Rabu, 19 Desember 2012

Bakat Entrepreneur Sejak Kecil

Denni sepertinya memang sudah memiliki bakat entrepreneur sejak kecil.  Saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Ia pernah berjualan layangan.  Hal ini pun berlanjut sampai remaja.  Denni pernah mengasong berjualan jeruk dan duren di pasar saat SMA. Menciptakan sesuatu dan menghasilkan uang merupakan kebanggaan buat saya.  Saya ingin terus melakukannya.  Walau memiliki bakat entrepreneur, menurutnya kunci utama seorang pengusaha untuk  sukses adalah kerja keras.  Tidak mungkin sesuatu datang begitu saja tanpa kerja keras.

Jangan pernah mengharapkan hasil besar dengan usaha yang minimal. Jika ingin sukses, usahanya  harus maksimal.  Denny pun berpendapat, bakat yang hebat tidak menjamin orang akan sukses.  Harus didukung dengan knowledge dan kerja keras.  Jika bakat dan knowledge itu dikombinasikan dengan baik, Anda bisa menjadi seorang maestro.  Menurut Denni tidak ada kata terlambat atau pun terlalu cepat untuk menjadi seorang entrepreneur.  Saat paling tepat adalah mulai saat ini juga. “Just do it !! Lakukan sekarang, jangan hanya menjadi wacana.  Ia juga menyarankan, jika ragu melangkah menjadi entrepreneur karena takut akan resiko, bergaulah dengan orang-orang yang berani, maka keberanian itu akan tertular.  Carilah teman atau mentor yang tepat., atau bergaullah dengan orang yang bisa memberi motivasi. Dampaknya akan lebih hebat lagi.

Apa reaksi Anda saat melihat orang-orang yang berhasil di sekeliling kita?  Nampaknya ada dua kemungkinan yang biasanya terjadi, kita menjadi kecil hati dan memandang diri begitu kecil, atau sebaliknya kita menjadi terinspirasi untuk berusaha sekuat tenaga kita untuk bisa berhasil seperti mereka.

Untuk pilihan yang kedua, nampaknya hanya dikerjakan oleh segelintir orang saja.  Salah satunya adalah pria muda yang ramah dan energik ini, Chiat Peng, 34 tahun.  Ia adalah seorang tipikal pengusaha muda sukses ibukota yang menerapkan prinsip “bila dia bisa maka saya juga bisa” di dalam satu kegigihan dan kerja keras, bahkan dengan melihat orang-orang yang berhasil ia justru tertantang untuk melakukan hal yang sama.
Mengaku tidak memiliki prestasi yang demikian menonjol, tetapi satu inspirasi yang ia peroleh dari mereka yang ada di sekelilingnya telah membuat Chiat Peng memperoleh banyak kesempatan baik dalam hidupnya.  Salah satunya adalah saat ia menjadi staf pengajar di Universitas Tarumanagara. Saya tidak pernah terpikir untuk mengajar.  Dari sisi prestasi saya biasa-biasa saja, dari pengalaman mengajar, saya tidak punya apa-apa, akunya saat ia memulai karir mengajarnya sejak masih mahasiswa.  Ia juga terinspirasi oleh salah seorang dosen yang ia kagumi karena telah mengajar di masa mudanya, dan ternyata dosen ini juga yang mengajaknya ikut menjadi asisten pengajar hingga akhirnya terlibat menjadi salah satu pengajar di universitas swasta ternama ini.

Di tengah jalan, di kiri kanan banyak yang membuat saya lebih tertantang lagi.  Mereka kan juga makan nasi, saya juga makan nasi.  Kenapa dia bisa begitu, kok saya gak bisa?  Saya terinspirasi. Suatu hari, mungkin tidak setahun atau 2 tahun, saya bisa jadi seperti itu, saya bisa jadi seperti dia,” jelasnya menggambarkan bagaimana terinspirasi dan perasaan tertantang membawanya bekerja keras untuk mencapai seperti mereka yang berhasil di sekelilingnya.

Hal ini jugalah yang membawanya berangkat ke negeri Paman Sam untuk meraih gelar MBA.  Satu hal yang baginya tidak pernah dia impikan sebelumnya.  Untuk itu ia bersedia berjuang cukup keras, khususnya saat mengikuti test TOEFL yang ternyata harus dijalani berulang kali.  Ia harus mengatasi kejenuhan dalam mengulang mempelajari bahan yang sama beberapa kali, tetapi ia tetap persisten dan akhirnya berhasil melewatinya dan berhasil berangkat ke Amerika.

Sumber : wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar