Selasa, 25 Desember 2012

Merealisasikan Bisnis Telur Asin


Kisah kali ini adalah tentang pengalaman seorang pebisnis telur asin memulai usahanya. Ibu Pinik, pemilik merek telur asin EL ini memulai usaha telur asin rumahan karena terinspirasi dengan banyaknya peminat telur asin, namun masih sedikitnya pebisnis yang melirik bisnis ini, sementara bahan baku di daerahnya yaitu berupa telur bebek segar sangat berlimpah ruah. Walaupun sempat merasa ragu, akhirnya dengan berpikiran positif, ia mencoba merealisasikan bisnis telur asin ini.

Dimulai dari ide tersebut, akhirnya ia mencoba untuk membuat telur asin. Percobaan pertamanya gagal karena telur-telur itu menjadi terlalu asin dan kurang enak untuk di konsumsi. Setelah mengalami beberapa kali kegagalan, akhirnya ia berhasil juga menciptakan resep telur asinnya sendiri dan ia pun mulai memasarkan telur asin itu kepada teman-temannya dan keluarganya. Aspirasi teman dan keluarga yang menyukai telur asin buatannya tersebut membuatnya semakin bersemangat untuk terus mengembangkan bisnis telur asin ini.

Namun masalah baru muncul. Ia tidak pandai berjualan. Ia hanya bisa memproduksi telur-telur tersebut lalu menunggu teman atau keluarganya membeli telur-telur itu. Ia belum pernah mempunya pengalaman untuk berjualan. Padahal, jika ingin usaha telur asinnya ini berkembang ia harus memasarkan produknya secara luas.

Dari berbagai artikel, dari saran teman-teman dan keluarganya, maka ia harus mencoba menitipkan telur asin buatannya tersebut ke toko-toko kue dan ke depot-depot makan. Mungkin bagi orang yang terbiasa berjualan, hal ini sangatlah mudah. Tinggal membawa telur asin tersebut ke suatu toko atau depot makan, meminta pemilik toko atau depot tersebut menerima titipan telur-telur asin itu dan selesailah sudah.

Tapi apa yang dialami ibu Pinik ini jelaslah tidak semudah yang dibayangkannya. Pemilik toko yang pertama kali dikunjunginya menolak untuk dititipi telur asin itu dengan alasan produknya masih belum dikenal. Padahal ibu Pinik ini dengan rela memberikan bonus telur untuk dicicipi oleh pemilik toko. Begitu pula dengan depot makanan pertama yang dikunjunginya pun menolak karena menganggap telur asinnya itu belum tentu diminati oleh pengunjung depot tersebut. Hari pertama akhirnya dilalui dengan tangan hampa, tidak ada satupun toko dan depot yang dikunjunginya itu mau menerima titipan telur asin-telur asin itu.

Itu berlangsung selama beberapa hari, bahkan hampir dua minggu pertama ia tidak mendapatkan tempat untuk menitipkan produk telur asinnya tersebut. Putus asa? Jelas. Ibu Pinik nyaris putus asa akan usaha ini. Sempat di dalam pikirannya terlintas bahwa bisnis ini tidak akan dapat dipertahankan bahkan ia nyaris menghentikan pembuatan telur asin mengingat telur asin adalah produk makanan yang tidak akan dapat disimpan terlalu lama. Telur asin yang tanpa bahan pengawet hanya bisa bertahan sekitar dua hingga tiga minggu. Jika lebih dari itu, maka rasa dari telur asin itu akan sangat tidak enak dikonsumsi dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Dan jelas, telur seperti ini tidak akan bisa dijual dan harus dibuang.

Dalam keputusasaan, ia tetap berpikiran positif, bahwa suatu saat telur asin buatannya ini akan dikenal oleh masyarakat bahkan akan menjadi favorit. Tapi bagaimana hal itu bisa terjadi jika untuk menitipkan sepuluh butir telur asin ke suatu toko saja ia belum mampu?

Pikiran positif yang masih dimilikinya tersebut ternyata menjadi modal terbesar di dalam usaha yang sedang dirintisnya itu. Ia tetap berkeliling setiap hari untuk mencari toko atau depot yang mau menjualkan produk telurnya itu. Berbagai rencana pemasaran ia coba, target penjualan pun diturunkannya, dari toko makanan dan depot makan menjadi warung-warung kecil di pinggir jalan. Hingga akhirnya, ada sebuah warung kecil mau menerima titipan telur asin tersebut. Berawal dari sepuluh butir telur untuk seminggu. Bertambah menjadi dua puluh butir untuk seminggu hingga akhirnya, di satu warung itu, ia mampu menjual lima puluh butir seminggu.

Sejak itu, ibu Pinik berusaha untuk berpikiran positif, maka akan ada banyak jalan keluar yang bisa dicobanya. Pikiran positif membuatnya kebanjiran ide untuk mencoba berbagai peluang, pikiran positif membuatnya berani mencoba pangsa pasar yang mungkin tidak terduga, pikiran positif pula yang membangun kepercayaan diri untuk terus bangkit dan berusaha tanpa pantang menyerah.

Dari pengalaman ibu Pinik, pengusaha telur asin ini maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pikiran positif akan mampu membuat kita menghadapi berbagai masalah. Ketika kita berpikiran positif maka :

1. Tantangan Tak Lagi Menjadi Masalah
Saat kita berpikiran positif, kita akan melihat dari sudut pandang yang berbeda ketika tantangan menghadang jalan kita. Sudut pandang yang berbeda tersebut mampu membuat kita untuk lebih memikirkan solusi untuk mengatasinya daripada hanya mengeluh dan berputus asa seakan-akan kita telah tertimpa kemalangan tujuh turunan.

2. Menjadi Lebih Terbuka
Pikiran positif membuat kita menjadi orang yang sangat terbuka bagi lingkungan kita serta bagi orang-orang di sekitar kita. Kehidupan sosial kita menjadi sangat baik karena kita bisa menyesuaikan diri terhadap siapapun yang kita temui. Pikiran positif pula yang membuka pikiran, hati dan diri kita pribadi untuk menerima berbagai hal-hal baru yang akan mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik. Kita akan dengan senang hati menerima kritik atau saran yang bisa membantu kita untuk instropeksi diri dan kemudian bangkit dengan perkembangan diri yang jauh lebih baik. Dan hal ini sangat dibutuhkan untuk menjalankan bisnis apapun.

3. Terbiasa Menggunakan Bahasa Positif
Jika kita berpikiran positif maka kita akan terbiasa menggunakan kata-kata dan bahasa positif dalam lingkungan pergaulan kita. Sebuah bisnis sekecil apapun bisnis tersebut akan memiliki peluang menjadi bisnis yang besar jika dijalankan dengan banyak hal positif di dalamnya. Bahasa yang positif akan mampu menimbulkan semangat baik bagi pebisnis itu sendiri maupun bagi orang yang berinteraksi dengannya.

4. Berbahagia
Pikiran positif membuat kita menjadi lebih bahagia. Perasaan bahagia inilah yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis apapun. Dengan perasaan bahagia, kita mampu menghadapi berbagai masalah yang datang dalam perjalanan bisnis kita ini.

5. Lebih Banyak Bersyukur
Kita menjadi lebih banyak bersyukur atas apa yang kita miliki. Pikiran positif akan melatih kita untuk tidak membiarkan diri kita larut dalam keluh kesah akan sesuatu yang tidak kita miliki. Dengan banyak bersyukur maka akan lebih banyak lagi kondisi atau keadaan yang kelak akan datang untuk terus kita syukuri.

6. No Excuse
Pikiran positif mencegah kita untuk beralibi ketika diberi tanggung jawab atau tugas yang baru. Ia akan segera menjawab, “ Pasti bisa!”

Sumber : kabarukm.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar