Kamis, 13 Desember 2012

Pengusaha Apotek K-24


Menjadi pengusaha merupakan pilihan bagus namun cukup sulit. Terutama karena ada anggapan bahwa menjadi pegawai lebih baik. “Salah satu cara aman seorang karyawan menjadi pengusaha adalah dengan membeli franchise yang telah terbukti menguntungkan. Namun bila ingin lebih sukses dengan bisnis tersebut, terapkan pengalaman yang sesuai dari pekerjaan yang pernah digeluti. Itulah yang dilakukan M. Isnaeni dalam membesarkan Apotek K-24 miliknya. Apa saja yang ia lakukan?”

Setinggi apapun jabatan seorang karyawan dalam sebuah perusahaan, bila tiba waktunya pasti pensiun juga. Pun penghasilannya yang tinggi dengan fasilitas serba mewah, belum tentu punya banyak waktu menikmati hari-harinya seperti yang tengah dinikmati pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.

Namun sebagian karyawan tak menyadari kondisi ini karena sudah terlanjur berdiam pada zona yang dianggapnya nyaman itu. Namun tidak bagi M. Isnaeni. Saat karirnya mulai menuju puncak karena prestasi gemilang yang telah diraihnya sebagai kepala cabang di beberapa cabang Bank Mandiri wilayah Jakarta, ia justru mengundurkan diri untuk menjadi pengusaha.

“Karena saya berpikir kalau pensiun terus mau ngapain. Lagi pula, waktu saya sangat terbatas untuk hal lain yang bermakna ketika masih menjadi karyawan karena minta cuti saja susah,” tukasnya. Selain itu, penghasilan yang terhitung mencukupi dari jabatannya di bank tersebut, dinilainya hanya bisa menyenangkan diri sendiri dan keluarga.

Untuk itu, Isnaeni – begitu peraih 6 kali penghargaan dari Bank Mandiri ini disapa, memutuskan untuk menjadi pengusaha. Impian memiliki usaha sendiri telah lama didambakannya dan memutuskan untuk mempersiapkan terjun ke dunia bisnis Banyak teman-teman saya yang mengatakan saya gila waktu itu,” kisahnya. Namun tekad untuk mengubah kehidupan dengan menjadi pengusaha sudah bulat. Ia pun tak mau tergesa-gesa memulai usaha dari nol, tetapi lebih memilih untuk membeli bisnis franchise.

Menurutnya, sebagai pengusaha pemula, membeli bisnis franchise merupakan salah satu pilihan bijak. Pasalnya, daripada bersusah-susah dahulu dengan jatuh bangun membangun usaha, lebih baik menjalani bisnis yang sudah terbukti memberikan keuntungan karena sistemnya sudah teruji, mereknya sudah terkenal juga bisa menjadi media yang tepat untuk belajar berbisnis. “Ibarat kita ingin ke suatu tujuan tetapi sudah ada plang penunjuk arahnya, sudah tahu arah menuju sukses, ngapain belok ke kiri atau ke kanan lagi hanya untuk mencapai tujuan yang sama,” jelasnya.

Untuk itu tak tanggung-tanggung, ketika masih bekerja di Bank BUMN itu, dirinya mendirikan usaha franchise Apotek K24. Ia lalu mengambil lokasi di bilangan Jalan Pondok Kelapa Raya, Jakarta Timur tahun 2007 silam. “Saya sempat satu tahun paralelkan pekerjaan saya dengan bisnis Apotek ini. Dan setelah itu saya mengundurkan diri dan serius menggarap bisnis ini,” kata pria kelahiran Medan tahun 1965 ini.

Dikatakannya, dalam melayani pelanggan dirinya menambahkan konsep pelayanan sebagaimana pelayanan di bank. Penambahan konsep pelayanan seperti itu bukan berarti melenceng dari standart operation procedure (SOP) yang telah ditetapkan franchisor-nya. Untuk itu, sejak awal mendirikan apotek tersebut, Isnaeni melatih seluruh karyawannya agar bisa melayani semua pembeli layaknya pelayanan bank.

“Mulai dari cara menyapa pelanggan yang menelepon ke apotek, saya ajarkan cara-cara layaknya di bank, begitu pula bila ada pembeli yang datang langsung ke apotek saya ajari mereka menyapa pelanggan dengan sopan, ramah dan penuh senyum juga lebih banyak mendengar daripada bertanya bila ada pembeli yang datang,”jelas Isnaeni sedikit membuka trik membuat pelanggannya loyal.

Dan agar pelangganya tetap loyal, sejak awal banyak hal yang ia lakukan, seperti memastikan stok obat selalu tersedia sehingga setiap pengunjung yang datang bisa menemukan obat yang dibutuhkannya. Sistem delivery obat juga cepat bila ada konsumen yang memesan obat di sekitar lingkungan apotek tersebut. Pun dengan kualitas obat yang dijamin bila rusak bisa dikembalikan dan akan diganti secara gratis. “Jadi kita benar-benar ciptakan bisnis yang benar-benar bisnis, karena konsep dari apotek sekarang adalah adalah jasa bukan menjual. Jadi konsepnya saya ubah. Saya membuat bisnis modelnya itu adalah pelayanan,”kata alumni S2 Magister Manajemen Keuangan UGM, Yogyakarta ini.

Menurut Isnaeni, upaya jemput bola terhadap para pembeli juga giat dilakukan. Salah satunya adalah dengan mengikuti kegiatan berbagai komunitas di sekitar apoteknya. “Kami juga memiliki member card bagi pelanggan loyal yang saat ini jumlahnya lebih dari 500 orang. Kami juga berupaya mengingatkan para pelanggan kami yang mengkonsumsi obat secara rutin seperti para penderita diabet agar segera membeli obat bila stok obatnya hampir habis. Sebab kalau terlambat bisa berakibat fatal baginya,” ujar suami Chitra Satyawati ini. Selain itu, ia juga menyelenggarakan kegiatan edukasi kesehatan seperti kesehatan jantung koroner secara gratis bagi masyarakat sekitar.

Tak salah, bila kemudian apotek yang didirikannya itu langsung menuai omset besar dan berhasil balik modal jauh di atas tenggang waktu yang diprediksikan franchisor. Hal inilah yang membuat dirinya didapuk sebagai franchisee terbaik versi Asosiasi Franchise Indonesia (AFI). Ia pun semakin percaya diri sebagai pengusaha sehingga kemudian menambah 2 gerai apotek yang sama dan menjadi master lisensi dari TK Primagama wilayah Jawa Barat. Pengalaman sukses sebagai franchisee membuatnya kian yakin memulai usaha sendiri dengan mendirikan usaha Training Center khusus perbankan.

Sumber : cessee.com

4 komentar:

  1. Trims, Kisahnya sangat menginspirasi saya untuk segera membuka toko obat dengan Software Apotek Murah yang sudah saya siapkan

    BalasHapus
  2. smoga sukses&rejekinya ke saya salam kenal dr apotek profesor

    BalasHapus