Senin, 05 November 2012

Kursus Bahasa Inggris Banyak di Gemari


Berkompetisi adalah sesuatu yang telah dipelajari Deirdre Bounds sejak masih kecil. Sebagai bungsu dari lima bersaudara yang terlahir di sebuah keluarga imigran Irlandia yang bermukim di Merseyside, dia menyadari bahwa tidak ada yang akan datang secara cuma-cuma tanpa perjuangan.
Dia mengatakan: 'Kami tidak punya banyak dan untuk mendapatkan sesuatu di dalam rumah, anda harus benar-benar berusaha keras dan mencari cara yang paling tepat, bahkan sekedar untuk mempertahankan porsi makan malam jika anda tidak ingin orang lain mengambilnya saat anda lengah.'

Masa-masa sekolah harus dilaluinya dengan penuh perjuangan. Dia mengatakan: 'Aku selalu tampak sedikit lusuh dan sedikit eksentrik, jadi sekolah, aku adalah satu-satunya anak yang duduk disudut dan tidak mempunyai teman. Itu adalah saat-saat yang cukup menyedihkan.'
Saat disekolah dasar, Bounds merasa sangat tidak bahagia sehingga saat mulai memasuki sekolah menengah, dia bertekad bahwa semuanya akan jadi berbeda. Dia mengatakan: 'Aku ingat saat aku memutuskan bahwa aku akan sukses dalam setiap hal yang aku lakukan, dan hanya ada satu orang yang bisa mengubah segalanya, yaitu aku sendiri.'
Dia berhasil melewatinya dengan baik sehingga di tahun 1983, dia berhasil masuk ke universitas Leeds untuk mempelajari bisnis dan ilmu sosial. Pada awalnya, dia berencana untuk menjadi pekerja sosial tapi setelah ditempatkan pada sebuah rumah untuk anak-anak nakal, dia mengubah keputusannya. Dan lalu setelah lulus, dia lebih memilih untuk mengambil pekerjaan dibidang periklanan.
Kemudian, dia bekerja untuk sebuah perusahaan yang memproduksi mesin pembuat sepatu, dan ditugaskan mengunjungi berbagai pabrik di seluruh penjuru dunia untuk mendemonstrasikan mesin tersebut. Dan tidak beberapa lama kemudian, dia merasa tidak betah karena harus selalu melakukan perjalanan dan memutuskan untuk berhenti bekerja.
Setelah itu, dia mengambil kursus TEFL (teaching English as a foreign language) dan dikirim ke Jepang untuk bekerja sebagai guru bahasa Inggris di sana. Selama beberapa tahun dia menetap di Jepang, mengunjungi China dan Australia dan akhirnya bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Yunani.
Saat kembali ke Inggris, Bound sudah berusia 30 tahun tapi masih belum punya rencana yang jelas mengenai kehidupannya. Lalu dia memutuskan untuk mencoba menjadi seorang komedian dan melakukan pertunjukan ke berbagai club di Northern. Dia mengatakan: 'Aku merasa bisa melakukan apapun yang ingin aku lakukan, dan aku tidak terlalu memperdulikan apa yang dikatakan orang mengenai diri ku.'
Dia juga menjadi pekerja paruh waktu dan akhirnya menyadari bahwa mengajar bahwa Inggris juga bisa menjadi sarana yang berguna untuk orang-orang yang berusia muda sambil mereka mengisi waktu sebelum memasuki universitas. Semenjak itu, dia mulai memasuki sekolah-sekolah di dalam kota untuk mengajar kursus TEFL.
Ide besarnya datang saat orang-orang menanyakan apakah mereka juga bisa mengikuti kursus dikelasnya. Bounds kemudian memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memulai perusahaannya sendiri yang menawarkan kursus TEFL selama akhir pekan. Dia percaya bahwa kursus singkat akan lebih sesuai dibanding kursus selama empat minggu yang lebih mahal.
Jadi, Bounds meminjam £1,000 dari orang tuanya dan membuat iklan di koran lokal di kota Birmingham karena mengira bahwa orang-orang yang hidup disana mungkin akan lebih tertarik untuk mengikuti kursus yang disediakannya. Dia mengatakan: 'Aku menuju Birmingham pada suatu malam dibulan November yang sangat berkabut dan aku merasa bahwa orang-orang disana pasti sangat ingin bisa keluar dan meninggalkan kota tersebut untuk bekerja di tempat lain.' 
Perkiraannya ternyata benar. Dari iklan tersebut, dia mendapat 150 peminat. Kursus pertamanya dihadiri oleh 18 orang sehingga dia bisa menghasilkan uang yang cukup untuk membeli sebuah mobil.
Terinspirasi oleh kesuksesannya, Bounds mulai menawarkan kursus TEFL-nya keseluruh penjuru negeri. Dia begitu sukses sehingga dalam waktu singkat harus mempekerjakan beberapa orang tutor untuk membantunya. Dia mengatakan: 'Tidak ada rencana atau research pasar, semuanya aku lakukan hanya mengandalkan nyali karena aku tidak punya pengalaman bisnis dan tidak punya tempat untuk bertanya.'
Akan tetapi, pendekatannya yang tidak konvensional ini belum tentu akan memberikan hasil yang sama baiknya jika dilakukan oleh orang lain. 'Aku rasa kami telah membuat beberapa pesaing kehilangan pasar. Beberapa orang yang menjalankan kursus TEFL tradisional menggambarkan kami sebagai "sekelompok pemula dari universitas Leeds."'
Tapi itu tidak membuatnya menjadi gentar. Saat orang-orang yang mengambil kursusnya bertanya apakah dia bisa membantu mereka untuk mencarikan pekerjaan, sekali lagi dia memutuskan untuk menerima tantangan tersebut. Dia mengatakan: 'Aku ingin tahu, adakah sekolah-sekolah diluar negeri yang sedang mencari sukarelawan untuk dijadikan sebagai guru bahasa Inggris, sehingga orang-orang yang mengambil kursus ku punya kesempatan untuk mencari pengalaman disana.'
Jadi, dia mulai mengirim faks kebeberapa sekolah diluar negeri, dan dalam hitungan hari, mendapat telephone balasan dari sebuah sekolah di Russia yang setuju untuk menerima beberapa guru darinya. Kemudian diikuti dengan beberapa sekolah yang berada di India dan Sri Lanka, dimana masing-masing tenaga sukarelawan yang dikirim, akan membayar fee kepada Bounds atas jasanya dalam mengatur penempatan mereka.
Dengan bisnis yang berkembang pesat, Bounds memindahkan kantornya dari tempat tinggalnya ke sebuah ruangan yang disediakan oleh sebuah sekolah lokal sebagai imbalan atas jasanya memberikan beberapa kursus disekolah tersebut. Dia mengatakan: 'Aku merasa agak takut untuk menandatangani kontrak apapun karena aku tidak tahu bagaimana bisnis ini akan berjalan.'
Tapi sebuah percakapannya dengan seseorang yang memberikan saran mengenai teknologi perkantoran telah mengubah pandangannya. Dia mengatakan: 'Orang tersebut menganjurkan aku untuk keluar dari rasa takut ku dan bergerak maju.'
Terinspirasi oleh kata-kata tersebut, Bounds memindahkan kantornya ke sebuah gedung perkantoran dan mempekerjakan beberapa staff tambahan. Dia juga mulai mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan dan penempatan para relawan, dengan imbalan sejumlah fee tentunya.
Dia mengakui bahwa ini adalah hal yang tidak biasa. Dia mengatakan: 'Banyak yang mencemooh ide ku, dan mengatakan bahwa tidak ada orang yang akan membayar untuk bisa bekerja, tapi aku ingin menjadikan aktivitas pengiriman tenaga relawan keluar negeri menjadi sebuah produk perjalanan yang menyenangkan dan bukan sekedar kegiatan amal yang membosankan.'
Pada tahun 1988, terjadi peningkatan minat dari orang-orang yang berada di Amerika terhadap project pengiriman tenaga guru relawan. Tapi orang-orang menjadi enggan karena mereka diharuskan untuk lebih dulu mengambil kursus TEFL di Inggris. Dan itu membuat Bounds mendapatkan ide untuk membuat konsep mengenai kursus TEFL online yang bisa diakses dari seluruh penjuru dunia. Dia mengatakan: 'Aku aku mengemukakan ide ku tapi orang-orang cuma mengatakan, "Jangan konyol, kau pasti bercanda, tidak orang yang bakal mau membelinya."'
Lagi-lagi, hal ini tidak membuat Bounds menjadi gentar, dia melangkah maju dan meluncurkan kursus bahasa Inggris online-nya di tahun 1999. Sekali lagi, instingnya berkata benar. Saat ini, tidak kurang dari 7.000 orang per tahun yang mengambil kursus bahasa Inggris online miliknya, yang sekarang menjadi sumber keuntungan utama bagi perusahaannya.
Akan tetapi, tidak semua yang disentuhnya menjadi emas. Tiga tahun yang lalu, setelah merasa frustasi atas kekurangannya dalam berbahasa Spanyol saat mengunjungi Honduras, dia memutuskan untuk menawarkan kursus bahasa Amerika-Latin di Leeds dan London. Beberapa orang tertarik untuk mengikuti kursusnya tapi jumlahnya tidak cukup untuk memberikannya keuntungan sehingga ide tersebut ditangguhkannya.
Saat ini, perusahaannya telah mempunyai 300 project di 24 negara, dimana orang-orang akan membayar agar bisa bekerja di luar negeri sebagai guru bahasa Inggris, atau bekerja dalam project konservasi, atau bekerja dipanti-panti asuhan, atau tempat-tempat kontruksi.
Perusahannya juga baru saja meluncurkan tur untuk keliling Asia dan Afrika dimana orang-orang akan dikirim sebagai relawan untuk bekerja disana. Di tahun 2007, Bounds menjual bisnisnya pada TUI Travel dengan harga £12 juta. Setelah itu dia mensetup perusahaan penyelenggara pesta untuk anak-anak, www.partiesaroundtheworld.co.uk.
Menurut Bounds, sebagian besar idenya dia dapatkan saat sedang berbicara dengan orang-orang yang tidak dia kenal ketika berada di kereta maupun pesawat. Dia mengatakan: 'Aku termasuk orang yang suka ingin tahu dan seringkali sebuah ide akan datang dari orang-orang yang aku ajak bicara. Aku terkadang merasa takut saat sedang berada di pesawat, sehingga saat pesawat tinggal landas aku akan mengajak bicara orang yang berada di sebelah ku. Berada selama delapan jam di pesawat, anda akan tahu apakah orang disebelah anda suka diajak berbicara dan anda bisa mendapat beberapa informasi berharga dari orang lain.'
Saat Bounds menemukan sebuah ide yang disukainya, bisanya dia akan bertindak berdasarkan instingnya. Dia mengatakan: 'Dulu, untuk mulai menerapkan suatu ide aku cuma membutuhkan waktu beberapa menit, tapi untuk saat ini mungkin akan membutuhkan beberapa minggu. Tapi begitu aku memutuskan untuk melakukan sesuatu, aku akan melakukannya dengan cepat, karena jika ide tersebut memang benar-benar bagus, maka akan cepat ditiru oleh orang lain.'
Salah satu ide yang belum punya waktu untuk diterapkannya adalah membuat website yang menjual produk-produk untuk menjaga kesehatan dan kebugaraan dimasa-masa liburan. Dia telah mempunyai nama untuk website tersebut, wellbeingbreaks.com, dan bahkan sempat meluncurkan situs tersebut beberapa waktu yang lalu. Tapi tiga hari kemudian, dia menyadari bahwa dia tidak punya waktu untuk berkomitmen pada project tersebut dan memutuskan untuk menundanya.
Dia mengatakan: 'Aku rasa banyak yang membutuhkan situs portal untuk yoga dan spa. Itu masih tetap menjadi sebuah ide yang bagus, tapi aku menundanya karena aku tidak bisa fokus pada terlalu banyak hal dalam waktu yang bersamaan, karena aku tidak ingin semuanya malah jadi berantakan. Aku sedang menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Aku sekarang sudah tahu bahwa aku tidak bisa melakukan semuanya.'
Dia mengakui bahwa, hasratnyalah yang mengarahkannya untuk mengubah suatu ide menjadi aksi. Dia mengatakan: 'Aku suka memikirkan berbagai hal dan aku suka membuatnya berhasil.'
Saat ini, diusianya yang ke 45, sudah menikah dan punya dua orang anak, Bounds merasa bahwa rahasia kesuksesan-nya adalah selalu meminta bantuan. Dia mengatakan: 'Akan selalu ada orang lain yang lebih tahu mengenai apa yang semestinya aku lakukan.'
Sumber : kisah-pengusahasukses.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar