Bisnis farmasi mau tidak mau harus mengikuti zaman. Bisnis farmasi
yang sudah berusia puluhan tahun pun harus senantiasa berubah karena
lanskap bisnis dan konsumen juga berubah. “Selama ini, ada paradigma
sakit dalam bisnis ini sehingga bisnis diupayakan sebagai penyedia
produk, orientasi pada produk untuk orang sakit,” kata Dr. Sjamsul
Arifin, Direktur Utama PT Kimia Farma dalam MarkPlus MasterClass
Workshop hari kedua di MIM Campus, MarkPlus.
Sjamsul bercerita panjang lebar bagaimana Kimia Farma melakukan
tansformasi diri, baik dari sisi tampilan maupun layanan. “Dulu, Kimia
Farma sangat berorientasi pada produk. Sekarang, orientasi pada
konsumen. Hal ini juga diterjemahkan dalam logo Kimia Farma yang baru
yang bergambar matahari terbit dengan tagline iCare yang merupakan
kepanjanan dari integrity, customer first, accountability, respect, dan
excellence,” kata Sjamsul.
Dengan semangat baru ini, ada beberapa pergeseran fokus perhatian.
Sjamsul menyebut pergeseran dari sales oriented ke patient oriented
maupun product oriented menuju service oriented. Sjamsul mengakui bahwa
di era lama, banyak dokter melakukan praktik yang kurang etis akibat
sales oriented tersebut.
Selain itu, Sjamsul bercerita juga bagaima Kimia Farma sukses
mengembangkan brand extensionnya berupa apotik. Ada beberapa kunci
sukses Kimia Farma dalam mengembangkan jaringan ritel apotiknya. Sjamsul
menyebut faktor lokasi yang strategis. Terkait lokasi, sambung Sjamsul,
Kimia Farma tidak masuk ke ritel modern seperti mal karena selain
biayanya mahal, juga ingin membangun diferensiasi khususnya apotik yang
dekat dengan konsumennya. “Faktor lainnya adalah bisnis ritel itu harus
detail. Hal-hal kecil harus diperhatikan. Lalu, jangan lupa bisnis ritel
itu memberdayakan orang. Bisnis ini tidak berambisi menyediakan
semuanya, tapi mengusung diferensiasi. Selain itu, Kimia Farma selama
ini cukup memperhatikan pengaturan ruang, kompetisi harga, dan relasi
baik dengan pelanggan.
sumber : marketeers.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar