Minggu, 10 Maret 2013

Kisah Agus Setiawa dengan Sukses Peternakan perikanan

Awalnya hanya menyalurkan hobi mengoleksi ikan arwana (Scleropages formosus). Berlanjut mengembangkannya hingga menjadikan Agus Setiawan sebagai pengusaha sukses Ikan Arwana.
Kesuksean Agus berawal tujuh tahun lalu ketika membeli ikan arwana untuk koleksi saja. Setelah koleksinya menjadi 30 ekor, mulai terpikir untuk membudidayakan arwana jenis super red. Hingga kini akhirnya Agus memiliki induk Arwana tersebut lebih dari 3 ribuan ekor dan 103 kolam serta 30 karyawan.

Bahkan Ikan Arwana hasil budidayanya telah dijual ke luar negeri melalui pengekspor dari Jakarta.
“Kita pengoleksi, makanya konsumen suka. Tidak hanya mengejar bisnis, tetapi melihat kualitas ikan,” kata Agus dijumpai di penangkaran ikan arwana miliknya di Desa Jaras Kecamatan Putussibau Selatan.

Saat ini, kata Agus, harga arwana super red anakan berukuran 9-10 cm sekitar Rp 3 juta. Bahkan ia pernah menjual satu ekor ikan seharga Rp 110 juta kepada orang Thailand melalui warga Indonesia. Sementara rata-rata setiap tahun ia menjual ikan arwana sebanyak 500 ekor.
Ia hanya menjual ikannya tersebut ke orang-orang lokal. Namun oleh pengekspor, ikan-ikannya dijual ke luar negeri.

“Izin ekspor sebenarnya sudah ada, namun tidak pernah dilaksanakan. Kita hanya jual kepada teman-teman para pengekspor yang ada di Jakarta dan mereka yang menjual ke luar negeri. Selain itu untuk ekspor harus di Jakarta dan urusannya agak ribet,” ujar pria yang pernah satu kali menjadi juri internasional kontes arwana di Jakarta pada 2011 ini.

Selama ini, menurut teman-teman Agus, arwana diekspor ke Asia. Namun yang terbanyak ke RRC. Kalau Amerika atau Eropa masih tidak mau membeli ikan arwana dari Indonesia. Sebab mereka mengira ikan-ikan tersebut diambil dari alam.

“Mereka tidak percaya ikan-ikan itu hasil penangkaran. Mereka beranggapan itu ditangkap dari alam,” katanya.

Usaha penangkaran arwana tidak selamanya berjalan mulus. Kadang-kadang ikan-ikan pada mati ketika di penangkaran. Begitu juga ketika ikan akan dikirim ke konsumen ada yang mati, bahkan kematiannya mencapai 50 persen.

Bahkan yang lebih buruk 100 persen kematiannya. Sehingga keuntungan kadang-kadang hanya 40-50 persen saja. Apalagi biasanya kalau ikan bagus tidak sering beranak. Kalaupun beranak tidak banyak. Bahkan kadang-kadang hingga setahun tidak beranak.

“Kalau menurut saya untuk sekitar lima tahun mendatang, memang bisnis arwana masih menjanjikan. Tapi tidak tahu setelah itu, sebab saat ini penangkar ikan arwana sudah menjamur.
Dulu setiap arwana kalau dijual masih laku, tapi sekarang tidak semua laku, karena sudah berdasarkan kualifikasi kelasnya,” jelas Agus.

Sebenarnya untuk membudidayakan ikan arwana, tidak terlalu sulit. Asalkan cara pengurusannya benar, makan yang cukup dan air atau kolamnya sering diperhatikan. Arwana usia sekitar lima tahun sudah bisa dijadikan induk. Satu ekor arwana jantan dapat dikawinkan dengan dua betina.

Sekitar seminggu proses perkawinan kadang-kadang sudah menampakkan hasilnya, ditandai dengan induk yang sudah membawa anak-anak di mulutnya. Kalau sudah begitu, maka anak-anak ikan tersebut dipindahkan ke akuarium. “Arwana yang sekitar ukuran 12 cm atau berumur sekitar tiga bulan kemudian dipasang chip,” ujarnya.

Sebagai pencinta dan pengoleksi, ia menilai ikan arwana itu indah. Namun di RRC bahkan warga Tionghoa di tanah air, arwana dianggap ikan dewa. Sebab ikan arwana merupakan ikan purbakala dan peliharaan dewa. Namun ada juga yang meyakini ikan ini sebagai penjaga rumah, lantaran tidak pernah tidur. Tapi ada juga beranggapan ikan mahal ini membawa hoki bagi pemiliknya.

Ilmu Agus terhadap seluk-beluk ikan arwana tidak diragukan lagi. Atas kesuksesannya membudidayakan ikan arwana, akhirnya pada 2011 ia pun pernah ditunjuk sebagai juri pada kontes arwana Internasional di Jakarta.

“Pada saat kontes tersebut para penangkar berkumpul. Kita mengusulkan kepada kementerian kehutanan agar ikan arwana ini dipatenkan sebagai ikan asli Indonesia. Saat itu, Pak Menteri langsung merespons dengan memerintahkan bawahannya untuk segera mengurus hak patennya. Tapi kita pun tidak tahu, apakah sudah diurus apa belum,

sumber :  budidaya-ikan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar