Banyak perusahaan besar menjadi lengah dan lupa berinovasi. Hal itu
dihindari oleh Google dengan memupuk budaya inovasi di lingkungan
perusahaannya. Setiap karyawan di perusahaan ini dituntut untuk “Think
Big”, berpikir dan melakukan hal-hal yang tidak biasa.
Sejak kecil, Page bermimpi untuk menjadi seorang penemu. Dia tidak
hanya ingin bisa menciptakan produk yang hebat, tetapi juga ingin
mengubah dunia. Mimpi itu tetap hidup hingga kini dan dia wujudkan
bersama Google.
Bagi Page, kepuasan adalah ketika dia dan timnya bisa mengembangkan
inovasi 10 kali lipat dari yang telah mereka kembangkan sebelumnya.
Jadi, tak heran jika inovasi menjadi inti dari bisnis Google. Lihat saja
Gmail, layanan email yang menawarkan kapasitas penyimpanan 100 kali lebih besar ketimbang kapasitas yang diberikan oleh layanan-layanan email lainnya.
Google juga telah menciptakan layanan penerjemah berbagai bahasa
serta melahirkan Google Maps dan Google Drive, layanan penyimpanan data
berbasis teknologi cloud computing. Selain itu, masih ada YouTube, Android, dan Chrome yang menarik dan telah digunakan banyak orang.
Google bahkan dikabarkan membangun sebuah proyek dan lab khusus
bernama Google X. Berbagai fasilitas dalam lab Google X dibuat untuk
mendukung riset Google untuk menciptakan beragam teknologi masa depan,
seperti mobil yang bisa berjalan sendiri dan kacamata berbasis teknologi
Augmented Reality.
“Jika tidak melakukan hal-hal gila, kamu melakukan hal-hal yang
salah,” kata Page. Sebagai CEO, dia selalu mendorong timnya untuk
berinovasi.
2. Inovasi harus diikuti dengan komersialisasi
2. Inovasi harus diikuti dengan komersialisasi
Inovasi yang sukses harus diikuti dengan komersialisasi. Page
mencontohkan Xerox PARC, salah satu anak perusahaan Xerox Corp, yang
didirikan pada tahun 1970. Xerox PARC terkenal dengan berbagai
inovasinya di bidang teknologi dan hardware. Beberapa
inovasinya memegang peranan penting dalam dunia komputasi modern, di
antaranya, ethernet, graphical user interface (GUI), dan teknologi laser
printing.
“Namun, mereka tidak fokus pada komersialisasi,” kata Larry. Hal itulah yang membuat Xerox PARC gagal.
Larry memberikan contoh lain, yakni Tesla. Tesla adalah salah satu
perusahaan yang dia kagumi, yang mengembangkan mobil inovatif. Namun,
perusahaan yang didirikan oleh Nikola Tesla itu menghabiskan 99 persen
tenaganya untuk mengembangkan produknya agar disukai banyak orang. Hal
itulah yang menyebabkan Tesla akhirnya jatuh.
Xerox PARC dan Tesla gagal karena hanya fokus pada inovasi. Setiap
perusahaan membutuhkan dua hal untuk sukses, yakni inovasi dan
komersialisasi.
3. Jangan fokus pada persaingan
3. Jangan fokus pada persaingan
Google berbeda dari perusahaan-perusahaan teknologi lainnya. Google
fokus pada pengembangan produk-produk dan layanannya, bukan fokus pada
kompetisi.
“Apa yang menarik dari bekerja jika hal terbaik yang bisa kita
lakukan adalah mengalahkan perusahaan lain yang melakukan hal yang sama
dengan kita? Itulah yang membuat banyak perusahaan jatuh secara
perlahan. Mereka cenderung melakukan hal yang sama dengan yang pernah
mereka lakukan dan membuat beberapa perubahan kecil,” kata Page.
Menurut Page, memang wajar jika banyak orang ingin mengerjakan
hal-hal yang mereka yakin tidak akan gagal. Namun, untuk sukses,
perusahaan teknologi perlu membuat suatu perubahan yang besar.
Ketika merilis Gmail, misalnya, Google masih menjadi sekadar perusahaan mesin pencari.
Menciptakan layanan email berbasis web merupakan suatu lompatan besar bagi Google, apalagi Gmail berani menyediakan kapasitas penyimpanan email yang sangat besar jika dibandingkan penyedia layanan serupa pada saat itu.
Pada saat mengembangkan Gmail, sudah ada beberapa perusahaan lain
yang memiliki mesin pencari. Gmail tidak akan ada jika Google hanya
fokus untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan itu. Google memilih
untuk fokus mengembangkan produk-produk dan layanannya.
sumber : komputerindo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar