From zero to hero!” ungkapan inilah yang paling pas
untuk menggambarkan lika-liku perjalanan Sanim (60), seorang laki-laki paruh
baya asal Kabupaten Cirebon yang dulunya hanya berprofesi sebagai tukang becak.
Kini Ia bisa sukses memiliki dua pabrik dan hidup serba berkecukupan dari bisnis
garam yang Ia tekuni bersama sang istri tercinta.
Menggantungkan nasib keluarganya dari kayuhan becak
yang Ia geluti selama bertahun-tahun, pada akhirnya Sanim terdorong untuk
mengubah nasibnya dan melamar pekerjaan di sebuah pabrik garam yang berada di
persimpangan Jalan Cirebon, tempat dimana Ia sering mangkal untuk mendapatkan
calon penumpang. Dari sinilah, ayah empat anak ini menimba ilmu tentang cara
membuat garam krosok.
Setelah dua bulan lamanya Ia mencoba peruntungan
sebagai buruh pabrik, Sanim pun memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan
membangun pabrik garam di belakang rumahnya. Ia menyadari bahwa peluang bisnis
garam menjanjikan keuntungan yang cukup besar bagi pelakunya. Sebab, garam
tidak hanya dibutuhkan sebagai penyedap atau bumbu dapur saja, namun juga
dibutuhkan untuk memenuhi keperluan industri, pertanian, bahkan sektor
perikanan.
Memanfaatkan empang peninggalan orang tuanya, Sanim
menggandeng sang istri untuk mencoba memproduksi garam dan memasarkannya ke
pasaran. Tak disangka-sangka, garam buatan Sanim diterima pasar dengan baik dan
mengalami perkembangan usaha yang cukup pesat.
Bila awalnya mereka memanfaatkan halaman rumah
belakang sebagai tempat produksi, kini seiring dengan perkembangan omzet yang
semakin besar. Ia bisa membeli sebidang tanah yang lebih luas, dan mendirikan
sebuah pabrik yang memproduksi aneka jenis garam kebutuhan para konsumen. Sebut
saja seperti garam krosok (garam non-yodiom), garam dapur yang biasa dikonsumsi
kalangan masyarakat, serta garam industri yang banyak dipasarkan ke
pabrik-pabrik tekstil.
Dalam setahun, sedikitnya pabrik Sanim bisa
memproduksi garam sebanyak 2.000 ton. Selain itu, Ia juga membeli garam-garam
dari para petani di sekitar Cirebon untuk memenuhi permintaan pasar yang
semakin hari semakin besar. Sehingga tidak heran bila omzet bisnis garam
tersebut kini bisa melonjak tajam, hingga mencapai Rp 400 juta setiap tahunnya.
Tak hanya itu saja, merasa belum puas dengan
kesuksesan yang Ia raih. Sanim pun mencoba melakukan ekspansi usaha, dengan
mendirikan pabrik pupuk organik. Ia mencoba membuat pupuk jenis KCL (kalium
clorida), yang berfungsi meningkatkan unsur hara kalium di dalam tanah.
Kerja keras dan ketekunan Sanim dalam merintis
usahanya, kini mengantarkan keempat anaknya menjadi seorang sarjana dan
mengubah hidup Sanim yang awalnya serba pas-pasan menjadi seorang juragan garam
yang kehidupannya serba berkecukupan.
Semoga kisah inspiratif yang mengangkat
seorang mantan tukang becak menjadi pengusaha sukses setelah terjun di bisnis garam ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca
dan memotivasi seluruh kalangan masyarakat untuk segera memulai usaha dan
meraih kesuksesannya. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.
Sumber : http://www.garamku.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar