Kamis, 25 April 2013

Konsisten Mengembangkan Buah Melon Lokal


Meski sudah disiapkan rumah oleh orang tuanya saat kuliah di IPB, Bogor, Made Donny Waspada justru memilih “kluyuran” ke rumah kos teman-temannya dan berkebun melon. Lantaran itu, hampir semua teman seangkatannya mengira dia sudah kena drop out (DO) karena kesibukannya bertani melon di lahan di sekitar Darmaga, Bogor.

Namun dia mampu membalikan dugaan miring para sahabatnya itu. Melalui pendekatan cerdik dan tanpa kenal lelah akhirnya anak mantan Gubernur BI almarhum I Nyoman Moena ini berhasil menyelesaikan kuliahnya. “Saya berhasil meluluhkan dosen-dosen saya saat saya ajak mengunjungi kebun melon saya,” papar Dony. Memulai bejalankan bisnis sejak lama, Dony kenyang jatuh bangun mengembangkan buah-buahan lokal. 

Dia mengaku bisnis yang ditekuni baru ‘kelihatan’ sejak tahun 2000. Ketekunan dan kerja kerasnya kini menghasilkan 10 outlet buah-buahan dan 2 outlet juice yang tergabung dalam merek Moena Fresh. Kerja keras, tekun, fokus dan semangat untuk berubah merupakan senjata ampuh dalam meraih sebuah impian menjadi kenyataan,” ujar pria yang tak putus menjalin teman-teman sejak dari SD hingga kuliah. Baginya teman adalah modal yang sangat berharga selain keluarga. Dia merasakan besarnya dukungan para sahabat saat mengembangkan usaha.

Dony mulai merintis kebun Melon sejak tahun 1983, dengan modal Rp 4 juta.  Sukses, dia terus menerus mengembangkan kebun melon di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan terakhir di Lampung. “Selama 1983 sampai dengan 1993, saya telah memiliki lebih dari 20 lokasi, dengan luasan seluruhnya mencapai 200 hektare,” paparnya. Dia mengklaim mampu memasok sekitar 40 persen kebutuhan melon di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Di tahun 1985, ia mulai menanam semangka tanpa biji di Banyuwangi dan Muntilan. Pada areal sekitar 100 hektare dengan bekerjasama dengan para petani, Doni memasok sekitar 20 ton hingga 25 ton per hari. Sembari membudidayakan buah-buahan, tahun 1990 melalui bendera UD Moena Fresh, dia mulai membuka toko buah-buahan di Bali. Selanjutnya, saa 1995 dia membentuk PT Moena Putra Nusantara (MPN) yang bergerak sebagai supplier buah-buahan. Langkah ini dilakukan dengan membeli beberapa kios di Pasar Induk Jakarta dan pasar induk Caringin, Bandung.

Usahanya tergolong moncer ketika itu. Apalagi dia berhasil merintis ekspor buah lokal. Sekitar 150 karyawan yang tersebar di Bandung, Jakarta dan Denpasar menggantungkan diri pada usahanya. Namun, serbuan hypermart asing menggerogoti pasarnya. Puncaknya saat berlangsung krisis moneter 1997. Tahun 1997, saya mengambil keputusan penting. Kegiatan di Bandung sata tutup. Sebesar 30 persen modal digunakan mempertahankan usaha di Jakarta. Sisanya yang 70 persen untuk membuka toko buah-buah di Bali secara bertahap,” ujar dia. Bali dipilih karena selain untuk konsumsi, buah-buahan  juga untuk keperluan upacara.

Langkah Dony terbukti cermat. Kini dengan mengelola 12 outlet “Moena Fresh” yang memperkerjakan 250 karyawan memiliki omset sekitar Rp 4 miliar per bulan. Sedang bisnis suplier buah-buahan dengan bendera PT MPN yang memperkerjakan 70 karyawan memiliki omset sekitar Rp 750 juta per bulan. Donny berencana bisa menambah satu toko tiap tahun sehingga 2014 nanti Moena Fresh mampu membuka lapangan perkerjaan untuk 500 orang karyawan. “Mudah-mudahan obsesi saya membuka outlet di Australia juga bisa segera terwujud,” papar pria yang sehar-hari lebih suka mengenakan kaos dipadukan dengan celana jeans dengan handuk kecil di leher ini. 

Sumber artikel : ciputraentrepreneurship.com dan redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar