Limbah tak selamanya hanya menjadi sampah. Dengan sedikit
kreatifitas, barang yang tidak bernilai bisa diubah menjadi ‘mesin
penghasil uang’. Salah satu contohnya adalah cangkang atau batok kelapa.
Batok kelapa yang tidak bernilai, masih bisa disulap menjadi barang
bermanfaat, salah satunya adalah dibakar untuk menjadi arang. Namun
ternyata, cangkang kelapa ini masih bisa diubah menjadi barang yang
lebih bernilai dari sekedar arang saja.
Adalah Ade Sumarno, seorang pria berumur 27 tahun yang berhasil
menyulap batok kelapa ini menjadi berbagai barang unik. Mulai dari barang
keperluan sehari-hari hingga hiasan rumah yang memiliki nilai seni.
Ade mulai menggeluti bisnis ini sejak tiga tahun lalu. Awalnya, ia
mengubah limbah kelapa tersebut menjadi pernak-pernik untuk ucapan
terima kasih di pernikahan. Bentuknya macam-macam, mulai dari sendok,
garpu, asbak dan lain-lain.
“Modalnya tidak banyak, hanya perlu batok kelapa, alat potong seperti gergaji, lem dan ampelas saja,” katanya.
Ia pun mulai melebarkan usahanya dengan mencoba menggali
kreatifitasnya supaya bisa memberi nilai tambah bagi usahanya tersebut.
Ade pun mulai mencoba membuat pajangan dan hiasan rumah dari batok
kelapa tersebut.
Sudah beberapa pajangan ia hasilkan, berbentuk gajah, kuda bahkan
mahluk mitologi yang hanya ada dalam dongeng, yaitu naga. Ia mengaku
bisa menerima pesenan untuk hiasan rumah tersebut, tak hanya bentuk yang
sudah ada, tapi tergantung keinginan pelanggan.
“Semua model juga bisa tergantung keinginan. Bisa model becak atau
motor Harley (Davidson). Binatang lain juga bisa tak hanya kuda atau
naga,” katanya.
Untuk waktu pengerjaan, Ade mengatakan, tergantung dari bentuk dan
tingkat kerumitan pemesanan. Ia mencontohkan, pengerjaan model naga yang
cukup rumit memerlukan waktu sekitar dua minggu, sementara model kuda
yang lebih sederhana bisa rampung sekitar empat hari saja.
Harga yang ditawarkan pun beragam, sesuai dengan tingkat kesulitan
dan hasil akhirnya. Ia menjual pajangan dan hiasan batok kelapa mulai
dari Rp 500 ribu sampai Rp 1,5 juta.
Selama ini, Ade yang belum memiliki toko sendiri, menjajakan barang
dagangannya dengan menitip di galeri-galeri seni hingga gerai-gerai di
stasiun dan hotel. Namun, ia mengaku pembelian paling sering dilakukan
oleh orang asing melalui pemesanan.
“Banyaknya yang beli memang dari luar. Mereka biasanya telepon ingin
model seperti apa. Nanti setelah selesai langsung dikirim,” ujarnya.
Selain itu, ia kini sedang mencoba untuk mengkolaborasi buah karyanya
itu dengan medium keramik. Salah satunya adalah merangkai batok kelapa
yang sudah dipotong di atas papan keramik berukuran 30×30 cm.
Menurutnya, keramik tersebut bisa disusun di tembok sehingga menjadi
hiasan dinding yang cukup menawan. Bahkan, ia mengaku pernah menerima
pesanan dari salah satu direktur Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk
menghias seluruh dinding kamar mandinya dengan ornamen batok kelapa
tersebut.
Atas jerih payahnya tersebut, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 10-20
juta per bulan. Uang yang cukup besar tersebut awalnya hanya dari modal
yang sangat kecil, bahkan tak sampai jutaan rupiah.
“Dari satu karung (batok kelapa) itu tidak sampai Rp 100 ribu. Itu
isinya sekitar 10 kg, bisa jadi puluhan bentuk akhirnya,” tambahnya.
Sumber : wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar