Rabu, 13 Februari 2013

Kaiman Pengusaha Jamur


Jalan hidup seseorang kadang liku liku dan naik turun seperti roda berputar. Ada juga mantan perampok atau preman tapi bisa sadar dan bangkit memperbaiki hidupnya. Sebut saja Kaiman (52) warga Prigen Pasuruan Jawa Timur yang dulu pernah jadi pencuri, perampok dan kejahatan lainnya tetapi begitu sadar dan tobat sekarang sukses jadi pengusaha jamur. 

Bahkan dia pun menarik 40 teman temannya dari lembah hitam menjadi karyawan untuk bekerja baik-baik. Dan kini omset usaha jamur Kaiman di kampung halamannya mencapai Rp 400 juta sebulan dengan keuntungan berkisar 30 persen.

Kaiman ayah dua anak tinggal di  Desa Bulukandang, Kec. Prigen. Menurut pengakuannya, dulu pernah  jadi pekerja kasar misalnya kenek, sopir bahkan sempat  bergulat di dunia hitam kerap melakukan tindak kriminal.  Tapi itu adalah bagian dari masa lalu. Kaiman kini menjadi pengusaha besar dari usaha budidaya jamur yang beromset ratusan juta setiap bulannya.

"Alhamdulillah  kehidupan saya sudah tidak seperti dulu lagi, bahkan sekarang bisa menarik puluhan teman-teman saya membantu menekuni usaha ini,” kata lelaki berperawakan tinggi di rumahnya, ditulis tabloidnova.  

Kaiman terlahir dari keluarga tidak mampu.  Sebagai anak sulung dari enam bersaudara dia bertanggungjawab membantu adik-adiknya mengingat kedua orangtuanya yang miskin. Karena tekanan ekonomi itu  dia hanya sempat mengenyam pendidikan hingga kelas 5 SD.

Untuk membantu orangtua, di usia 16 tahun ia ke Surabaya bekerja sebagai kenek truk. Setahun kemudian sudah menjadi sopir  truk, jurusan Surabaya -  Bali dan dijalani selama 14 tahun. Kemudian jadi sopir bus jurusan Surabaya-Yogyakarta selama 2 tahun.

Ketika terjadi krisis moneter 1999, dunia transportasi juga sepi sehingga penghasilannya sebagai sopir turun drastis bahkan sering tekor.  Di saat kesulitan mencari nafkah untuk istri dan anak yang masih bayi ia sampai terjerumus ke dunia hitam. 

"Saya jadi preman dan terlibat berbagai aksi kejahatan jalanan.  Mulai sebagai joki curanmor, rampok dan beragam kejahatan lain,” kata Kaiman yang menjelaskan bahwa aksinya tersebut tidak diketahui keluarganya. 

Beruntung, menjalani hidup di dunia hitam selama tiga tahun segera tersadar bahwa pekerjaan yang dia lakoni harus segera diakhiri. "Saya tidak mau memberi makan anak dan istri saya dengan uang haram,” dalihnya. 

Setelah keluar dari dunia hitam, tahun 2003 dia ke Bandung karena di sana ia pernah melihat ada usaha budidaya jamur yang sepertinya bisa dikembangkan di desanya.   Di kota kembang dia belajar pada seseorang bagaimana teknik membuat jamur dari awal sampai akhir. 

"Setelah bisa saya kemudian mencoba di rumah. Pada awalnya memang tidak mulus, sekitar 6 bulan saya baru bisa itupun masih belum sempurna betul,” imbuhnya Kaiman yang jamur tiram dan kuping itu hasilnya di jual sendiri di pasar.  Saat itu ia kemudian bergabung menjadi anggota Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna. Ia sengaja ingin bergabung supaya mendapatkan pelatihan tambahan baik secara teknis pembuatan jamur agar lebih baik sekaligus teknik marketing. 

Usaha makin  berkembang pesat. Bahkan, tidak hanya menjual jamur saja tapi juga bibitnya.  Saat ini bibit jamur hasil produksinya menjadi langganan dari pembeli di Bali sampai Kalimantan.  Saat ini, omset usahanya mencapai Rp 350 sampai Rp 400 juta per bulan, dengan labanya sekitar 25-30 persen. Dan dia pun menarik 40 teman temannya ketika di dunia hitam menjadi karwayan. "Setelah bekerja di sini mereka kembali lurus dan tak pernah melakukan kejahatan lagi,” pungkas Kaiman. 

Sumber : batam.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar