Bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang diinginkan memang jadi
sebuah keharusan. Apalagi ketika memulai usaha baru. Tentu, tak bisa
berleha-leha untuk mengerjakannya karena harus memenuhi target yang
diinginkan. Hal itulah yang dilakukan Adrilsyah Adnan saat memulai
karirnya menjadi pengusaha.
Tahun
1997, Adril baru menyelesaikan kuliahnya di Bandung. Lelaki kelahiran
Bukit Tinggi ini pun harus mulai mandiri. Apalagi ia memang merupakan
seorang perantau dari seberang pulau. Otomatis, ia harus mencari cara
untuk bisa bertahan hidup di Bandung.
Ia
memulainya dengan menjadi broker sweater rajut di Bandung untuk di jual
ke Jakarta. Dari Ibu Kota, ia datang kembali dengan membawa topi untuk
di pasarkan di Bandung. Beberapa bulan kegiatan itu dilakukannya.
Sebetulnya, untung yang ia ambil pun tidak banyak, karena pesanannya
masih partai kecil.
“Dulu hanya untuk memenuhi kebutuhan saja, jadi mau gak mau harus dijalani,” ujar ayah yang memiliki tiga anak laki-laki ini.
Bisnis
yang berawal dari kebutuhan itu pun berkembang menjadi usaha yang
menguntungkan. Itu bermula dari Adril yang menemukan celah baru di dunia
bisnis. Penjualan topi pun tak mengandalkan lagi produk asal Jakarta.
Sedikit demi sedikit, ia membangun konveksi yang khusus membuat topi.
Setelah
cukup berkembang, ia memberanikan diri membuka usahanya dalam bentuk
toko di kawasan Parahyangan Plaza. Toko topi dengan merek dagang Warning
ini pun cukup laku. Dari sana, ia pun mulai mengembangkan sayapnya
dengan membuka produk baru. Di tahun 2000 ia pun menjadi pelopor bisnis
pakaian distro di kawasan Parahyangan Plaza.
Adril
pun mulai dengan membuat produk berupa kaos, tas, hingga apparel distro
lainnya. Ia pun tak hanya membuka tokonya di Bandung. Untuk memperluas
jaringan usahanya, Adril membuka clothingnya di beberapa kota besar
seperti Jakarta, Surabaya, Jogjakarta serta Purwakarta.
Usahanya
berjalan dengan lancar. Malah, ia kembali melebarkan sayapnya dengan
membuat clothing dengan merek baru yaitu 74 yang diambil dari tahun
kelahirannya. Warning pun berpindah tempat, dan toko yang ada di
Parahyangan dijadikan clothing 74.
Dari
sana, usahanya kian meningkat. Ia kembali membuka merek baru yaitu
Magma dan Camo. Sebetulnya, semua merek milik Adril itu bergerak di
bidang yang sama. Cuma, ia pintar memanfaatkan segmentasi pasar yang
terbagi jadi beberapa macam.
“Tiap merek punya kelas masing-masing, ada buat remaja, pemusik, atau juga Abg,” ujarnya.
Saat
ini, ia juga jadi pemasok bahan untuk beberapa distro di Bandung.
Awalnya memang ia belanja hanya untuk keperluan clothingnya. Tapi,
karena ada permintaan dari rekanan bisnisnya, Adril pun memulai usaha
barunya untuk menjual bahan.
Kini,
lelaki yang asalnya mondar-mandir Bandung Jakarta untuk mencari tambahan
kebutuhan hidup sudah tinggal menikmati hasilnya. Malah, ia pun ikut
membuka peluang kerja baru dengan puluhan karyawan serta vendornya. Ia
pun mengatakan jika kunci keberhasilannya adalah berani menghadapi perubahan di dunia bisnis.
“Kita tak
boleh terus terpaku, tapi harus selalu mengikuti apa keinginan pasar,
dan kita harus berani menghadapi perubahan yang sewaktu-waktu terus
terjadi, caranya tentu dengan membuat inovasi baru,” paparnya.
sumber : blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar