Kamis, 20 Desember 2012

Javapuccino Bisnis Tanpa Kuliah


Ketiadaan biaya untuk kuliah rupanya membuka jalan bagi Muhammad Asmuikamuri (27) menjadi salah seorang pengusaha muda yang sukses. Dengan menyandang merek Javapuccino, ia berjualan minuman kopi. Kini ia telah “memiliki” 423 booth, 175 island (kios kecil), dan lima kafe.

“Omzet nya sih lumayan,” ujarnya tanpa mau menyebut angka. Namun, ia mencanangkan target keuntungannya Rp 2 juta/booth/bulan, Rp 5 juta/island/bulan, dan Rp 7 juta - Rp 10 juta/kafe/bulan. Kalau target itu tercapai di seluruh outlet dan semua oulet miliknya, ia akan mengantongi penghasilan bersih minimal Rp 1,7 miliar/bulan.

Tempat usahanya hanya berupa booth dengan konsep bongkar pasang. Modal awalnya hanya Rp 3 juta. Dari modal itu, diperuntukkan sewa tempat sebesar Rp 1 juta serta beli booth dan bahan sebanyak Rp 2 juta. Selama satu tahun pertama, ia terjun sendiri menj aga booth bersama teman kuliahnya yang ia bayar.

“Kebetulan outlet pertama saya di kampus dan lokasinya sangat strategis. Respons pasar bagus,” ungkap ayah seorang anak ini.

“Hasil jualan saya sehari sebanding dengan hasil saya mengajar satu minggu,” tambahnya. Sejak itu, kegiatan memberi les ditinggalkan dan fokus pada usaha Javapuccino.

Untuk mempromosikan usahanya, ia membuat blog dan melakukan promosi lewat media sosial.

Memang, sebagian besar outlet itu milik mitra usahanya. Namun dari kemitraan, ia mendapat ke- untungan berupa Tranchise fee” sebesar 30% dari nilai investasi kafe dan 40% dari nilai investasi booth dan island. Selanjutnya, ia mengantongi keuntungan 30 – 40% dari penjualan bahan baku kepada mitra.

Asmi, nama panggilan Muhammad Asmuika-muri, memulai usaha pada 2006 dengan menjual es teh sembari kuliah dan memberi les privat anak sekolah. Namun, usaha ini terhenti karena masalah merek. Februari tahu 2008, ia kemudian beralih ke bisnis minuman kopi dan mendaftarkan merek Javapuccino di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan lntelektual, Kementerian Hukum dan Hak Azazi Manusia Republik Indonesia.

Pada 2009, Asmi sudah mempunyai 26 booth Javapuccino. Sebagian besar miliknya, selebihnya milik orang-orang terdekatnya, seperti teman kuliah, saudara, dan dosen, sebagai mitra usahanya. Di tahun yang sama, konsep business opportunity mulai ia garap. Target pasar dipertajam, anak muda. Lokasi usahanya kantin sekolah, kampus, dan perkantoran. “L0kasi itu saya pilih karena tarif sewanya murah dan targctnya banyak,” jelasnya. Produk yang dijual pun ia tambah, tidak hanya kopi melainkan juga jelly drink, bubble drink, smoothies.

Mendapatkan kantin merupakan kesulitan yang paling ia rasakan. “Persaingan orang untuk bisa masuk kantin memang luar biasa,” tutumya.

Untuk mengatasinya, “Saya memberdayakan anak-anak kampus yang memiliki cukup waktu luang. Mereka yang cari lokasi, saya kasih fee sesuai target.”

Pada 2010 ia mulai mengarahkan bisnisnya ke konsep island. “Tahun 2010 ini merupakan puncak dari perkembangan usaha saya,” ungkap juara pertama Wirausaha Muda Mandiri 2010 ini.

Pada tahun yang sama ia juga menyelesaikan kuliahnya. Pada 2011 konsep island dan konsep kafe mulai ia jalankan. Hingga pertengahan 2012 sudah lima kafe yang beroperasi. Produk utama kafe yang ditawarkan tetap pada berupa kopi. Namun, ia juga memasukkan makanan dan snack Jawa dan Italia.

Sumber : kampungwirausaha.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar