Orang tua saya dulu mempunyai profesi sebagai pedagang sayuran di pasar
(pagi), sedangkan siang sampai malam membuka warung mie Ayam dan Bakso
Urat untuk mahasiswa (kebetulan rumah dekat kampus STIKOM Medan). Dengan
menjual berbagai menu siap saji seperti ayam goreng, ayam bakar, dan
masakan lainnya warung orang tua sangat banyak pengunjungnya dan menjadi
idola di kalangan mahasiswa dan juga masyarakat setempat, karena cita
rasanya beda dengan yang lain dan harganya murah. Dari hasil jualan
tersebut , Alhamdulillah kami 3 bersaudara dapat sekolah semua sampai
tamat SMU dan 2 orang tamat perguruan tinggi termasuk saya. Suatu
prestasi yang menurut saya patut diacungi jempol. Tetapi apa yang
menjadi cita-cita orang tua kami, tidak lain agar anak-anaknya menjadi
pegawai negeri. Dan salah satunya saya menjadi guru SMP. Itulah realitas
yang umum terdapat di masyarakat. Kalau dipikir mengapa kami tidak
disuruh untuk membesarkan warung ayam menjadi bisnis Rumah Makan yang
profesional ? Tetapi itulah sebuah jalan kehidupan saya. Dan kasus
seperti ini saya yakin banyak sekali.
Menyembelih sampai membersihkan ayam untuk dimasak, menjadi aktivitas
sehari-hari mulai saya berumur 12 tahun. Pagi-pagi selesai shubuh saya
sudah berkecimpung dengan ayam, setelah selesai semua baru bisa
berangkat ke sekolah. Tidak itu saja, setelah pulang sekolah sampai
larut malam, saya selalu terlibat membantu warung mie ayam orang tua.
Dan hal itu terus saya lakukan sampai tamat kuliah. Kadang-kadang memang
ada rasa iri melihat kawan-kawan yang mempunyai banyak waktu untuk
bermain. Akhirnya apa yang dicontohkan orang tua mengenai kedispilinan
dan kerja keras sangat bermanfaat dalam membentuk jiwa wirausaha saya
dan hasilnya dapat saya rasakan. Saya memang tidak sendiri, tetapi
seluruh anggota keluarga juga turut membantunya.
Rumah selain untuk tempat tinggal juga dipakai untuk berjualan. Hal ini
berakibat saya mempunyai banyak kawan dan kenalan. Karena banyak tamu
yang makan dan menjadi pelanggan tetap kami. Pengalaman interaksi saya
dengan pelanggan-pelanggan warung kami waktu itu juga sangat membantu di
dalam membentuk jiwa saya ( public relation).
Dan akhirnya saya kembali ke kota kelahiran saya. Setelah keluar dari
PNS saya balik ke kampung halaman saya di Solo. Banyak saudara dan kawan
bingung melihat saya pulang kampung dan membuka Warung Mie Ayam kaki
lima di Pinggiran jalan Magelang, bahkan tidak sedikit yang berolok.
Dengan kesabaran dan ketabahan, serta dibantu oleh 2 orang saya menekuni
usaha ini. Sedikit demi sedikit usaha saya berkembang. Usaha saya ini
termasuk perintis atau pionir kaki lima lesehan di kota Solo ( 1986).
Dan sekarang sudah tak terhitung lagi warung lesehan seperti yang saya
rintis ini.
Suatu hari datang kawan saya, seorang penjual bakso di Tebing (saat itu
pulang ke Solo juga) menyampaikan bahwa prospek bisnis rumah makan di
Tebing sangat bagus. Dengan enteng dia mengatakan bahwa Tebing itu tidak
jauh, lebih dekat dibandingkan Semarang, perjalanan hanya 3 jam saja,
demikian dia memotivasi saya. Peluang ini akhirnya saya ambil dengan
segala resiko. Karena perhitungan saya kalau saya di Solo terus, rasanya
sulit untuk berkembang dengan pesat, mengingat Solo waktu itu kotanya
kecil (kurang hetereogen), persaingan sangat ketat, karena sudah banyak
Rumah Makan mie Ayam / Bakso yang sudah besar.
Walaupun sudah ada pengalaman, awal-awal usaha saya tidak langsung
menuai hasil. Saat itu mie Ayam belum ada di Tebing, dan sayalah yang
pertama. Saya hanya jualan Bakso urat dan mie ayam, tidak ada menu
lainnya. Setiap harinya hanya bisa menjual 10 / 15 porsi perhari. Saya
tidak mempunyai karyawan, semua saya lakukan sendiri. Istri juga tidak
terlibat, mungkin waktu itu masih malu. Hal ini berjalan sampai hampir
satu tahun.
Saya selalu berusaha bagaimana membuat tamu saya kerasan dan mau kembali
lagi. Saya selalu menempatkan diri sebagai abdi/pelayan dihadapan tamu.
Saya memperlakukan pelanggan-pelanggan saya seperti saudara, saya
berusaha untuk mengetahui nama-nama mereka sehingga hubungan dengan
pelanggan terasa akrab, saya selalu berusaha mengetahui nama-nama
pelanggan dengan cara pura-pura ada yang mencari walaupun salah, untuk
kesempatan tanya nama, selanjutnya saya selalu menegur dan menyapa
dengan nama agar merasa bangga diantara teman-temannya. Saya juga selalu
bertanya apa keluahan-keluhannya selama ini. Masukan-masukan pelanggan
juga saya perhatikan untuk terus memperbaiki pelayanan. Banyak tamu saya
yang datang disamping makan tentunya, juga untuk bersilaturahmi dengan
saya. Bahkan lucunya setelah makan pelanggan saya mengucapkan terima
kasih kepada saya. Bahkan kalau mereka lama ( 1 minggu) tidak datang
mereka minta ma,af dan dengan berbagai alasan seperti keluar kota,
sedang sibuk atau alasan lainnya. Dan 75 % lebih pelanggan-pelanggan
saya masih setia datang di Warung / outlet Mas Kirun dimanapun berada
sampai sekarang.
Sedikit-demi sedikit jumlah menu saya tambah sehingga lebih bervariasi
sehingga tamu mempunyai banyak pilihan. Satu cacatan penting, sebelum
menu ini saya tampilkan saya selalu melakukan uji coba berkali-kali
sampai mendapatkan rasa yang benar-benar cocok, baru menu itu saya
tampilkan, sehingga saya sangat hati-hati dalam hal ini. Untuk
penampilan karyawan sedikit demi sedikit juga saya perbaiki, yang
sebelumnya tidak pakai seragam, sekarang memakai seragam sehingga
penampilan lebih bagus. Semua usaha-usaha di atas ujung-ujungnya adalah
membangun image (citra).
Disamping usaha-usaha yang sifatnya internal, saya juga melakukan
promosi secara tidak langsung / terselubung lewat tulisan-tulisan saya
di koran seperti profil-profil bisnis. Dengan tulisan ini menurut saya
lebih bagus, artinya lebih masuk ke dalam pikiran konsumen dari pada
saya harus menawarkan diri secara vulgar misalnya “Datanglah ke Rumah
Makan Saya, Yang Enak, Murah, Kualitas Bagus.” Saya paling tidak suka
iklan seperti itu. Karena sangat subyektif sehingga pembaca pun
kadang-kadang malas, dan itu sudah sangat biasa.
Menurut saya iklan yang paling efektif adalah dari mulut ke mulut Tetapi
bagaimana dari pembicaraan ke pembicaraan ini kita masalkan melalui press release.
Tetapi istilah pembicaraan ke pembicaraan ini dalam era sekarang perlu direkayasa,
Artinya kadang kita perlu membuat suatu profil atau bahkan
konflik-konflik (positif) dalam bentuk tulisan-tulisan di koran atau di
media cetak lainnya bahkan media elektronik. Untuk itu kadang kita
undang wartawan untuk membantu keperluan ini. Kalau sudah sekali muncul
dengan bagus, nanti media-media lain pasti akan turut meliputnya.
sehingga Dengan cara ini Image juga dengan cepat terbangun, dan masih
banyak lagi. Itu semua tentu butuh biaya yang tidak kecil, tapi kalau
itu merupakan investasi jangka pajang, harus kita lakukan.
Kunci sukses Warung Mie ayam Bakso Mas kirun tidak lepas dari
hukum-hukum Tuhan dan Kami memahami bahwa hal terpenting dalam
menjalankan roda perniagaannya adalah bagaimana suatu pekerjaan tersebut
justru dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka. Sehingga insan
Warung Mie ayam bakso Mas Kirun memandang Bekerja Adalah beribadah. Di
setiap outlet tersedia sarana peribadatan berupa Mushalla dan mewajibkan
pendalaman Agama bagi para staff dan karyawan secara terus-menerus.
Di samping berbisnis tentu saya juga harus mengurus rumah tangga( istri
dan anak-anak) karena saya adalah suami ( kepala keluarga). Kalau rumah
tangga ini tidak kita manage, bisnis kita pasti akan kacau. Sadar akan
hal ini, dari awal saya sudah sepakat dengan istri bahwa resiko karier
saya adalah seperti ini, maka kita harus menjalaninya dengan ikhlas, dan
masing-masing harus tahu betul dan konsisten untuk menjalankan hak dan
kewajibannya secara proporsional. Dan Alhamdulillah semua berjalan
lancar-lancar saja. Sekali lagi saya sampaikan bahwa peran keluarga
sangat besar di dalam kesuksesan bisnis kita.
Usaha yang saya geluti terus berkembang dan berkembang dan akhirnya,
pertengahan tahun 1993, BRI menawarkan bantuan pinjaman tanpa agunan
(bantuan pegel kop/pengusaha golongan lemah dan koperasi). Sebesar Rp 2
juta. Tanpa saya mengajukan permohonan pinjaman sebab memang tak butuh.
Namun, saya setuju dan menggunakannya untuk memperluas warung sekaligus
mengganti kompor minyaknya dengan kompor gas yang lebih modern.
sumber : blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar