Rabu, 12 Desember 2012

Bisnis Dewa Bakery


Tak satu pun manusia di dunia yang bisa menebak nasib hidupnya. Siapa mengira jika seorang Jarot Priyono kini telah menjadi pengusaha muda yang sukses. Usaha roti yang ditekuninya selama ini telah berkembang pesat, dengan omset puluhan juta rupiah per bulan. 

Pria 33 tahun ini memulai bisnisnya pada sekitar tahun 2000an. Saat itu dia masih berstatus karyawan pada sebuah perusahaan. Pergaulannya yang luas membuat dirinya belajar banyak tentang wirausaha. Dan Jarot pun memilih donat sebagai rintisan. Alasannya, karena donat selalu diminati kapan pun juga. Hanya bermodalkan sebuah mixer dan wajan serta kemauan tinggi, dirinya mulai coba – coba membuat donat secara otodidak. Berkali – kali gagal namun Jarot tak patah arang. Dia terus mencoba hingga menemukan komposisi adonan yang pas. Hasilnya dia bagikan ke tetangga, dan dia mendapatkan respon bagus.  

Berbekal rasa percaya diri, dia mulai menitipkan donat yang dia buat ke beberapa pasar di kota Semarang, seperti pasar Sampangan dan pasar Peterongan. Ketika itu, dia mesti cerdas mensiasati waktu dan tenaganya. Sebab, pagi sampai sore dia bekerja di kantor, dan malamnya dia membuat donat, dibantu Titi Wijayanti, sang istri. 

Setelah sekitar satu tahun menjalani, dan donat titipannya banyak diminati, dirinya kemudian mulai membuka kios di pasar, dia pun memiliki seorang karyawan untuk menjual dagangannya secara keliling. Seiring waktu berjalan, donat yang dia produksi semakin dikenal luas berkat cerita dari mulut ke mulut. Sehingga, tempat usahanya banyak disambangi salesman roti yang ingin memasarkan donat Jarot.  

Jarot sempat menghentikan bisnisnya ketika sang istri melahirkan, dan dilanjutkan kembali tahun 2003. Kali ini Jarot memberikan label usahanya dengan nama ‘Dewa Bakery’. ‘Dewa’ diambil dari nama putra semata wayangnya. Nama ini digunakan karena mudah diingat dan dikenal. Di bawah bendera Dewa Bakery yang beralamat di jalan Papandayan No. 6 Semarang, Jarot mulai melakukan pengembangan usaha. Dirinya kini tak lagi hanya fokus pada donat, namun merambah pada berbagai jenis roti, seperti roti tawar, roti vanila, coklat dan jenis lainnya. Dia pun terus memperkaya diri dengan mengikuti berbagai kursus memasak, demi menyempurnakan kualitas roti yang dia produksi. Titi sang istri pun mulai berperan penuh dalam proses produksi dan administrasi.  

Pelanggannya semakin luas, mulai rumah tangga hingga hotel berbintang. Wilayah pemasarannya pun tak cukup hanya di seputaran kota Semarang, namun melebar hingga Kendal dan Demak. Jarot pun kemudian memutuskan keluar dari perusahaan tempatnya bekerja, agar lebih fokus mengurus bisnisnya. Kini, Jarot tak hanya bermain di wilayah produksi, namun juga menerima pesanan snack kemasan dus untuk acara – acara besar. Pelanggannya mulai dari instansi pemerintah hingga biro perjalanan.  Keuntungan semakin besar diraup, sehingga mampu meningkatkan sisi permodalan. Jarot menambah mesin pemanggang (oven) menjadi dua buah serta alat – alat produksi lainnya. Dirinya juga menambah jumlah karyawan menjadi delapan. 

Semua orang yang sukses berwirausaha pasti tak pernah lepas dari cerita suka dan duka. Bagaimana mengawali usaha dengan jatuh bangun dan air mata. Namun dengan kegigihan dan semangat juang yang tinggi, rintangan apapun bisa ditaklukkan. Begitupun dengan Jarot. Pria lulusan Ekonomi Manajemen Universitas swasta ternama di Semarang ini masih ingat bagaimana dulu dia sama sekali tak memiliki modal dan keterampilan membuat roti. Namun itu bukan penghalang baginya. Tekadnya kuat. Dia terus belajar dan belajar. Kegagalan tak menjadikannya lemah dan menyerah. Dia terus bangkit dan kembali berjuang.  

Jarot juga bercerita bagaimana sedihnya sang istri ketika dagangan mereka dikembalikan karena tak laku terjual hingga 50%. Dan mereka pun mesti berpikir keras memutar otak, bagaimana caranya roti – roti itu tetap habis terjual. Atau ketika roti pesanan yang sudah jadi, tiba – tiba dibatalkan secara mendadak, padahal jumlahnya tak sedikit, sehingga Jarot dan istrinya mesti menderita kerugian besar. 

Perjuangan Jarot dan istri mulai menunjukkan hasil setelah 7 tahun berjalan. Dulu, mereka harus tinggal menyatu dengan dapur tempat mereka memproduksi roti. Namun sekarang, mereka boleh bernafas lega karena menempati rumah baru yang tenang, bersama Dewa putra mereka. Selain itu, dari bisnis roti ini Jarot juga telah berhasil membiayai Titi sang istri, menyelesaikan pendidikannya di jenjang Akademi. 

Kemauan adalah modal yang dibutuhkan jika seseorang ingin sukses. Hal itu telah dibuktikan oleh Jarot Priyono. Kemauan belajar, kemauan membuka diri terhadap informasi baru, kemauan berinovasi tanpa henti. Terus memutar otak menciptakan kreasi – kreasi baru, agar tak ditinggal lari pelanggan. Menjaga hubungan baik dengan para salesman juga diperlukan demi melanggengkan usaha. Selain itu, juga diperlukan kejelian membaca keinginan pasar dan pola persaingan. 

Dan yang paling utama tentunya adalah menjaga kualitas roti. Kualitas baik tak akan tercapai jika komponen utamanya tak mendukung. Sejak awal merintis usaha ini, Jarot telah jatuh hati pada tepung terigu Tali Emas produksi Sriboga Raturaya. Menurutnya, kualitas Tali Emas lebih stabil. Serat roti yang dihasilkan lebih halus, dan dengan komposisi yang sama, terigu Tali Emas mampu memberikan volume hasil yang lebih banyak.  

Jarot pernah bereksperimen menggunakan produk merk lain, namun hasilnya mengecewakan. Kini, setiap harinya Jarot menghabiskan kurang lebih 4 sak Tali Emas untuk memenuhi kebutuhan produksi. Jarot dan istrinya telah menemukan Kenyamanan berwirausaha bersama Sriboga dengan Tali Emasnya, dan berharap keuntungna lebih besar akan terus mereka raih.   

Sumber : sriboga-flourmill.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar