Senin, 05 November 2012

Pengrajin Batik Kayu


Masa kecil Anton Wahono (50), owner CV Sanggar Panokawan, Krebet Sendangsari Pajang Bantul, jauh dari bahagia. Dia lahir dari keluarga kurang mampu. Hidupnya penuh keprihatinan.

Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, justru menumbungkan semangat pantang menyerah dari Anton Wahono. Anton kecil sudah harus menjalani kerja demi rpiah. Pekerjaan yang ditekuninya, yakni mencari rumput. Setiap hari blusukan hutan jati di sekitar dusun Krebet, mencari rumput. Rumput tersebut lantas dijualnya ke pasar Bantul. Tak peduli harus berjalan kaki melintasi jalan terjal berbatu kapur yang jika musim hujan, sangat licin. Jalanan becek dan licin tak mematahkan tekadnya untuk mencapai pasar dengan membawa sekeranjang rumput segar.

Belum cukup, masa anak-anak yang seharusnya dinikmati dengan bermain justru dijalaninya dengan kerja keras. Kadang dia harus jalan kaki keliling kampung dengan berjulaan pisau. Bahkan sampai perbatasan kota. Semua dilakukan hanya untuk mencari uang untuk biaya sekolah.

Tamat sekolah dasar, tidak lantas ia melanjutkan sekolah ke SMP. Dia membulatkan tekad untuk belajar menatah wayang kulit. Lantas dia nyantrik selama tiga tahun kepada pengrajin bernama Pak Tumpu di Gendeng Bangunjiwo Kasihan.

Bekerja di sana tanpa dibayar. Namun mengharapkan imbalan berupa ilmu menatah wayang kulit. Kegiatan itu dilakoni dengan penuh kesabaran. Baginya semua pasti aka nada hasil. Itulah keyakinan yang selalu ditanamkan dalam hatinya. “ilmu itu didapat dengan melaku (proses),” tutur Anton.

Pasti tidak akan menyangka bila Anton, pengusaha sukses itu, dulunya adalah tukang rumput. Kini bisnis kerajinan Wayang, batik kayu dan bamboo yang ditekuninya berkembang pesat. Produk kerajinannya melanglang ke seluruh penjuru dunia. Bahkan, Anton pernah menyambangi 8 negara. Kesehariannya, dia dibantu oleh 30 karyawan. 

Sumber: id.shvoong.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar