Senin, 26 November 2012

Sukses My Bento


Dalam menghadapi persaingan bisnis, seorang entrepreneur harus cermat dalam membidik pasar yang sesuai dengan produk yang ditawarkannya. Dengan konsisten dalam menggali pasar yang telah ditentukan, sebuah bisnis bisa bertahan untuk bersaing dengan kompetitor bisnis sejenis yang telah mapan. Hal itulah yang menjadi startegi My Bento, untuk bersaing di ketatnya kompetisi bisnis kuliner di Indoensia. Dengan mengusung produk makanan Jepang, My Bento memilih untuk fokus menggarap pasar menengah ke bawah sebagai sasaran pembeli potensial.
Dengan jargon usaha “makan hemat makin dekat”, My Bento berharap agar produknya bisa tersebar hingga ke pelosok-pelosok daerah di Indonesia. Selain itu, dengan mematok harga jual yang tidak terlalu mahal, My Bento ingin agar masakan Jepang bisa menjadi salah satu makanan rakyat, yang terjangkau oleh semua golongan dan bisa diperoleh di mana saja. Selain harga yang murah meriah, My Bento pun ingin mengkampanyekan menu masakan Jepang yang menggunakan bahan baku 100% halal.
Kini, My Bento telah memiliki lebih dari 50 gerai di seluruh Indonesia. My Bento pun makin dikenal sebagai salah makanan cepat saji yang ramah dalam harga dan digemari dari segi rasa, khususnya di kalangan anak muda. Namun, siapa sangka jika bisnis ini awalnya lahir dari sebuah praktikum mata kuliah yang diarsiteki oleh 4 orang mahasiswa?
Bermula saat Dede Suleiman dan empat orang rekannya mendapatkan sebuah tugas kuliah untuk membuka dan menjalankan sebuah usaha, tahun 2006. Pria yang kini baru berusia 26 tahun ini mengaku ingin total dalam menciptakan sebuah peluang bisnis baru, dan ingin sungguh-sungguh meneruskan bisnis tersebut. Ia pun melihat bahwa bisnis makanan Jepang cukup potensial untuk serius digarap.
“Awalnya memang tugas mata kuliah kewirausahaan yang mengharuskan kami untuk membuat suatu bisnis. Namun, kami harus mencari modal sendiri untuk usaha tersebut. Karena sudah mengeluarkan modal yang buat saya tidak sedikit, maka saya rasa sayang jika usaha ini tidak kami seriusi. Karena satu dari kami bisa memasak, maka kami memilih untuk mencoba bisnis kuliner, khususnya masakan Jepang. Apalagi saat itu tidak banyak bisnis kuliner Jepang yang ada,” Ungkap Dede saat berbincang dengan Ciputraentrepreneurship.com, di salah satu gerainya di Bintaro, Tangerang Selatan.
Nama My Bento dipilih karena memiliki arti “bekal saya”. Dengan demikian, Dede dan teman-temannya berharap suatu saat nanti bisnis ini bisa menjadi bekal dan rezeki yang baik di masa depan. Sadar bahwa sudah ada kompetitor produk sejenis yang telah jauh mapan, My Bento pun merancang strategi pasar dengan membidik golongan menengah ke bawah sebagai calon konsumen potensial. Dede berpendapat, saat itu restoran makanan Jepang hanya bisa ditemui di kota-kota besar saja, dan dibeli oleh orang-orang tertentu saja. Melihat peluang tersebut, My Bento pun ingin menciptakan citra makanan Jepang yang merakyat.
”Saat ini bisnis makanan Jepang yang ada, selalu memfokuskan pada pasar menengah ke atas dan ke kota-kota besar. Nah kami lalu melihat pasar masyarakat yang tinggal di kota-kota kecil, ternyata juga menyukai jenis makanan Jepang. Dari saya saya melihat sangat potensial jika kami mendekatkan produk kami ke mereka, terjangkau, dari segi tempat dan harga,” jelas Dede.
Sebagai sebuah proyek perkuliahan, Dede dan ketiga rekannya memang tidak memiliki modal yang besar saat memulai usaha. Dengan modal Rp 15 juta, Dede pun mulai usahanya dengan sangat sederhana, di daerah Lampung. Itupun dengan menggunakan ruko milik kerabat salah satu rekannya. Pada tahun pertama menjalankan bisnisnya, Dede pun hampir mengalami kebangkrutan, dan akhirnya dua orang rekannya mundur dari usaha My Bento, dengan alasan ingin berkarier sebagai karyawan. Menghadapi kondisi tersebut, Dede mengaku tak patah arang. Ia merasa bisnis yang dijalaninya adalah sebuah pertaruhan karier dan masa depannya. Ia pun memilih untuk tetap berjuang menjalankan bisnisnya.
“Ketakutan-ketakutan muncul ketika mulai sepi. Seandainya saya tidak bisa mengganti uang modal yang saya pinjam dari orangtua, pasti orangtua saya tidak akan mendukung langkah saya sebagai pebisnis. Karena dari awal memang orangtua saya sudah tidak setuju bila saya terjun ke dunia bisnis. Sebuah pertaruhan harga diri. Toh saat itu saya belum mempunyai tanggungan apapun, dan saya masih berstatus mahasiswa. Jika sampai saya lulus, bisnis saya belum berhasil, saya siap banting stir menjadi pegawai. Namun saya dan teman saya sampai sejauh ini bisa membuktikan bahwa kami bisa bertahan menjalankan bisnis My Bento,” sambung Dede.
Demi memajukan usahanya, My Bento pun kini memilih jalur waralaba dengan sasaran mitra di daerah. Dengan pilihan paket mulai dari Rp 21 juta sampai dengan Rp 250 juta, calon mitra bisa memilih untuk menjalankan usaha My Bento mulai dari paket sederhana hingga premium. Selain itu, My Bento pun menstandarkan gerai mereka dalam bentuk permanen, agar bisa memberikan kenyamanan pada konsumen. Dari segi menu, My Bento juga menawarkan menu Jepang yang otentik dan memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan besar seperti Unilever, untuk menstandarkan racikan bumbu yang dipakai. Dengan cara tersebut, My Bento pun mulai dikenal sebagai makanan murah namun berkualitas.
Dengan bisnis yang terus berkembang, kedepannya My Bento menargetkan bisa membuka 10 gerai per tahunnya. Selain itu dalam waktu dekat ini, My Bento juga membidik pasar di wilayah Indonesia bagian timur sebagai target ekspansi usaha.
“Kami ingin agar My Bento bisa sampai ke tiap provinsi di Indonesia. Khususnya untuk daerah seperti Ambon, Sulawesi, dan Papua, yang rencananya akan segera kami dekati berikutnya. Setelah ambisi kami tercapai, selanjutnya bukan tidak mungkin kalau brand kami bisa menembus pasar Mancanegara, khususnya Negara-negara tetangga kita,” ujar Dede.
Di usianya yang masih sangat muda, Dede telah membuktikan bahwa seorang entrepreneur bisa bertahan menjalankan bisnisnya jika ada dedikasi dan konsisten menjalankan bisnisnya. Terlebih bagi anak muda yang memilih jalan hidup menjadi seorang wirausahawan, yang seringkali patah arang dalam menghadapi cobaan dalam bisnisnya.
“Secara umum, bila kita telah memilih sebuah usaha untuk dijalankan, kita harus bisa konsisten dalam mengembangkan usaha tersebut. Seorang wirausahawan harus memiliki dedikasi tinggi terhadap bisnis yang ia telah jalankan. Jangan pernah takut terhadap halangan, karena tidak ada bisnis yang tampa halangan. Masalahnya hanyalah bagaimana kita bisa menghadapi halangan tersebut,” ucap Dede dengan yakin.
Sumber : wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar