Kamis, 01 November 2012

Rosihan Arbie

Saya memasukkan tulisan ini dengan maksud agar kita semua sebagai orang muda dan tentunya harapan bangsa termotivasi untuk menjadi orang yang sukses dalam karier ataupun usahanya, semoga tercipta orang-orang muda seperti rosihan arbie ataupun melebihi kesuksesannya..amin.
Inilah tokoh pengusahan muda berdarah Minang yang kesohor di Medan: Rosihan Arbie. Ia mengelola satu rumah sakit, satu klinik spesialis, dan satu hotel – Rumah Sakit Permata Bunda, Klinik Spesialis Bunda, dan Hotel Garuda Plaza.

Uniknya, ketiga unit usaha ini terletak saling berhadapan di jalan Sisingamangaraja. Usaha ini dirintis ayahnya, Haji Arbie, dari bisnis percetakan.

Rosihan, yang sering dipanggil “Pak Dokter”, memang unik. Ia memang dokter, tapi tidak pratek. Untuk mengamalkan ilmunya, Rosihan mengajar mata kuliah farmakologi pada Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Baru berusia sekitar 40 tahun, tapi kelihatan matang. Ia punya naluri bisnis yangg tajam dan pintar bergaul.

Pendek kata, ilmunya komplet. Rosihan punya darah Minang, yang hebat dalam sense of enterpreneurship, dan terjun di alam persaingan keras Medan yang bahkan ditakuti para pengusaha besar dari Jawa sekalipun. Di samping itu, ia rajin menyerap ilmu bisnis, manajemen, dan pemasaran mutakhir dari Harvard ataupun Wharton.
Ada tiga hal yang menarik pada dirinya.
Pertama, ia berusaha melakukan sinergi di antara bisnis rumah sakit dan hotel. Padahal keduanya punya perbedaan cukup mencolok. Usaha yang satu untuk orang sakit, dan usaha lain buat orang sehat.
Tapi Rosihan berpikir lain. Ilmu hotel, yang biasa memberi customer service pada tamu, harus ditularkan pada rumah sakit. Karena itu, orang yang datang ke rumah sakit dan klinik spesialisnya dianggap sebagai customer. Konsep customer satisfaction harus diimplementasikan di sana. Para dokter dan perawat dirumah sakit dan kliniknya sering diikutkan seminar tentang how to deliver a good service.
Ia, sebagai seorang dokter, juga mengajak Polda Sumatera Utara untuk, menyelenggarakan seminar penyuluhan tentang bahaya ectasy, pil koplo, dan magadon di Hotel Garuda Plaza. Tentu saja ajakan itu disambut baik oleh piha k yangg berwajib. Semua tempat, termasuk sekolah menengah, yang punya resiko ttinggi terhadap hal itu, akan diundang mengikuti seminar tersebut. “Mumpung belum, jangan sampai Medan jadi Jakarta,” katanya. Acara ini tentunya merupakan pedang bermata dua – merupakan cermin rasa tanggung jawab sosial dan sekaligus PR untuk rumah sakit. Bahkan acara itu sendiri bisa menciptakan traffic di hotel.

Kedua, Rosihan pintar melakukan networking dengan pihak ketiga. Organisasinya sendiri dipertahankan lean, mean, and clean. Tapi, jaringan dengan organisasi lain digelar. Sisa waktunya yang sudah sedikit tu masih dipakai Rosihan untukk aktif pada sekita 30 organisasi. Ia duduk pada berbagai kepengurusan organisasi-mulai dari Kadin, asosiasi manajer, Rotary Club, sampai Persatuan Pelanggan Telepon.
Ia pintar mengatur waktu untuk menghadiri rapat, seminar, atau acara lain dari organisasi tersebut. Justru lewat jaringan yang begitu luas, maka bisnisnya bisa jalan lebih lancar. Hubungan bukan cuma bisnis, melainkan sudah jadi lebih pribadi.
Selain itu, Rosihan juga mebina 90 pengemudi taksi yang bertugas di BAndara Polonia. Ia memberi komisi progesif untuk para pengemudi yang bisa membawa tamu-tamu walk in. Para pengemudi itu dikumpulkan tiga bulan sekali dihotelnya, diberi hadiah, dan diajari salesmanship.
Selain komisi, para pengemudi yang membawa tamu paling banyak juga dberi hadiah televisi. Semua pengemudi dan keluarganya, kalau sakit, boleh datang ke rumah sakitnya tanpa perlu taruh uang muka, dan diberi diskon pula. Para pengemudi taksi biasanya sering diberi pengarahan untuk membawa korban kecelakaan, kalu kebetulan ketemu di jalan, ke rumah sakit. Opo ora hebat?
Ketiga, Rosihan juga pintar memilih, mengembangkan, dan membina sumber daya manusia di rumah sakit ataupun di hotel. Perawat di rumah sakit diupayakan sama rata dalam julah antara yang memeluk agama Islam, kristen, dan Konghuchu. Ada maksudnya tentu. Supaya di hari Lebaran, Natal, dab Tahun Baru Cina, yang sering melumpuhkan operasi bisnis di Medan, rumah sakit tetap bisa jalan. Mengapa ? Hanya sepertiga yang cuti, dandua pertiga lagi tetap bisa masuk kerja.
Hotel Garuda Plaza sekarang dipimpin oleh general manager berkebangsaan Filipina. Maksudnya, biar hotel itu bukan bintang lima, tapi punya citra internasional. Maklum, segmen pasar wisatawan mancanegara cukup besar di situ.
Rosihan sendiri termasuk seorang hands-on leader. Ia mengerahkan pikiran 24 jam untuk bisnis. Ia juga selalu melakukan pemantauan pribadi ke hotel dan rumah sakit sampai larut malam. Anda mau tahu kendaraan pribadinya? Punya Mercedez Benz, tapi disimpan di rumah. Kalau nyetir cukup Toyota Starlet.
Mengapa Starlet? “Lho, saya kan pengusaha kecil yang harus bisa bergaul dengan semua orang. Kalau naik Mercy, berarti saya pasang jarak dengan orang lain,” katanya.
Selain konglomerat, negara kita memerlukan banyak pengusaha menengah, seperti Rosihan, untuk membentuk lapisan kekuatan ekonomi yang tangguh. Dari lapisan menengah inilah diharapkan akan lahir konglomerat baru, seperti yang diimpikan Bankir Mochtar Riady.
Sumber : wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar