Selasa, 18 Desember 2012

Raja Mie Ayam dari Pelatihan BBC


Kisah sukses setiap orang pastinya memiliki perbedaan. Namun yang pasti ada penggalan kisah yang mengatakan bahwa sukses tersebut adalah hasil dari tekad untuk mau belajar. Seperti halnya Fahrudin, yang mengawali sukses dari tekadnya belajar di Bogasari Baking Center (BBC). Alhasil kini pria asli ”wong kito” Palembang ini memiliki 450 gerobak dan 3 outlet dengan merek Mi Ayam Barokah.

Sebelum belajar di BBC, Fahruddin memang sudah membuat mi secara manual, tak lama setelah krisis moneter melanda negeri ini tahun 1997. Produksinya semasa itu hanya sekitar 15 kg tepung terigu. Ia melakoninya bersama istri, mulai dari membuat hingga menjual. Setahun kemudian, ia dan beberapa temannya di Palembang mendapat tawaran pelatihan di BBC dari Dinas Koperasi Palembang. 

Pria kelahiran 14 April 1967 ini pun langsung tertarik. ”Apalagi saat itu saya tahu membuat mi hanya otodidak dan ingin rasanya berkembang,” kenang Fahrudin ketika itu. Bersama rombongan, Fahrudin pun berangkat ke Jakarta dan berlatih di BBC Tanjung Priuk. 

Di sela-sela pelatihan selama kurang lebih seminggu di BBC Tanjung Priuk, Fahrudin berkenalan dengan para pengrajin mi asal Jakarta yang tergabung dalam paguyuban Tunggal Rasa Jakarta. Ia pun terkesima melihat kepiawaian para pengrajin mi tersebut menggunakan peralatan mesin. Namun tak mau hanya kagum, Fahrudin pun semankin semangat belajar. 

”Saya benar-benar mendapat ilmu yang sangat berharga. Dan kami rombongan dari Palembang juga jadi tahu bagaimana gandum menjadi terigu lalu diolah menjadi mi. Sungguh pengalaman berharga seumur hidup saya dalam membuka usaha,” ucap Fahrudin yang sampai sekarang tak pernah berhenti belajar apalagi kalau dapat tawaran di BBC.

Seperti kata peribahasa ; Pucuk di cinta ulam pun tiba. Apa yang didapat Fahrudin ternyata lebih daripada apa yang diharapkan atau dicita-citakannya. Usai pelatihan, Fahrudin menjadi orang Palembang pertama yang berani membuka usaha mi yam. Meski di kala itu masih tumbuh pandangan negatif tentang mi dan kentalnya kebiasaan makan pempek di masyarakat Palembang. 

Bukan sekadar keberanian merintis, tapi hasil belajarnya di BBC amatlah berharga. Ayah dari 5 anak ini berhasil mengembangkan usahanya. Dari puluhan gerobak menjadi 450 gerobak yang tesebar di berbagai kota. Dari tidak punya outlet menjadi 3 outlet. Dari 1 pabrik, menjadi 5 pabrik yakni di Palembang, Prabumulih, Sekayu, Ogan Ilir, dan Muara Enim. Di kelima pabrik tersebut lah Fahrudin bersama karyawannya mengolah 40-45 sak tepung terigu atau rata-rata sekitar 1 ton terigu sehari. 

“Semua ini berkat pelajaran dari Bogasari lewat BBC. Makanya, anak pertama saya bernama Cakra Putra Pertama (diambil dari merek terigu Bogasari Cakra Kembar). Biar saya dan keluarga serta karyawan ingat terus bahwa sukses ini berawal dari pendidikan di Bogasari,” aku Fahrudin. 

Kegigihan dan tekad mau belajar, bahkan berbagi sukses dengan para karyawannya membuat Fahrudin kian dikenal. Karenanya di tahun 2003 suami dari Mulyati ini meraih penghargaan Siddha Karya atau Produktivitas Terbaik dari Departemen Tenaga Kerja. Ia juga pernah menjuarai lomba Pengrajin Mie yang diselenggarakan oleh Paguyuban Mie “Kempal” Palembang dan Bogasari.

Prinsip hidupnya adalah apa yang didapat akan ditularkan kepada siapa saja yang serius melakukan usaha. “ Karena saya pun dapat dari orang lain (red; BBC). Dan saya juga tak mau berhenti belajar. Makanya setiap ada edukasi dari BBC atau Bogasari pasti akan saya ikuti,” ucap Fahrudin. 

Sumber : bogasari.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar