Kamis, 20 Desember 2012

Sukses Kreatif Tulang


Ketika menonton film mengenai suku-suku pedalaman, seringkali kita melihat aneka tulang belulang yang digunakan sebagai aksesori. Dimana hal tersebut terlihat sangat menjijikan dan mengerikan. Bagaimana mungkin tulang belulang dijadikan sebagai perangkat untuk mempercantik tubuh. Biasanya film-film tersebut terinspirasi dari suku pedalaman, yang menggunakan perangkat tulang hewan dan kayu sebagai aksesori. Misalnya saja pada suku dayak di pedalaman Kalimantan yang menggunakan gigi badak sebagai kalung. Hal itu seringkali dianggap sesuatu yang aneh oleh masyarakat kota.

Tapi jangan salah, buktinya gading gajah sering dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan aneka aksesori bagi masyarakat modern perkotaan, seperti gelang, anting, dan aksesori lainnya. Tidak hanya hasilnya yang sangat bagus, tapi harganya juga sangat mahal. Hal ini kemudian membuat gajah menjadi salah satu hewan langka yang seringkali diincar pemburu untuk diambil gadingnya. Sebagai pecinta hewan dan lingkungan, tentunya kita tidak ingin hal itu terjadi bukan? Padahal selain gading gajah, kita dapat memanfaatkan tulang belulang hewan lainnya untuk menjadi aksesori. Tentunya butuh kreativitas dalam membuatnya.

Sarah Dewi Beekmes adalah seorang pengusaha wanita yang berhasil mewujudkan kreativitas itu. Usahanya yang bergerak dalam bidang pembuatan aksesori, dalam produksinya memanfaatkan limbah tulang dan tanduk dari sapi dan kerbau yang tersedia di Indonesia. Usaha yang bernama Leginayba ini dibangunsejak tahun 2009. Untuk menghasilkan aksesori yang keren dan trandy, dalam produksinya Sarah menggunakan teknik dan desain unik dalam pengolahan tulang belulang tersebut. Pada awalnya, pasar yang dibidik Leginayba adalah Amerika Serikat dan Eropa. Di mana gaya etnik bukanlah hal yang aneh di negara tersebut, tetapi menjadi fashion unik yang disukai oleh anak muda.

Untuk bengkel produksinya, terdapat di Bali. Walaupun harus bolak-balik Jakarta – Bali, tapi hal itu tidak dianggap merugikan bagi wanita berdarah Bugis, Sulawesi Selatan ini. Baginya, di Bali itulah ia menemukan pengrajin dengan kualifikasi seperti yang diinginkannya.  Untuk bahan bakunya sendiri, didapatnya dari berbagai tempat pemotongan sapi di Jawa serta pemotongan kerbau di Lombok dan Nusa Tenggara Timur.  Dikarenakan murah, bahan baku tersebut dapat dibeli dengan jumlah yang besar. Dalam proses pembuatannya, sebelum dapat diolah jadi aksesori tanduk terlebih dahulu harus dipanaskan menggunakan tungku hingga menjadi lunak. Setelah lunak, tanduk baru dapat dipotong serta ditekan menjadi pipih. Apabila tanduk telah menyerupai ”lembaran”, bahan ini baru dapat dibentuk atau ditekuk sesuai dengan desain. Berbeda dengan pembuatan tulang yang dalam pengerjaannya langsung diukir menjadi bentuk yang diinginkan.

Keberhasilan Sarah dalam membidik pasar tidak lepas dari kejeliannya dalam mengamati tren perhiasan ramah lingkungan di Eropa dan AS, serta jaringan distribusi yang telah ada di negara tersebut. Untuk mencapai kesuksesan, baginya ada tiga hal penting yang harus dijaga, yaitu kualitas bagus dan terjaga, harga kompetitif, serta ketepatan waktu pengiriman. Untuk mendapatkan harga jual ekspor produk yang kompetitif, Leginayba memangkas mata rantai produksi dan distribusi yang menaikkan biaya.

Sebenarnya fokus penjualan leginayba adalah untuk komoditi ekspor, namun sejak September 2011. Di mana untuk penjualannya, Leginayba pun kini sudah menempati gerai di pusat perbelanjaan Sarinah dan Alun-alun Grand Indonesia, Jakarta, serta Sogo Nusa Dua di Bali.

Fahion dan Trend pada Produk LEGINAYBA

Adapun aneka aksesori nya terdiri dari bracelet, Earrings Ethnic, Earrings Tribal, Hair Accessories, Necklace Ethnic, Necklace Tribal, Plugs and Tunnel, serta Rings. Bentuk dan motifnya pun sangat unik dan menarik. Untuk produk yang paling banyak di pesan di Eropa dan AS adalah  anting-anting tribal (tribal earrings) serta aksesori rambut. Hal oitu dikarenakan Tribal earrings telah menjadi  tren di Eropa dan AS. Namun, saat ini banyak pula remaja Indonesia yang menggunakannya.

Mode anting tribal sendiri mulai disukai sejak dibuat dengan model fake gauge. Di mana bentuknya menyerupai anting tribal yang besar, tetapi pada bagian yang menembus ke daun telinga sebenarnya hanya merupakan sambungan kawat kecil yang menghubungkan dua bagian anting yang besar di depan dan belakang. Dahulu mode dengan anting tribal identik dengan gaya punk. tapi dengan adanya modifikasi yang tepat, membuat anting ini dapat digunakan dalam berbagai acara, seperti pengiring pada pesta perkawinan, bahkan untuk ke kantor.

Model dalam aksesori ini juga tidak hanya mengadaptasi mode berdasarkan selera punk. Akan tetapi, terdapat pula aneka aksesori dengan produk klasik, seperti tusuk konde dan sirkam yang masih menjadi trend terkini. bentuknya juga beraneka ragam dan sangat unik, seperti bentuk naga, oriental, burung, juga sulur dedaunan. Dalam perkembangan mode saat ini, tusuk konde tidak hanya dapat digunakan sebagai aksesori rambut saja, tetapi juga dapat digunakan sebagai pengunci simpul syal sebagai pelengkap busana yang sedang naik daun sekarang ini. Bila ingin melihat atau tertarik membeli aksesori ini, maka dapat dilihat model dan jenisnya www.leginayba.com. Nantinya kita akan dapat melihat dan memilih sendiri aneka aksesori dengan harga yang beragam.

Sumber : kabarukm.com

1 komentar: