saja karena terkendala jasa pengiriman, Yuliana belum mampu memenuhinya.

“Perusahaan jasa pengiriman tak berani menjamin produk kami utuh semuanya sampai di tempat. Kalau pun ada, konsumen membawa sendiri untuk oleh-oleh ke luar kota,” ujar Yuliana.

Dengan harga mulai Rp 25.000-50.000 per buah untuk ukuran kecil, dan kisaran Rp 150.000-165.000 per buah ukuran besar, rata-rata ia menerima order sekitar 30-50 buah puding setiap bulannya. Masa peak season, selain ulang tahun, Natal, Imlek, Lebaran, hingga acara sebulanan bayi.

“Meski ramai, sampai kini kami belum berpikiran merekrut karyawan. Ini untuk menjaga kualitas produk,” ungkapnya.

Ke depan, baik Diana maupun Yuliana berobsesi mendirikan semacam rumah puding sebagai tempat produksi sekaligus outlet. “Dengan keberadaan rumah pudding ini, konsumen bisa langsung datang dan membeli produknya,” tutur Diana. 

Sumber : yptrading.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar