Rabu, 23 Januari 2013

Sukses dengan Keyakinan Kuat


Keyakinan merupakan kunci utama seseorang ketika hendak terjun ke dunia usaha. Tanpa keyakinan sebuah usaha akan membentur ruang hampa. Nyaris kering dari kosakata optimis dan kesuksesan. Adalah Masyhari, pria kelahiran Demak (19 Juni tahun 1962) yang dengan apik telah menanamkan keyakinan berusaha dari sejak usia belia, 14 tahun. Baginya, keyakinan merupakan hal yang paling fundamental. Tanpa keyakinan, Masyhari mungkin sulit untuk beranjak dari bisnis yang dijalaninya di waktu masih kecil; berjualan air tawar, pembuat perahu atau beternak ayam kampung.

Titik tolak kesuksesan Masyhari mungkin bisa dikatakan dimulai sejak ia bertekad untuk mengadu nasib ke Jakarta selepas menyelesaikan pendidikan SMP. Di Jakarta ia hidup menumpang di salah satu rumah kontrakan bersama saudaranya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Masyhari terpaksa harus berjualan minyak tanah keliling. Sewaktu-waktu, untuk menambah penghasilan, Mashari juga berjualan koran dan buku-buku umum di perempatan Senen Jakarta.

Dari setiap penjualan minyak tanah, koran dan buku-buku tersebut ia sisihkan untuk ditabung. Hingga akhirnya, dari hasil tabungan tersebut ia dapat melanjutkan pendidikannya ke SMA. Meski disibukkan dengan berbagai mata pelajaran, insting bisnis Masyhari tidak kemudian redup. Sebaliknya, malah terang benderang.

Berbagai profesi pernah dilakoninya di masa-masa ini. mulai dari menjadi sales Asuransi Bumiputera, distributor buku pelajaran dan umum. Meski pendapatan dari sejumlah aktivitasnya tersebut sudah lebih dari cukup, namun Masyahari tak langsung berpuas diri. Ia merasa masih belum mendapatkan apa yang selama ini ia cari.

Akhirnya, pada suatu hari, saat istirahat sekolah, ia menemukan buku kusam berisi resep-resep pembuatan jamu tradisional. Dari situlah kemdian ia bertekad memiliki produk jamu sendiri. Bermodal sisa tabungan sebesar Rp 16 ribu, Masyahari memulai bisnis jamu tradisional. Ia pun segera membeli bahan-bahan dan mulai meraciknya sesuai petunjuk yang tertera dalam buku kusam tersebut.

Jamu hasil racikannya dijualnya ke sejumlah orang di sekitar rumah kontrakannya. Dan mendapatkan respon yang cukup baik. Para pelanggan mulai merasakan khasiat dari jamu hasil racikan Masyhari. Dengan srategi bisnis yang diterapkan, jamu hasil racikannya dapat dijual di sejumlah apotik.

Masyhari muda mulai menuai kesuksesan. Saat duduk di kelas 3 SMA, Masyhari sudah memiliki sejumlah karyawan yang bekerja di perusahan jamu miliknya. Masyahari sejenak dapat bernafas dengan lega, menghela nafas kesuksesan dan sesekali mereguk air kejayaan. Hingga akhirnya, petaka pun menimpanya; badan Pengawas Obat dan Makanan setempat mendapati jamu hasil racikan Masyhari sebagai jamu ilegal, karena tidak memiliki izin dan belum melewati sejumlah uji laboratorium. Mengetahui status jamunya tersebut, Masyhari syok bukan main. Sementara pihak BPPOM juga kaget, setelah mengetahui pemilik jamu tersebut adalah seorang anak muda yang masih duduk di bangku SMA.

Untuk sementara, usaha Masyhari harus ditutup. Dan semua jamu hasil produksi Masyhari harus segera ditarik dari peredaran. Para karyawan tertunduk lesu, karena kehilangan pekerjaannya. Masyhari dan karyawannya tak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya bisa pasrah dan menyerahkan sepenuhnya pada yang kuasa. Masyhari kembali memulai usahanya dari nol. Berbagai profesi ia jalani, hingga akhirnya ia menjadi sales barang elektronik. Dari pekerjaannya ini, ia dapat mengumpulkan uang sejumlah Rp 70 ribu perhari. Uang ini tentu saja sangat besar untuk ukuran saat itu, karena harga sepeda motor saja masih Rp 150 ribu perunit. Artinya, penghasilan Masyari kala itu sudah lebih dari cukup.

Dari situlah ia kembali memulai bisnis jamunya yang sempat terhenti. Kali ini fokus utama bisnis Masyahari bukanlah untuk mencapai target kapitaliasi dan perluasan bisnis, tapi lebih ditujukan untuk mendapatkan izin resmi dari BPPOM terlebih dahulu. Hingga pada akhirnya, dia berhasil mengumpulkan sejumlah uang, yang di kemudian hari ia gunakan untuk mendaftarkan produknya ke Badan POM  pada tahun 1997. Di tahun ini pula ia berani mendirikan perusahaan sendiri bernama PT Hari Fatma yang bergerak di bidang industri jamu di Jakarta.

Setelah banyak belajar dan tersandung berkali-kali, kini usaha jamunya melejit. Beberapa produknya telah dikenal oleh masyarakat, seperti jamu Djiwo, Jamu Khusus Pria JKP, serta Tsu Zhi. Produk-produk tersebut telah tersedia di berbagai apotik di seluruh Indonesia dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga Papua.

Tahun 2002 mashari melanjutkan pendidikan S2-nya di Universitas Borobudur Jakarta. Sambil kuliah dia juga tetap konsen dengan bisnisnya. Pada tahun 2005, dia mulai melakukan ekspansi bidang bisnis, yaitu pada tahun 2005 mendirikan perusahaan advertising bernama PT Harfa Media Komunika.

Dan tahun 2010 kembali melanjutkan pendidikan S3 di Universitas yang sama. Dan di tahun yang sama pula ia mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang tour and travel muslim dengan nama PT Harfa Hijau Wisata, dan perusahaan jamu yang berada di Cibitung dan Bekasi, yakni PT Dila Hijau Farma serta PT Rifa Hijau Farma.

Di tengah kesibukan bisnisnya, Masyhari aktif mengisi berbagai pelatihan dan seminar bisnis. Di lain hari ia juga terkadang mengisi ceramah dan motivasi bisnis islami. Di dunia pendidikan Masyhari menjadi pengajar S2 di sekolah Pasca Sarjana Univesitas Mpu Tantular Jakarta. Dari berbagai kegiatan inilah pada akhirnya Masyahari melahirkan sebuah buku yang terbit pada bulan April 2012 dengan judul “Jurus Kaya Orang Muslim.”

Sumber : jpmi.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar