Awalnya hanya menyalurkan hobi mengoleksi ikan arwana (Scleropages
formosus). Berlanjut mengembangkannya hingga menjadikan Agus Setiawan
sebagai pengusaha sukses Ikan Arwana.
Kesuksean Agus berawal tujuh tahun lalu ketika membeli ikan arwana
untuk koleksi saja. Setelah koleksinya menjadi 30 ekor, mulai terpikir
untuk membudidayakan arwana jenis super red. Hingga kini akhirnya Agus
memiliki induk Arwana tersebut lebih dari 3 ribuan ekor dan 103 kolam
serta 30 karyawan.
Bahkan Ikan Arwana hasil budidayanya telah dijual ke luar negeri melalui pengekspor dari Jakarta.
“Kita pengoleksi, makanya konsumen suka. Tidak hanya mengejar bisnis,
tetapi melihat kualitas ikan,” kata Agus dijumpai di penangkaran ikan
arwana miliknya di Desa Jaras Kecamatan Putussibau Selatan.
Saat ini, kata Agus, harga arwana super red anakan berukuran 9-10 cm
sekitar Rp 3 juta. Bahkan ia pernah menjual satu ekor ikan seharga Rp
110 juta kepada orang Thailand melalui warga Indonesia. Sementara
rata-rata setiap tahun ia menjual ikan arwana sebanyak 500 ekor.
Ia hanya menjual ikannya tersebut ke orang-orang lokal. Namun oleh pengekspor, ikan-ikannya dijual ke luar negeri.
“Izin ekspor sebenarnya sudah ada, namun tidak pernah dilaksanakan.
Kita hanya jual kepada teman-teman para pengekspor yang ada di Jakarta
dan mereka yang menjual ke luar negeri. Selain itu untuk ekspor harus di
Jakarta dan urusannya agak ribet,” ujar pria yang pernah satu kali
menjadi juri internasional kontes arwana di Jakarta pada 2011 ini.
Selama ini, menurut teman-teman Agus, arwana diekspor ke Asia. Namun
yang terbanyak ke RRC. Kalau Amerika atau Eropa masih tidak mau membeli
ikan arwana dari Indonesia. Sebab mereka mengira ikan-ikan tersebut
diambil dari alam.
“Mereka tidak percaya ikan-ikan itu hasil penangkaran. Mereka beranggapan itu ditangkap dari alam,” katanya.
Usaha penangkaran arwana tidak selamanya berjalan mulus.
Kadang-kadang ikan-ikan pada mati ketika di penangkaran. Begitu juga
ketika ikan akan dikirim ke konsumen ada yang mati, bahkan kematiannya
mencapai 50 persen.
Bahkan yang lebih buruk 100 persen kematiannya. Sehingga keuntungan
kadang-kadang hanya 40-50 persen saja. Apalagi biasanya kalau ikan bagus
tidak sering beranak. Kalaupun beranak tidak banyak. Bahkan
kadang-kadang hingga setahun tidak beranak.
“Kalau menurut saya untuk sekitar lima tahun mendatang, memang bisnis
arwana masih menjanjikan. Tapi tidak tahu setelah itu, sebab saat ini
penangkar ikan arwana sudah menjamur.
Dulu setiap arwana kalau dijual masih laku, tapi sekarang tidak semua
laku, karena sudah berdasarkan kualifikasi kelasnya,” jelas Agus.
Sebenarnya untuk membudidayakan ikan arwana, tidak terlalu sulit.
Asalkan cara pengurusannya benar, makan yang cukup dan air atau kolamnya
sering diperhatikan. Arwana usia sekitar lima tahun sudah bisa
dijadikan induk. Satu ekor arwana jantan dapat dikawinkan dengan dua
betina.
Sekitar seminggu proses perkawinan kadang-kadang sudah menampakkan
hasilnya, ditandai dengan induk yang sudah membawa anak-anak di
mulutnya. Kalau sudah begitu, maka anak-anak ikan tersebut dipindahkan
ke akuarium. “Arwana yang sekitar ukuran 12 cm atau berumur sekitar tiga
bulan kemudian dipasang chip,” ujarnya.
Sebagai pencinta dan pengoleksi, ia menilai ikan arwana itu indah.
Namun di RRC bahkan warga Tionghoa di tanah air, arwana dianggap ikan
dewa. Sebab ikan arwana merupakan ikan purbakala dan peliharaan dewa.
Namun ada juga yang meyakini ikan ini sebagai penjaga rumah, lantaran
tidak pernah tidur. Tapi ada juga beranggapan ikan mahal ini membawa
hoki bagi pemiliknya.
Ilmu Agus terhadap seluk-beluk ikan arwana tidak diragukan lagi. Atas kesuksesannya membudidayakan ikan arwana, akhirnya pada 2011 ia pun
pernah ditunjuk sebagai juri pada kontes arwana Internasional di
Jakarta.
“Pada saat kontes tersebut para penangkar berkumpul. Kita mengusulkan
kepada kementerian kehutanan agar ikan arwana ini dipatenkan sebagai
ikan asli Indonesia. Saat itu, Pak Menteri langsung merespons dengan
memerintahkan bawahannya untuk segera mengurus hak patennya. Tapi kita
pun tidak tahu, apakah sudah diurus apa belum,
sumber : budidaya-ikan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar