Selasa, 18 Desember 2012

Dibalik Sukses Tiki


Kepercayaan orang kepada kita adalah pekerjaan berat. Bila tak amanah, bisa jadi arang tercoreng di muka, dan orang takkan pernah percaya lagi dengan kita.”

Menjadi seorang pengusaha (entrepreneur) memang tak dapat dielakkan Darul Arief. Walaupun banyak yang dicita-citakan orang lain, apakah dokter, polisi, TNI, namun dirinya sedari dahulu tetap ingin menjadi seorang pengusaha. Dirinya merasa tertarik menekuni di dunia usaha, tak lain adalah akibat dorongan hatinya. Ditambah lagi, sejak kecil, dirinya sudah diajarkan berjualan oleh orang tuanya.

Walaupun orang tuanya tak berharap banyak, agar Darul menjadi seorang pengusaha, namun ajaran orang tuanya kepada Darul sejak kecil, secara tidak langsung menjadi didikan khusus hingga ia menjadi seorang penekun dunia usaha yang terbilang sukses. Ia sukses merintis dan membangkitkan jasa kurir Titipan Kilat (TIKI) di Riau.

Seiring air sungai mengalir dengan tertib, sama halnya ketertiban perjalanan hidup Darul enak kita simak. Selain menarik diteroka, ia juga penuh makna yang patut ditiru.

Lika liku kehidupannya kita simak dari pasca Darul Arief menyelesaiakan Sarjana Muda-nya di bidang Ilmu Hukum di Universitas Islam Riau (UIR) dan lalu melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara (USU), ia sempat bekerja sama dengan temanya, Rusdi Hamid (Travel Mitra Kencana) membuka cabang travel biro di Medan. 

Saat itu, ia diangkat jadi pengawai. Tak bertahan lama, Darul pun mengundurkan diri. Seperti yang ia prinsipkan, Darul tak pernah bercita-cita menjadi pegawai.

Merasa tak harus kaku dengan hidupnya, tanpa harus menamatkan dulu kuliahnya di USU, akhirnya Darul memutuskan untuk kembali ke kampung halaman, Padang, Sumatera Barat. Empat bulan setelah di Padang, Darul Arief mencoba mengasah potensi dirinya ke Lampung, Sumatera Selatan.

Di mana ubi dilempar, ia akan tumbuh juga. Tampaknya pepatah ini berlaku pada diri Darul. Di Lampung yang tak memiliki banyak sanak saudara pun ia memberanikan diri berwirausaha. Dengan membuat kopi hitam dan lalu ia membawanya ke Jakarta, adalah “uji keberuntungan” selanjutnya dilakukan Darul.

Usaha kopi ini dibantu oleh adik ibunya sebagai guru ngaji untuk dijual kepada jemaah ngajinya. Namun, akibat tidak memiliki cukup modal untuk berkembang, akhirnya Darul pun kembali lagi ke kampung halaman, Padang, Sumatera Barat dengan membawa mesin kopinya.

Di Padang, lagi-lagi ia berusaha membangkitkan usahanya dengan menjual kopi hitam. Dan lagi-lagi akibat keterbatas modal, ia pun harus “menyuntik mati” usaha kopi hitamnya. Cukup tragis.

Kenekatan Darul tidak terputus hingga cukup di sana saja. Ia kembali ke Medan, Sumatera Utara bersama temannya. Tak beberapa lama di Medan, karena temanya mempunyai abang ipar yang bekerja di Pekerjaan Umum di Aceh sebagai Kepala, akhirnya ia pun “mengekor”.

Sampai di sana, ia menjadi suplier dimodali oleh seorang warga keturunan Tionghoa. Tidak semudah yang dibayangkan, akibat banyak kendala dalam usahanya ini, ia pun lagi-lagi “menyuntik mati.”

Tak patah semangat, akhirnya Darul kembali ke Medan. Di Medan, Darul berjumpa dengan teman abangnya, Sunarno. Sunarno mengeluti usaha penitipan surat dan barang bernama TIKI Medan.

Sunarno menawarkan dirinya untuk membuka usaha serupa di Pekanbaru. Akibat motivasi yang diberikan Sunarno, Darul mendapat mandat untuk membuka TIKI di Pekanbaru pada 23 Maret 1973.

Kisah unik dan lucu yang ia alami saat menjalankan usaha penitipan ini, ketika Darul Arief sempat mendapat kiriman partai besar tujuan PT Agung. Akibat tidak memiliki kendaraan pribadi, dirinya mengantar barang itu dengan mengunakan bendi, atau gerobak yang dinahkodai oleh sapi atau kerbau. Menjadi bahan tertawaan oleh pihak PT Agung, itu pasti. Akibat tertawaan itulah Darul justru semakin bangkit.

Ia terus menjalankan usahanya dengan giat. Berdasarkan kepercayaan orang atas usahanya menitipkan barang untuk sampai ke tujuan, ia memanfaatkan kepercayaan orang kepada dirinya sebagai amanah.

“Kepercayaan orang kepada kita adalah pekerjaan berat. Bila tak amanah, bisa jadi arang tercoreng di muka, dan orang takkan pernah percaya lagi dengan kita,” petuahnya.

Dari sinilah karir usahanya dititi. Ketika awal mengangkut barang dengan bendi, lalu ia mulai merambah titipan konsumen dengan pesawat udara. Semakin maju dan menjadi perusahaan kurir ternama.

Walaupun sempat berpindah-pindah kantor pada saat itu, akhirnya memutuskan untuk membangun kantor tetap TIKI Pekanbaru di Jalan Teuku Umar hingga sekarang dengan banyak kantor cabang di Riau. Luar biasa!

Sumber : riaubisnis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar