Jalan hidup seseorang memang sulit ditebak. Hari ini
mungkin orang tersebut menjadi atlet, tetapi bisa jadi beberapa waktu
kemudian kala ditemui lagi orang tersebut telah beralih profesi sebagai
analis. Itulah yang terjadi pada Nico Omer Jonckheere. Meninggalkan
dunia lari maraton di Belgia, Nico Omer melabuhkan hidupnya ke pasar
saham.
Awalnya, pria yang hobi membaca buku ini coba-coba melakukan
investasi di pasar modal Indonesia. Namun, investasi di bursa saham kala
1998, terhantam badai krisis Asia. Indonesia sendiri memasuki fase yang
disebut krisis moneter. Tak pelak, tiga tahun pertama investasi Nico
pun mengalami kerugian.
Meski begitu, Nico tetap ngotot mencoba, hingga tak jarang banyak
orang yang cenderung menertawakan dirinya, karena saat itu investasi di
pasar saham terimbas sentimen negatif Asia.
“Banyak orang yang menertawakan saya. Banyak yang bilang bahwa saya
mempunyai hampa (tidak mempunyai apa-apa), dan banyak juga yang bilang
seperti mau jadi kaya saja dari situ (tidak menguntungkan). Pokoknya
banyak ejekan lah, tapi saya tetap fokus dan saya yakin saya akan jadi
seseorang di bidang ini,” ungkap Nico.
Memang, saat itu Nico sulit sekali mendapatkan keuntungan karena
kondisi pasar yang sedang menurun. Namun, di situ lah Nico mendapat
pembelajaran. Layaknya sebuah sekolah, pria yang lahir di Oostende,
Belgia ini banyak belajar dari kesalahan mempelajarinya dari sana.
Memilih Indonesia
Pria kelahiran, 6 Maret 1971 ini jatuh cinta pada pandangan pertama pada Indonesia. Datang ke Indonesia pada 1993, dengan mekanisme backpacker, Nico menjelajah ke seluruh Indonesia. Alhasil, kecintaannya pada Indonesia pun makin mendalam. Meninggalkan status atletnya, pada 1995, Nico kembali ke Indonesia, setelah menyelesaikan pendidikan sarjana ekonomi di Katholieke Universiteit Leuven (KUL).
Memilih Indonesia
Pria kelahiran, 6 Maret 1971 ini jatuh cinta pada pandangan pertama pada Indonesia. Datang ke Indonesia pada 1993, dengan mekanisme backpacker, Nico menjelajah ke seluruh Indonesia. Alhasil, kecintaannya pada Indonesia pun makin mendalam. Meninggalkan status atletnya, pada 1995, Nico kembali ke Indonesia, setelah menyelesaikan pendidikan sarjana ekonomi di Katholieke Universiteit Leuven (KUL).
“Umur saya masih 24 tahun waktu itu, kemudian saya bilang sama
orangtua akan tinggal di Indonesia. Mereka sedih karena jauh, cuma saya
memang sudah niat, karena saya cinta Indonesia,” kenang Nico.
Ada banyak hal yang membuat Nico jatuh cinta pada Indonesia.
Menurutnya, pemandangan alam di Indonesia, membuatnya semakin betah
berada di Tanah Air.
“The landscape funtastic, beautiful beach, the plantaion, roci field, palm trees, saya suka sekali itu,” kata Nico singkat.
Faktor lainnya yang juga menarik adalah cuacanya. “Kalau di Belgia
itu lebih dari 250 hari dalam setahun musim dingin dan angin yang
kencang, saya tidak suka itu, (bikin) depresif lah,” jelas Nico.
Tak hanya pemandangannya saja, Nico juga menyukai makanan Indonesia.
Menurutnya, makanan di Indonesia sangat segar, terutama untuk
sayur-sayuran dan buah-buahannya.
Di samping itu, yang membuat dirinya betah tinggal di Indonesia
adalah perempuan Indonesia yang dinilai lebih feminim dari wanita di
negaranya. Nico pun akhirnya ‘kepincut’ oleh salah seorang wanita asal
Bandung yang ditemui di Braga, Bandung.
Alkisah, Nico dan temannya sedang menyaksikan live music di tempat
tersebut, dia betemu dengan salah seorang kenalan temannya, yang
akhirnya menjadi istrinya dan dikaruniai empat orang putera. “I love
Indonesian women, mereka feminim. Lebih anggun dari wanita bule,” kata
Nico seraya tersenyum.
Setelah menikah, pada periode 1998 hingga 2004, sembari terus bermain
di pasar modal, Nico mengasah kemampuannya akan angka dan analisa riset
dengan menjadi dosen dikampusnya mengambil magister managemen mengenai
pasar modal, ARS International University, Bandung. Di sana, dia tidak
hanya mengajarkan pasar saham, namun juga Bahasa Inggris, sebelum
akhirnya sukses bekerja menjadi Vice President Research & Analyst
Valbury Asia Securites semenjak 2005 hingga saat ini.
Dengan masuknya ke Valbury, Nico berhasil menepis keraguan semua
orang mengenai dirinya. Menurutnya, dengan kecintaan akan pasar modal
dan apapun yang berhubungan dengan keuangan internasional, semuanya yang
dilalui terasa ringan dan bukan seperti tantangan.
“Wah mengenai pengalaman saya tidak terlalu ingat. Saya terlalu suka
bidang ini dan tidak pernah peduli apa kata orang meskipun sering
dikritik oleh sesama analis karena beda pendapat,” selorohnya.
Misi Besar
Misi Besar
Meski terbilang sukses, Nico mengatakan masih ada motivasi dan misi
besar dalam menjalani karir di bidang pasar modal ini. “Motivasi dan
misi terbesar saya adalah bahwa orang Indonesia menjadi makmur dan
sejahtera lewat pasar modal Indonesia, dengan menjadi seorang investor
dan bukan seorang trader atau bahkan spkulator,” tegas Nico.
Karenanya, Nico pun menulis buku guna mengajak masyarakat Indonesia
berinvestasi di pasar modal Indonesia. Dia mengatakan, buku ini dibuat
supaya orang lebih berani dan memahami kekuatan dari investasi dalam
jangka panjang. Adapun isi dari buku tersebut di antaranya memilih saham
dengan fundamental yang kokoh pada harga yang rendah.
Nico berpesan, untuk menjadi seorang investor harus mempelajari
segala hal, misalnya sebuah laporan keuangan emiten agar, tahu kondisi
keuangan emiten yang dibeli.
“Belajar sendiri dan jadilah mandiri, jangan menaruh semua telur
dalam satu keranjang alias jangan lupa mendiversifikasi aset Anda dalam
beberapa asset class seperti saham, properti dan logam mulia,
berivestasi secara reguler (sisihkan setiap bulan sedikit uang untuk
membeli saham dengan menerapkan dollar-cost averaging), jangan pernah
mendengar rumor, baca laporan keuangan perusahaan agar tahu apa yang
dibeli (dengan kata lain jangan membeli kucing dalam karung),” pesan
Nico.
Selain itu, Nico juga memberikan tips bagi orang yang ingin berkarier
di bidang pasar modal. “Apapun yang anda lakukan you must have passion
itu sangat penting. Love what you do, do what you love. Itu akan sangat bagus dalam bidang Anda,” jelas dia.
“Lalu Anda harus obsesi dalam arti kata benar-benar fokus untuk
memiliki komitmen ke bidang yang anda tekuni, jangan setengah-setengah. You have to be the best, you have to know what you talking about, harus ada dasarnya, apalagi sebagai analis harus sangat faktual dan datanya harus di-back up,” tambah Nico.
Sumber : wordpress.com
Selamat Siang,
BalasHapussaya sudah membaca blog anda, sangat mudah di pahami dan saya sangat tertarik untuk bekerja sama dengan anda, kami dari Forexmart menawarkan kerja sama affiliasi yang sangat menguntungkan untuk anda, jika anda berminat dan tertarik dengan penawaran ini bisa menghubungi email saya di hellokittykucing89@gmail.com dan saya akan memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai penawaran kerjasama ini.
Terima Kasih dan salam sukses untuk anda