Kamis, 20 Desember 2012

Tukang parkir Jadi Pengacara


Roda hidup manusia tidak selalu dibawah. Jauh sebelum sukses menjadi pengacara, Sunarno Edi Wibowo pernah berjuang menjajakan es kacang ijo, onde-onde, jemblem, dan pilus di sekitar Stasiun Wonokromo demi membiayai sekolahnya sendiri

Bowo panggilan akrabnya saat berkisah, saat itu dia masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Pembelinya para gelandangan yang tinggal di gerbong – gerbong kereta.

Sampai akhirnya ketika asyik melayani pembeli, datang polisi khusus (polsus) PT KA yang mengobrak para gelandangan ini.

Sedangkan gerbong yang biasa dipakai tempat tinggal di kandangkan. “Padahal, saat itu jualan saya ludes dimakan tapi belum dibayar semua. Itu pertama kali saya menangis sepanjang hidup saya.” aku pengacara yang juga dosen Fakultas Hukum Universitas Narotama, Surabaya itu.

Untuk melunasi utang ke si pembuat jajanan yang dijualnya, Bowo terpaksa menggadaikan baju ke seorang bernama Sinaga di daerah Wonokromo.

Selain berjualan, dia pernah menjadi tukang parkir dan sopir MPU jurusan Gubeng – Malang.

Selepas SMA, Bowo mendaftar sebagai PNS di Universitas Airlangga (Unair). Karena ijazah yang dipakai hanya SMP, Bowo hanya menjadi pembantu umum yang tugasnya membersihkan kantor dan menyediakan minuman untuk para dosen.

Saat itu Bowo tertarik pada seorang mahasiswi Fakultas Farmasi, ” Saya tidak ngaku kalau bekerja di sana, saya malu meski saat itu nyambi kuliah di Narotama.”paparnya.

Sampai akhirnya, ketika sedang membawakan teh untuk Prof Hamidah Sahab, tiba-tiba sang pujaan hati datang konsultasi proposal skripsi. “Saya dimarahi, katanya tidak becus buat teh. Saya malu sekali karena di depan perempuan itu,” akunya.

Kejadian itu membuat si cewek langsung kabur dan tidak mau bertemu Bowo kembali. Bowo memutuskan keluar dari PNS dan magang di Kantor Pengacara Purwanto SH. Kuliahnya di Narotama pun diselesaikan dalam waktu singkat hingga akhirnya dia resmi beracara.

Bowo cukup cerdik mengambil kasus-kasus yang menyita perhatian publik seperti kasus penyiraman air keras terhadap Siti Nurjazilah (Lisa) yang dilakukan suaminya, Mulyono, dan kasus narkoba yang menjerat artis Roy Martin.

Namun, suami Endang Susiani itu, tidak lupa dengan asal usulnya. Sejumlah orang dari kalangan bawah direkrut dan dikuliahkan untuk bisa menjadi pengacara. Ada penarik becak, penjual koran, preman, dan sopir berubah nasibnya karena uluran tangannya.

“Pada mereka saya hanya menekankan bahwa hidup adalah perjuangan, jadi kita sendiri harus bertanggung jawab dengan hidup kita sendiri,” tukasnya.


Sumber : forumnova.tabloidnova.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar