Tubuh atletis, wajah tampan, berjiwa muda dan berwawasan luas.
Itulah gambaran sekilas tentang sosok usahawan muda Indonesia yang satu
ini, pria kelahiran Jakarta 10 November 1974. Dengan semangat jiwa muda
dan wawasan luas yang ia miliki, ditunjang oleh pengalaman menempuh
pendidikan tinggi di luar negeri, dia mampu menjalankan beberapa
perusahaan besar sekaligus di bawah satu kontrol kepemimpinannya.
Bahkan, pebisnis muda lulusan M.B.A dari Stanford Graduate School of
Business, California, Amerika Serikat, juga telah menunjukkan
kepiawaiannya memecahkan berbagai persoalan dan kemelut yang beberapa
kali hadir melanda perusahaan di tengah persaingan bisnis yang sangat
ketat.
Anindya Novyan Bakrie, itulah nama lengkap putra pertama dari Menteri
Koordinator Bidang Kesra di Kabinet Indonesia Bersatu, Aburizal Bakrie.
Pengusaha yang lebih akrab disapa Pak Anin oleh para kolega bisnis dan
stafnya ini, adalah Presiden Direktur PT Bakrie Telecom Tbk, perusahaan
yang dikenal luas dengan produk telepon seluler tarif murah “Esia”.
Suami dari Firdiani Saugi dan ayah dari 3 anak – Alisha Anastasia Bakrie
(P), Azra Fadilla Bakrie (P) dan Akila Abunindya Bakrie (L) – ini
pernah “magang” di perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk. sebagai
Deputi Kepala Operasi dan Direktur Pelaksana pada periode 1997-1999. Ia
selanjutnya mendapat amanat penuh dari orang tuanya untuk memimpin
beberapa perusahaan milik keluarga, salah satunya PT Bakrie Telecom Tbk.
Sebagai seorang presiden direktur di perusahaan besar
pertelekomunikasian Indonesia, khususnya yang berbasis teknologi CDMA,
Anindya selalu mendapatan pelajaran baru dari setiap langkah bisnis yang
ia lakukan dalam memajukan pertelekomunikasian di tanah air. Sebagai
anak muda, ia tidak pernah berhenti belajar, menimba ilmu dan pengalaman
dari para senior. Hal ini tercermin dari jawaban pendeknya atas
pertanyaan apa kiat dan rahasia keberhasilannya dalam mengelola usaha
selama ini. Saya belum pas untuk pertanyaan itu, karena saya sendiri
masih belajar, belum punya kiat dan rahasia sukses. Namun demikian,
Anindya senantiasa terbuka kepada setiap orang yang ingin mencoba untuk
mencontoh atau berbagi pengalaman sukses dalam mengelola bisnis di
bidang telekomunikasi seperti yang digelutinya saat ini.
Selain menahkodai PT Bakrie Telecom Tbk, Anindya juga masuk dalam
jajaran puncak memimpin beberapa perusahaan besar lainnya, yakni pada PT
Lativi Media Karya (Lativi, yang berganti nama menjadi tvOne pada 14
Februari 2008 lalu) sebagai Presiden Komisaris, PT Cakrawala Andalas
Televisi (ANTV) sebagai Presiden Direktur, dan di perusahaan Capital
Managers Asia Pte., Ltd. (berpusat di Singapura) sebagai Chief Operating
Officer. Dengan jabatan pimpinan di berbagai lembaga bisnis tersebut,
dapat dibayangkan betapa sibuknya seorang Anindya bekerja dan berkarya
mencapai tujuan usaha yang sedang ditekuni. Oleh karena itu, kesediaan
tokoh pengusaha muda belia yang juga aktif di organisasi Kadin Indonesia
sebagai Ketua Komite Tetap bidang Komunikasi dan Penyiaran ini menerima
tim redaksi Harian Online KabarIndonesia (HOKI) di ruang kerjanya di
Wisma Bakrie, Kuningan – Jakarta, untuk sebuah wawancara eksklusif
beberapa waktu lalu menjadi sebuah momen langka dan amat istimewa.
Anindya ternyata seorang yang sederhana, bila tidak dapat dikatakan
sangat bersahaja. Seperti layaknya pemuda pribumi Indonesia kebanyakan,
ia terlihat biasa saja, ditunjang oleh sifat santun yang amat kentara
jauh dari kesan bahwa ia seorang konglomerat kaya-raya; penampilannya
saat itu menepis anggapan bahwa anak-anak pejabat menyenangi kehidupan
glamour dan angkuh. Senyum yang senantiasa menghiasi wajahnya menambah
“tenteram” suasana hati setiap tetamu yang hadir, ditambah percakapan
bersahabat disertai tawa lepas ciri khas lelaki muda yang mudah bergaul
dengan semua kalangan.
Anindya adalah seorang Muslim yang taat. Hal ini tercermin dari
seringnya ungkapan syukur yang terlontar dari mulutnya di sela-sela
pembicaraan; menurut rekan-rekannya ia juga rajin beribadah. Lulusan
BSc. dari Northwestern University, Illionis, Amerika Serikat, yang pada
pertemuan beberapa waktu lalu itu mengenakan kemeja biru terang dan
celana jeans, terkesan kuat memiliki aura kepemimpinan yang amat baik.
Dalam penampilan yang bersahaja itu ia tetap terlihat sebagai seorang
pemimpin profesional, yang tercermin juga dari tutur kata serta gaya
berbicara yang terstruktur, analisis, bervisi jauh ke depan, serta
memiliki bobot keilmuan yang tinggi.
Sesungguhnya seorang Anindya bukanlah apa-apa walau ia terlahir dari
keturunan keluarga mapan dan kaya mulai garis keluarga kakeknya, alm. H.
Achmad Bakrie. Usaha yang dirintis dan dijalankannya saat ini, bila
boleh dikatakan berhasil, itu tidak lepas dari kemampuan individu-nya
sebagai seorang usahawan. “Darah bisnis” bawaan dari orang tuanya
mungkin saja menjadi modal besar dalam mengelola suatu usaha. Dan hal
tersebut lebih bermakna ketika Anindya telah mempersiapkan dirinya
sendiri untuk menjadi pebisnis melalui pendidikan hingga ke tingkat
Master ditambah kegigihannya menimba ilmu filosofi bisnis dari alm.
kakeknya.
“Dalam hidup ini, terutama ketika menggeluti sebuah usaha, hal
yang perlu ditanamkan adalah bahwa apapun yang dilaksanakan harus
bermanfaat dan berguna bagi banyak orang,” demikian pesan kakeknya
seperti dituturkan Anindya. Sebuah filsafat hidup sarat makna yang amat
fundamental sebagai landasan berpijak dalam setiap kegiatan yang kita
inginkan berhasil dengan baik. Hampir semua orang pernah mendengar dan
tahu dengan pesan “moral” itu, namun tidak banyak yang mampu
melakukannya dengan konsisten. Padahal, justru prinsip tersebut
merupakan salah satu penentu berhasil-tidaknya seorang pengusaha.
Kalkulasi kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan adalah salah
satu pesan penting Anindya bagi sesama generasi muda serta penerus
bangsa. Menurutnya, saat ini, komposisi penduduk Indonesia menunjukkan
bahwa 65% adalah penduduk usia di bawah 35 tahun. Masa depan bangsa dan
negara Indonesia pada 15 atau 20 tahun mendatang ditentukan oleh
generasi yang 65% itu. Oleh karenanya, keadaan Indonesia pada 15 atau 20
tahun akan datang dapat diprediksi dengan melihat karakter dan keadaan
generasi muda saat ini. Artinya, para pemuda dan generasi remaja perlu
mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyongsong masa 20 tahun nanti
itu.
“We are living in an interesting time,” kata Anindya
menggambarkan bahwa generasi muda saat ini sedang hidup di zaman yang
amat menarik penuh tantangan. Yang oleh sebab itu, mereka perlu memiliki
karakter inovator dan kreator handal jika ingin bangsa dan negaranya
maju, tidak tertinggal lebih jauh dari bangsa-bangsa lain. Satu
kebanggaan bagi Anindya adalah bahwa dari data survey, terdapat 85%
pebisnis Indonesia di Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah generasi muda.
Ini mengindikasikan bahwa semangat membangun dan berkarya kalangan muda
cukup baik.
Sumber : wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar