Selasa, 18 Desember 2012

Pengusaha Galerry Seni


Setiap bulan Maret dan Oktober, ribuan orang membanjiri taman Battersea Park di London untuk menghadiri Affordable Art Fair, sebuah event seni yang diselenggarakan selama empat hari dimana para pengunjung bisa membeli karya seni original dengan harga yang sangat terjangkau.

Affordable Art Fair yang kini sudah memasuki tahun yang ke tujuh ini, adalah visi dari Will Ramsay yang bertekad untuk menemukan sebuah cara agar karya seni bisa lebih mudah diakses oleh orang-orang yang biasanya tidak mampu untuk membelinya.

Ramsay lahir dan dibesarkan di Scotland. Ketertarikannya pada dunia seni, dimulai saat pertama kali dia mempelajari seni dan sejarahnya di sekolah. Setelah lulus, dia mendaftar diri di Newcastle University untuk mempelajari geography, dan kemudian menghabiskan waktu selama lima tahun di bidang militer untuk bergabung dengan Royal Scots Dragoon Guards.

Meski berada di dunia militer, namun dunia seni masih terus membuatnya tertarik dan setelah memutuskan untuk meninggalkan dunia militer, dia mulai berkeliling London dengan sepedanya untuk mengunjungi gallery-gallery seni. Tapi dia menemukan bahwa sebuah gallery seni itu umumya adalah tempat-tempat yang menyeramkan dan seringkali dia mendapat sambutan yang dingin.

Dia mengatakan: 'Aku merasa bahwa aku tidak diterima atau dituntun atau dibantu agar bisa belajar lebih banyak. Ada rasa takut untuk memasuki sebuah gallery. Tidak ada orang lain disana dan anda bisa mendengar langkah kaki anda dilantai kayu dan anda akan merasa benar-benar sendirian. Aku merasa bahwa aku tidak diperlakukan sebagai calon konsumen yang layak untuk dilayani.'

Dia juga tidak menyukai cara gallery yang cuma menampilkan karya-karya seni dari satu seniman saja untuk satu waktu. Dia mengatakan: 'Aku rasa itu adalah hal yang aneh bahwa anda bisa mendatangi toko sepatu dan memilih berbagai jenis sepatu yang anda inginkan, tapi jika anda memasuki gallery dan tidak menyukai karya dari seniman yang sedang ditampilkan, maka anda akan pulang dengan perasaan kecewa.'

Sebelum meninggalkan militer, Ramsay memutuskan bahwa dia ingin membuka bisnisnya sendiri. Dalam suatu kunjungan ke Amerika, dia mencoba yoghurt beku dan terlintas idenya untuk menjual produk tersebut di Inggris. Dia mengatakan: 'Aku ingat pernah berpikir bahwa itu akan menjadi bisnis yang fantastik, dan merasa heran kenapa belum ada orang yang mencobanya di Inggris.'

Sampai suatu hari, tepanya di tahun 1994, dia mendapatkan ide besarnya. Terinspirasi oleh rasa cintanya yang mendalam terhadap dunia seni, dia memutuskan untuk membuka gallery milikinya sendiri. Gallery tersebut akan menampilkan karya-karya dari 15 seniman yang ada saat itu dan akan menjadi tempat dimana orang-orang bisa membeli karya seni yang terjangkau dengan atmosphere dan staff-staff yang bersahabat, serta diiringi musik sebagai latar belakangnya.

Model bisnisnya didasari oleh pasar anggur, dimana dia bisa melihat bahwa perusahaan-perusahaan misalnya Oddbins telah meraup keuntungan yang besar dengan membuat anggur bisa diakses dengan lebih mudah oleh calon konsumen. Ramsay mengatakan: 'Seni dan anggur itu mirip, karena kedua bidang tersebut membuat orang merasa harus mengetahuinya dan merasa malu jika tidak mengetahuinya.'

Tiga puluh tahun yang lalu, pasar anggur hanya mentargetkan orang-orang yang mengerti mengenai anggur dan tahu bahwa mereka harus menyimpannya di gudang bawah tanah. Tapi saat ini, pasar anggur telah berkembang dan menyebar ke populasi yang terdiri dari orang-orang yang ingin meminumnya tapi tidak tahu banyak mengenai anggur dan tidak ingin menyediakan budget yang besar untuk membelinya.'

Dia menambahkan: 'Oddbins and Majestic Wines telah berkembang dengan cara menambahkan label pada bagian belakang botol dan memberikan pelayanan yang bersahabat. Kupikir, hal yang sama juga mungkin bisa dilakukan dalam dunia seni.'

Terinspirasi oleh idenya ini, Ramsay membujuk pihak bank untuk memberikannya modal awal sebesar £100,000 dan menemukan sebuah gudang tua di Parson’s Green, South West London, untuk diubah menjadi sebuah gallery.

Kemudian dia mendatangi para seniman untuk mencari hasil karya yang bisa di tampilkan, karena sejak awal dia telah memutuskan bahwa gallerynya hanya akan menampilkan hasil karya dari seniman yang masih hidup sehingga hasil penjualannya bisa membantu seniman tersebut untuk mencukupi kebutuhannya. Dia menyebut gallerynya Will’s Art Warehouse.

Bulan-bulan pertama adalah masa-masa yang berat. Ramsay telah menghabiskan sebanyak £96,000 dari £100,000 sebelum bisnisnya mulai menghasilkan keuntungan, sementara dia tetap harus membayar angsuran. Namun untunglah, akhirnya bisnisnya bisa terselamatkan ketika dia menemukan bahwa dia bisa menghasilkan uang dengan cara menyewakan gallerynya untuk pesta pribadi setelah seorang teman menunjukkan bahwa itu adalah pasar yang potensial.

Akan tetapi sayang, dua idenya yang lain tidak berhasil. Ramsay membuka dua buah gallery lain di Notting Hill dan Windsor tapi tidak sukses, dan setelah enam bulan dia menutup keduanya.

Dia menjelaskan: 'Masalahnya terdapat pada stock. Kami harus memindahkan pameran dari satu gallery ke gallery lain, sehingga jika seorang konsumen mengatakan bahwa dia menyukai sebuah lukisan yang minggu lalu berada disana, maka untuk mengambilnya kembali akan membutuhkan waktu. Lalu, saat konsumen tersebut akhirnya datang kembali, mereka akan mengatakan bahwa ternyata mereka tidak terlalu menyukainya. Itu adalah sebuah mimpi buruk.'

Tapi Ramsey tetap yakin bahwa visinya untuk menjual karya seni yang terjangkau dengan suasana yang menyenangkan bisa diterapkan untuk konsumen yang lebih luas. Jadi, tujuh tahun yang lalu, dia mendapatkan ide untuk melakukan pekan raya seni tahunan dimana puluhan gallery bisa melakukan pameran di tempat yang sama.

Saat itu, setiap tahun sudah ada pekan raya untuk seni kontemporer yang berlokasi di London, tapi setiap kali Ramsay mendaftarkan diri untuk mengikuti pameran, dia selalu ditolak.

Bahkan yang lebih parah lagi, saat percobaan terakhir, mereka melakukan kesalahan dengan mengirimkannya beberapa transparenci seni milik sebuah gallery lain di Dublin. Itu membuatnya jadi berpikir.
Dia mengatakan: 'Transparencies tersebut begitu indah dan kupikir bahwa jika mereka menolak kualitas yang seperti ini, berati sudah jelas bahwa mereka mendapat begitu banyak aplikasi sehingga tidak bisa mengirimkan kembali gambar yang benar ke gallery asalnya.'

Dia juga bertanya kepada beberapa orang teman yang menghadiri pekan raya seni tersebut mengenai pendapat mereka. Dia mengatakan: 'Mereka mengatakan menyukainya tapi tidak mampu untuk membeli satupun karya seni yang ada di sana. Masalahnya adalah bahwa meski mereka ingin membelinya, namun tidak satupun lukisan yang menempelkan harga, dan satu-satunya lukisan yang berani mereka tanyakan mempunyai harga £20,000.’

Dia bertanya kepada beberapa pemilik gallery mengenai rencananya untuk membuka pekan raya seni yang tidak terasa mengintimidasi bagi orang-orang yang tidak terlalu memahami seni. Mereka mengatakan bahwa itu adalah sebuah ide yang bagus dan Ramsey mulai bekerja.

Dia mengatakan: 'Aku adalah orang yang sudah biasa mengorganisir berbagai hal. Di universitas aku biasa mengorganisir berbagai pesta. Aku menyukainya.'

Pada tahun 1999, Affordable Art Fair yang pertama diselenggarakan di London dan langsung sukses dengan menyertakan 87 gallery dan menghadirkan 10.000 pengunjung dengan penjualan yang mencapai £1 juta.

Saat ini, Ramsay telah mengorganisir dua Affordable Art Fairs per tahun di London dan juga di Bristol, New York, Sydney dan Melbourne. Dia juga berencana untuk melakukannya di Eropa dan Amerika. Sampai sejauh ini, Affordable Art Fairs yang diadakannya telah mampu menghasilkan penjualan karya seni yang mencapai lebih dari £50 juta, dan dikunjungi oleh lebih dari 250.000 orang dari seluruh dunia.

Dia menjelaskan: 'Dengan menggabungkan gallery-gallery kecil dalam satu tempat, itu menghilangkan rasa takut yang dimiliki orang-orang. Mereka tahu bahwa harganya akan berkisar di bawah £3,000 dan mereka akan berada dalam sebuah lingkungan dimana mereka tidak merasa sendirian.'

Dia menambahkan: 'Kami bersikeras untuk menempelkan harga pada setiap lukisan, memberikan demonstrasi dan penjelasan sehingga membuat orang-orang menjadi lebih mudah. Mereka bisa melihat 130 gallery dalam satu hari yang jika dalam keadaan normal mungkin akan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk mendatanginya satu persatu.'

Ramsay, yang saat ini menjalankan bisnisnya dari Scotland, merasa bahwa dengan tidak memiliki gelar di bidang seni, entah bagaimana itu telah benar-benar membantunya untuk menemukan visi bagi bisnisnya. Dia mengatakan: 'Itu mungkin karena aku memiliki sudut pandang dari orang yang tidak punya gelar sehingga aku bisa melihat potensinya. Jika aku punya gelar, maka aku mungkin akan merasa tahu semuanya dan merasa terpisah dari dunia seni, sehingga aku tidak bisa melihat peluang tersebut.'

Sekarang di usianya yang ke 41, dia mengatakan bahwa dengan menjadi seorang pengusaha, itu memberikan kebebasan baginya untuk mengatur hidupnya sendiri, dan dengan cara yang dia sukai.

Dia mengatakan: 'Aku tidak ingin bekerja di sebuah kantor yang berada di kota untuk selama 30 tahun. Aku ingin bisa bebas memilih dimana dan kapan aku ingin bekerja, dan bebas untuk mengubah arah yang aku inginkan, misalnya dengan pensiun awal atau mungkin melakukan kerja amal. Kita cuma punya satu kali kesempatan untuk hidup dan kita harus memanfaatkannya secara maksimal.'

Sumber : kisahpengusahasukses.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar