Selasa, 27 November 2012

Jack Ma Bisnis Internet


Untuk bisa sukses bisnis internet apakah harus menguasai ilmu teknologi informasi (TI)? Jawabannya adalah “Tidak selalu”. Jack Ma adalah salah satunya, Dia malah hanya bermodal nekat, insting, intuisi, dan semangat membara. Modal uang ia kumpulkan dari teman-temannya. Dan dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun modal Alibaba.com berlipat menjadi ratusan ribu kali lipat!
Jack Ma adalah seorang pendiri dan pemilik Alibaba.com. Ia orang Asia yang sukses berbisnis internet dengan tetap mempertahankan domisili bisnis di negaranya sendiri. Untuk bisa sukses, ia bukan hanya harus berjuang keras mengembangkan usahanya, akan tetapi juga benar-benar harus ikut membangun pondasi tradisi berinternet di China yang pada saat itu infrastruktur internetnya masih seadanya.
Walaupun saat ini nama Jack Ma dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses, awal karier lelaki kelahiran Hangzhou, Zhejiang, China, tahun 1964 ini justru dari guru bahasa Inggris. Ia belajar bahasa asing itu secara autodidak.
Ma memang sudah tertarik pada bahasa Inggris sejak kecil. Saat usianya masih 12 tahun ia sudah mulai belajar bahasa Inggris, bukan dari kursus melainkan dari turis-turis. Setiap hari ia harus mengayuh sepedanya selama 40-an menit ke sebuah distrik yang banyak turisnya. Di tempat itu ia bisa berinteraksi dengan turis. Setelah agak lancar, ia bekerja sebagai guide.
Pada tahun 1979, ia bertemu dengan satu keluarga asal Australia yang memiliki dua orang anak dan tengah berkunjung ke China. Ia kemudian jadi guide mereka dan tinggal bersama selama tiga hari. Persahabatan Ma dengan keluarga ini begitu lekat. Sampai-sampai ia mendapat undangan ke Australia pada tahun 1985. “Pada saat itu dalam pikiran saya China adalah negeri terkaya dan terindah di dunia,” ujarnya. Namun begitu sampai di Australia, ia terkaget-kaget dengan apa yang dilihatnya. “Pikiran saya berubah setelah tinggal satu bulan di Australia,” paparnya.
Ma mulai merajut masa depan. Ia melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi akan tetapi dua kali gagal lulus seleksi. Akhirnya ia bisa diterima juga di Hangzhou Teachers University yang ia selesaikan dalam waktu lima tahun. Selama jadi mahasiswa ia aktif berorganisasi dan menjadi ketua federasi mahasiswa di kota itu. Selesai kuliah ia bekerja sebagai dosen bahasa Inggris di almamaternya.
Sebenarnya saat itu ia sudah punya mimpi. “Jika selesai kuliah saya tak mau mengajar namun mau bekerja di hotel atau sejenisnya,” kata Ma. Namun pekerjaan sulit ia dapatkan meski sudah melamar ke sana sini. “Tak satupun yang mau menerima saya,” ujarnya. Meski begitu akhirnya ia dapat juga pekerjaan ketika ada tawaran sebagai sekretaris general manager Kentucky Fried Chicken.
Dengan kerja serabutan membawanya kembali ke luar negeri. Pada saat tahun 1995 ia menjadi penerjemah delegasi perdagangan China yang berangkat ke Seattle. “Seorang teman menunjukkan apa itu internet di sana. Itulah pertama kalinya saya mengenal internet,” ujar Ma. “Kami search kata ‘beer’ di Yahoo namun tak satu pun link yang berhubungan dengan China,” kata Ma. Ia termenung. Namun saat itu munculah gagasannya membuat website sendiri bernama China Pages agar produk-produk China bisa dicari di internet.
Untuk membangun usahanya itu, ia meminjam uang sebesar 2.000 dolar AS. “Saya tak punya pengetahuan tentang PC (personal computer) atau e-mail. Saya bahkan baru pertama kali itu menyentuh keyboard. Itulah kenapa saya menyebut diri saya sebagai ‘blind man riding on the back of a blind tiger’,” ujarnya.
Rupanya usaha kecil Ma dilirik China Telecom. Dan lucunya, selama setahun sebelumnya China Pages bersaing dengan China Telekom di internet. Persaingan itu berujung pada keputusan China Telecom untuk bekerja sama. Dan hebatnya perusahaan itu bersedia menanamkan investasi sebesar US$ 185.000 di China Pages. “Itu uang terbesar yang pernah saya lihat dalam hidup saya,” ujar Ma terkaget-kaget. Hanya saja kolaborasi itu menghasilkan kursi komisaris yang timpang. China Telecom mendapat lima kursi sedang Ma cuma dua kursi. Akibatnya semua gagasan Ma selalu mentok karena kalah suara. Gara-gara inilah akhirnya Ma hengkang dari perkongsian itu.
Selanjutnya Ma mendapat tawaran dari pemerintahan Beijing untuk mempromosikan e-commerce. Akan tetapi ia punya mimpi bahwa suatu saat ia harus punya perusahaan e-commerce sendiri. Dan pada tahun 1999 ia mencari-cari nama yang cocok. “Saya ingin memiliki perusahaan global sehingga saya harus memilih nama yang global pula,” katanya. Saat di Amerika ia mendengar banyak orang menyebutnya Ali Baba. Dan ketika menyebut nama itu, mereka menggambarkannya sebagai pengusaha China yang sukses. Tak pikir panjang ia pun mengambil domain Alibaba.com.
Rencana untuk bisa memiliki usaha sendiri itu ia kemukakan pada sejumlah rekannya. Ma mengumpulkan 18 orang rekannya di apartemennya. Ia paparkan proyeknya dalam diskusi selama dua jam. Usai diskusi masing-masing peserta diminta urunan modal usaha. Akhirnya terkumpullah US$ 60.000 di atas meja. Modal itulah yang digunakan untuk membangun Alibaba.com, portal e-commerce dari China yang terus berkembang secara menakjubkan.
“Kenapa kami survive, karena kami tak punya uang, kami tak punya teknologi, bahkan kami pun tak punya rencana. Untuk itu kami gunakan dana dengan sangat hati-hati,” paparnya. Kehati-hatian itu antara lain dengan menggunakan apartemennya sebagai kantor. Kantornya mulai pindah ketika Alibaba.com mendapat bayaran dari Goldman Sach pada tahun 1999 dan dari Softbank Corporation tahun berikutnya.
Konsep usaha Alibaba.com, kata Ma, sebenarnya sederhana. Ia memfokuskan bisnisnya untuk membantu kalangan UKM berjualan. Ia tak mau meniru perusahaan-perusahaan internet China lainnya yang meng-copas (copy paste) konsepnya dari perusahaan-perusahaan internet sukses di AS dan Eropa sana. “Kami jalan sendiri dengan semangat mengutamakan kualitas,” ujarnya. Website-nya menawarkan produk-produk UKM yang berkualitas ke seluruh dunia. Dari sanalah bisnisnya berkembang pesat.
Namun perkembangan yang begitu pesat sempat juga hampir mengkolapkan usahanya. Pada tahun 2002 cashflow bisnisnya hanya cukup untuk biaya operasional 18 bulan kedepan, akibat terlalu menggebu berekspansi. Saat itu, Ma menyebutkan, ia memiliki terlalu banyak member Alibaba.com yang bergabung dengan fee gratis. Ia tak tahu bagaimana mencari uang dari internet. Dari situlah timbul ide untuk mempertemukan eksportir China agar bisa bertemu pembelinya dari AS dengan imbalan komisi. Sejak itulah bisnisnya berkembang pesat.
Saat Alibaba.com go public tahun 2007, perusahaan ini meraih dana 1,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 15,3 triliun) dari pasar modal. Tahun 2009 lalu omsetnya mencapai 352 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,1 triliun setahun.
Sumber : pengusahaonline.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar