Kamis, 10 Januari 2013

Customer Happy di Restoran


Membangun dan mengelola bisnis restoran membutuhkan perhatian penuh dari pemiliknya. Kecintaan terhadap pekerjaan menjadi pendorongnya. Kalau Anda berminat atau berencana membangun bisnis restoran, pastikan Anda memiliki passion dan mau terlibat langsung di dalamnya. Di samping itu, agar sukses berbisnis restoran, miliki juga strategi tepat dalam menjalankan usaha kuliner.

Kesuksesan Pitaya Phanphensophon, CEO Grup COCA (perusahaan kuliner asal Bangkok, Thailand), dalam mengembangkan restoran yang menyediakan hidangan Thailand modern, Mango Tree Bistro, di 60 negara, dapat menjadi salah satu inspirasinya. 

Pitaya mewarisi bisnis restoran keluarga yang terlah berdiri sejak 55 tahun silam. Pria yang suka memasak namun tak ingin disebut sebagai Chef ini merupakan generasi kedua restoran Mango Tree Bistro. Pitaya sendiri telah mengelola restoran sejak 23 tahun silam.

Rahasia sukses Pitaya adalah fokus membuat pelanggan happy sejak pertama kali datang ke restoran, saat menikmati suasana dan hidangan di dalamnya, hingga mereka pulang dengan hati senang.

”Anggap saja seperti mengundang teman makan di rumah, apa yang Anda harapkan dan akan dilakukan saat mengundang teman? Anda tentu ingin membuat mereka senang. Begitupun dengan restoran, buat pelanggan senang, mulai sejak mereka masuk restoran,” jelas Pitaya di sela pembukaan Mango Tree Bistro di Epicentrum Walk Kuningan, Jakarta, Jumat (3/11/2012).

Membuat pelanggan datang dan pulang dengan hati senang menjadi perhatian utama Pitaya dalam menjalankan bisnis restorannya. Untuk memastikan pelanggan puas dan senang, ia mengaku harus tegas membuat dan menjalankan aturan. 

Bapak empat anak yang mengaku mendapatkan pleasure dari memasak ini juga melatih dan mengontrol staf-stafnya dengan tegas, demi memastikan pelanggan senang.

”Pelanggan yang tidak happy tidak bisa ditoleransi. Kalau staf saya tidak bisa membuat pelanggan happy, lebih baik cari pekerjaan lain.

Harus ada peraturan dan batas yang jelas, yang tidak bisa dilanggar, agar staf bisa memahami tugas dan pekerjaannya,” jelasnya tegas.

Pitaya menegaskan pentingnya aturan main dalam mengelola sumber daya manusia dalam bisnis restoran. Ia memahami, setiap karyawannya akan datang ke kantor dengan masalah personal masing-masing. Namun baginya, begitu mulai bekerja, semua staf di restoran harus mampu membuat pelanggan senang, dengan pelayanan dan hidangan yang disajikan. Menurutnya, aturan yang jelas dalam bisnis restoran inilah yang menjadi kunci suksesnya mengelola karyawan dan mendapatkan pelanggan yang happy.

Selain manajemen yang baik, bisnis restoran bergantung pada kualitas makanan dan minuman.

Bagi Pitaya, penting untuk menghidangkan makanan dan minuman dengan tujuan.

”Apa pun yang disiapkan harus ada alasan di baliknya. Mengapa Anda menyajikan makanan tersebut, apa yang ingin disampikan oleh chef melalui masakannya. Saya punya tim untuk mengembangkan restoran, namun saya juga menganalisa setiap makanan yang disajikan,” jelas Pitaya.

Menurutnya, untuk menjalankan bisnis restoran atau bistro dengan minimal 50 staf, si pemilik bukan hanya perlu terlibat langsung namun mau bekerja kerasa dengan penuh kecintaan terhadap profesi.

”Saya bekerja 10 jam per hari. Setiap bangun tidur, sebelum mulai bekerja saya olahraga, untuk menjaga fisik dan agar tidak gemuk. Pekerjaan di bisnis restoran sangat banyak dan kita harus mencintai pekerjaan itu,” tuturnya.

Pitaya mengelola bisnis restoran melanjutkan usaha keluarga sepeninggal ayahnya, 30 tahun silam. Ia pun menerima tanggung jawab penuh yang diberikan kepadanya sepenuh hati. Pasalnya, pria yang menggemari fotografi ini telah akrab dengan bisnis restoran karena telah menjadi bagian darinya sejak belia.

”Saya memiliki restoran ini karena tradisi dalam keluarga China yang mewarisi bisnis kepada anaknya. Waktu kecil, saya bangun pagi untuk berangkat ke sekolah dan bapak saya pergi ke pasar. Saya tinggal di restoran,” ungkap pria 54 tahun yang berlatar belakang pendidikan ekonomi, lulusan sebuah universitas di Kanada.

Sukses melanjutkan bisnis restoran keluarga, Pitaya berencana pensiun tiga tahun ke depan. Tapi pensiun bagi Pitaya bukan berarti berhenti beraktivitas.

Ia ingin fokus menjadi konsultan, mengajar, menjalankan hobinya di bidang fotografi, menulis buku melanjutkan buku pertamanya.

Fokus berbisnis restoran telah menguras waktunya. Masa pensiun inilah yang akan dimanfaatkannya untuk menjalankan hobi juga traveling. “Saat berbisnis restoran tak ada waktu untuk hobi dan travel. Saya suka fotografi, menjadi fotografer amatir yang serius,” ungkapnya.

Meski memiliki bisnis restoran, dari empat anaknya tak ada satu pun yang diarahkannya untuk menjadi Chef. “Namun ada anak perempuan saya seorang nutrisionist,” ujarnya.  Seperti yang dilakukan orangtuanya,

Pitaya juga menyekolahkan anak-anaknya dengan pendidikan terbaik, di luar negeri. 

Meski tak memiliki latar belakang pendidikan yang terkait dengan kuliner, kebiasaan memasak dan makan bersama di rumah menjadi bekal utama Pitaya dan keluarganya dalam memahami bisnis kuliner. 

”Kami belajar memasak dari meja makan. Saya dan anak perempuan saya seringkali menganalisa makanan di meja makan. Meja makan bisa membangun bonding dalam keluarga, mengajarkan cara berkomunikasi yang baik saat harus mengomentari masakan istri saya misalnya. Di meja makan kita juga bisa belajar mengenai makanan,” jelasnya.

Dari meja makan inilah, Pitaya belajar memberikan hidangan terbaik bagi pelanggannya. Memastikan pelanggan restorannya mendapatkan suasana makan seperti di rumah, akrab, menyenangkan, sambil menyantap hidangan yang dinikmati bersama orang-orang terdekat. 

Suasana hangat dan momen bahagia ala rumahan inilah yang dibawa Pitaya dalam restorannya dan menjadikannya sukses menggaet pelanggan di kota besar di Bangkok, London, Dubai, Tokyo, dan Jakarta.

Sumber : jpmi.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar