Kamis, 08 November 2012

Sukses Ratu Lipstik Dunia

Poppy Cybele King adalah seorang pengusaha muda sukses asal Australia. Ayahnya meninggal saat ia berusia tujuh tahun. Bertahun-tahun kemudian ia menempuh pendidikan di Wesley College, Melbourne. Namanya sangat identik dengan perusahaan kosmetik Poppy Industries yang dibangunnya saat ia berusia 18 tahun. Obsesi terhadap produk kosmetik bibir, membuatnya berani mengambil risiko bergelut dalam bisnis tersebut sejak remaja.

Ketidakpuasan Poppy terhadap warna-warni lipstik yang tersedia di pasaran pada waktu itu, menjadi salah satu pemicu gagasan untuk membangun perusahaan lipstiknya sendiri.
Aku selalu ingin menandingi keglamouran Hollywood zaman dulu. Aku mencari-cari lipstik berwarna merah tua dan cokelat, tetapi tidak ada yang menjualnya. Semua produk sangat mengkilap kisah perempuan kelahiran 23 Mei 1972 itu.

Meskipun tidak memiliki latar belakang bisnis serta modal untuk memulai usaha, Poppy tetap teguh dengan pendiriannya. Ia mengajukan permintaan sokongan dana dari sejumlah lembaga setempat, dan mencari-cari pabrik yang mau memproduksi lipstiknya lewat buku telepon.
 
Aku melakukannya seperti sedang mengerjakan proyek sekolah. Aku tidak berpikir dua kali ataupun merasa takut," imbuhnya seperti dikutip dari.

Pada 1992, Poppy meluncurkan seri terbaru lipstiknya, The Seven Deadly Sins, yang terdiri atas tujuh warna. Seri tersebut ternyata meledak di pasaran, sehingga dalam waktu tiga tahun perusahaan tersebut tumbuh menjadi salah satu perusahaan kosmetik terbesar di Australia.

Bisnis Poppy terus berkembang dan ia berhasil membukukan keuntungan hingga 6 juta dolar per tahun. Atas kesuksesan tersebut, Poppy dianugerahi predikat "Young Australian of the Year" pada 1995, dan dijuluki "Global Leader for the New Millenium" oleh majalah Time.

Pada 1998, Poppy terpaksa menelan kenyataan pahit. Rencana ekspansi serta perselisihan dengan rekan bisnisnya membuat perusahaan yang ia bangun dengan susah payah menderita bangkrut.

Untungnya, dewi fortuna masih berpihak pada Poppy, karena ada investor yang bersedia menginvestasikan sejumlah dana sehingga perusahaan tersebut bisa kembali bangkit. Pada 2002, Poppy menerima tawaran dari Estee Lauder untuk pindah ke New York dan mengisi posisi wakil presiden pemasaran kreatif untuk merek Prescriptive.

Akan tetapi, jabatan tersebut rupanya tidak mampu memuaskan hasrat terpendam Poppy, sehingga tiga tahun kemudian ia memutuskan hengkang dari Estee Lauder. "Semakin tinggi posisimu, semakin jauh dirimu dari para pengguna produk. Posisi itu tidak pas untukku," cetusnya.

Poppy lantas membangun kembali perusahaan kosmetiknya dan meluncurkan ulang merek Lipstick Queen, yang dipasarkan di Amerika Serikat dan Inggris. Selain itu, ia juga menulis sebuah buku berjudul Lessons of a Lipstick Queen (2008), yang mengisahkan pengalaman pribadi serta gairahnya terhadap lipstik.

"Ketika menulis buku itu aku baru menyadari bahwa mendesain lipstik dan memiliki merek lipstik sendiri selalu menjadi dorongan utama bagiku untuk menggeluti bisnis ini," ujarnya.

Selain itu, Poppy percaya pengalaman tidak selalu menentukan kesuksesan, dan rasa berpuas diri merupakan musuh terbesar kreativitas. "Jangan cepat puas dengan kemenanganmu, rasa penasaran akan membuatmu menjadi semakin kreatif," pesannya.
 
 
Sumber :  ciputraentrepreneurship.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar