Tak lapuk kena hujan, tak lekang
kena panas. Peribahasa itu pas untuk menggambarkan usaha dodol betawi
milik Syarifah Hairiyah. Usaha rumahan ini mampu bertahan puluhan tahun.
"Dari dulu, ya, begini. Biasanya (pembelinya-Red) paling rame pertengahan Ramadan. Mereka pesan sekarang, nanti diambil mulai tanggal 1 atau 2 September, begitu seterusnya sampai jelang Lebaran," kata Syarifah Hairiyah alias Ibu Yuyun, pemilik usaha dodol betawi Sari Rasa di rumahnya, Jalan Damai Baru Nomor 45 A, Pejaten Timur, Jakarta Selatan.
rumah di Jalan Damai Baru itu baru ditempati dua bulan.rumah dua tingkat itu dibangun permanen di atas lahan 90 meter persegi. rumah lama (sekitar 150 meter dari rumahnya yang sekarang) telah dijual. "Saya pindah ke lokasi yang lebih baik," kata ibu empat orang anak itu. Selain itu, untuk pemasaran Yuyun menyewa rumah lagi di Jalan Damai. rumah itu juga ditempati anak Yuyun. Khusus Ramadan, Yuyun menyewa tanah kosong di sebelah rumahnya untuk menambah tempat produksinya.
Di tanah kosong itu, dia mendirikan tenda agar bisa menambah jumlah tungku untuk memasak dodol. Total dia mengoperasikan 26 tungku. "Produksi selama Ramadan bisa menghabiskan 2,5 kuintal ketan/hari. Atau bisa menghasilkan 560 besek dodol/hari, dengan 45 orang tenaga kerja. Tapi, kalau hari biasa, kita hanya pake tiga tungku dengan 30 liter ketan/hari. Karyawannya hanya tiga orang," kata Yuyun semangat.
Usaha dodol betawi ini adalah usaha turun temurun sejak tahun 1948. Perjalanannya panjang sampai ke neneknya, Suud binti Husein. Lalu dilanjutkan oleh Nur binti Ahmad, ibunya Yuyun.
"Waktu masih SD, saya sudah menjadi andalan orangtua untuk bikin dodol. Setiap Ramadan, kita selalu sibuk bikin dodol. Selama satu bulan itu, kami ngambil tenaga kerja dari daerah untuk bantuin bikin dodol. Sampai sekarang masih seperti itu. Nggak berubah," ujar Yuyun.
Setelah menikah dengan Muhammad (alm), dia mulai terpikir untuk membuka usaha sendiri di rumahnya dengan memanfaatkan keterampilannya. "Saya punya inisiatif bikin usaha dodol untuk bantu mengatasi kekurangan ekonomi rumah tangga," kata Yuyun.
Dengan modal kerja keras dan ketekunan, Yuyun berhasil membangun usaha mandiri di rumahnya. "Awalnya sih pahit karena belum punya pelanggan. Jualan masih susah. Tiap hari Minggu, saya jualan ke Jalan Kwitang. Di sana, taklimnya rame, orang datang dari mana-mana. Dalam setahun, usaha saya sudah jalan bagus," kata Yuyun.
Disamping memasarkan lewat pengajian di Kwitang, Yuyun juga menyambangi pasar potensial lainnya, seperti, komunitas Betawi. "Sekarang sih pelanggannya sudah banyak. Mereka datang ke sini. Jadi, saya udah nggak ke mana-mana lagi," kata Yuyun.
Pengalaman puluhan tahun makan asam garam itu mengajarkan Yuyun makin bijak dalam menghadapi tantangan bisnis. "Menghadapi persaingan usaha yang makin keras, saya sih santai saja. Sebab, yang penting bagaimana menjaga mutu dan memberikan pelayanan terbaik. Itu kunci suksesnya," katanya.
Kawasan Jalan Damai dikenal sebagai salah satu tempat pembuatan dodol ketan betawi asli. Menjelang Lebaran seperti ini jumlah pengusaha dodol diprakirakan bisa mencapai lebih dari 20 usaha home industry. "Pada waktu muda, saya suka sedih bila menghadapi masalah berat. Tapi, seiring dengan makin banyaknya pengalaman hidup, semua persoalan akhirnya bisa disikapi dengan tenang. Sesulit-sulitnya hidup, sebagai seorang ibu, kita harus menghadapi dengan tabah," kata Yuyun mengungkap salah satu falsafah hidupnya.
"Dari dulu, ya, begini. Biasanya (pembelinya-Red) paling rame pertengahan Ramadan. Mereka pesan sekarang, nanti diambil mulai tanggal 1 atau 2 September, begitu seterusnya sampai jelang Lebaran," kata Syarifah Hairiyah alias Ibu Yuyun, pemilik usaha dodol betawi Sari Rasa di rumahnya, Jalan Damai Baru Nomor 45 A, Pejaten Timur, Jakarta Selatan.
rumah di Jalan Damai Baru itu baru ditempati dua bulan.rumah dua tingkat itu dibangun permanen di atas lahan 90 meter persegi. rumah lama (sekitar 150 meter dari rumahnya yang sekarang) telah dijual. "Saya pindah ke lokasi yang lebih baik," kata ibu empat orang anak itu. Selain itu, untuk pemasaran Yuyun menyewa rumah lagi di Jalan Damai. rumah itu juga ditempati anak Yuyun. Khusus Ramadan, Yuyun menyewa tanah kosong di sebelah rumahnya untuk menambah tempat produksinya.
Di tanah kosong itu, dia mendirikan tenda agar bisa menambah jumlah tungku untuk memasak dodol. Total dia mengoperasikan 26 tungku. "Produksi selama Ramadan bisa menghabiskan 2,5 kuintal ketan/hari. Atau bisa menghasilkan 560 besek dodol/hari, dengan 45 orang tenaga kerja. Tapi, kalau hari biasa, kita hanya pake tiga tungku dengan 30 liter ketan/hari. Karyawannya hanya tiga orang," kata Yuyun semangat.
Usaha dodol betawi ini adalah usaha turun temurun sejak tahun 1948. Perjalanannya panjang sampai ke neneknya, Suud binti Husein. Lalu dilanjutkan oleh Nur binti Ahmad, ibunya Yuyun.
"Waktu masih SD, saya sudah menjadi andalan orangtua untuk bikin dodol. Setiap Ramadan, kita selalu sibuk bikin dodol. Selama satu bulan itu, kami ngambil tenaga kerja dari daerah untuk bantuin bikin dodol. Sampai sekarang masih seperti itu. Nggak berubah," ujar Yuyun.
Setelah menikah dengan Muhammad (alm), dia mulai terpikir untuk membuka usaha sendiri di rumahnya dengan memanfaatkan keterampilannya. "Saya punya inisiatif bikin usaha dodol untuk bantu mengatasi kekurangan ekonomi rumah tangga," kata Yuyun.
Dengan modal kerja keras dan ketekunan, Yuyun berhasil membangun usaha mandiri di rumahnya. "Awalnya sih pahit karena belum punya pelanggan. Jualan masih susah. Tiap hari Minggu, saya jualan ke Jalan Kwitang. Di sana, taklimnya rame, orang datang dari mana-mana. Dalam setahun, usaha saya sudah jalan bagus," kata Yuyun.
Disamping memasarkan lewat pengajian di Kwitang, Yuyun juga menyambangi pasar potensial lainnya, seperti, komunitas Betawi. "Sekarang sih pelanggannya sudah banyak. Mereka datang ke sini. Jadi, saya udah nggak ke mana-mana lagi," kata Yuyun.
Pengalaman puluhan tahun makan asam garam itu mengajarkan Yuyun makin bijak dalam menghadapi tantangan bisnis. "Menghadapi persaingan usaha yang makin keras, saya sih santai saja. Sebab, yang penting bagaimana menjaga mutu dan memberikan pelayanan terbaik. Itu kunci suksesnya," katanya.
Kawasan Jalan Damai dikenal sebagai salah satu tempat pembuatan dodol ketan betawi asli. Menjelang Lebaran seperti ini jumlah pengusaha dodol diprakirakan bisa mencapai lebih dari 20 usaha home industry. "Pada waktu muda, saya suka sedih bila menghadapi masalah berat. Tapi, seiring dengan makin banyaknya pengalaman hidup, semua persoalan akhirnya bisa disikapi dengan tenang. Sesulit-sulitnya hidup, sebagai seorang ibu, kita harus menghadapi dengan tabah," kata Yuyun mengungkap salah satu falsafah hidupnya.
sumber : ciputraentrepreneurship.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar