Selasa, 29 Januari 2013

Buruh Pabrik jadi Juragan Sangkar Burung


Belajar dari kerasnya kehidupan dan sulitnya mendapatkan pekerjaan di Ibu Kota, dimanfaatkan Rusmiati dengan menekuni bisnis sangkar burung. Berkat kerja kerasnya, kini omzet bisnisnya mencapai Rp3 juta per hari.

Siapa sangka, wanita berpenampilan sederhana dan berkacamata tersebut adalah seorang pebisnis ulung.Jatuh bangun dan sulitnya mendapatkan pekerjaan di Jakarta telah dilaluinya dengan lapang dada. Kisah sukses wanita berdarah Betawi itu memang berliku.Karena untuk menggeluti bisnis sangkar burung yang telah memberikan penghasilan yang memadai, tidak didapatkannya dengan mudah.

Sebelum menggeluti bisnis sangkar burung di kawasan Pasar Burung Pramuka,Rusmiati adalah seorang buruh pabrik yang setiap hari bekerja dengan jadwal yang ketat. Pergi pagi dan menjelang malam,baru kembali pulang.Itu dijalaninya hingga bertahun-tahun. Lelah dengan kehidupan sebagai buruh pabrik, Rusmiati akhirnya mengundurkan diri. Dari tempatnya bekerja, Rusmiati mendapatkan pesangon sebesar Rp600.000. Dia bingung dengan kebutuhan yang harus dipenuhi, sedangkan uang yang ada hanya Rp600.000.Rusmiati pun mulai berpikir menggeluti bisnis. Dia memulainya dengan bisnis kecil-kecilan, yaitu berjualan pakan burung dengan gerobak dorong alias pedagang kaki lima.

Dengan dana pesangon yang dimilikinya, wanita kelahiran 1 Januari 1959 di Jakarta tersebut kemudian membeli pakan burung untuk modal awal berjualan. Pakan burung menjadi pilihannya karena rumahnya yang dekat dengan Pasar Burung Pramuka. Setiap hari, sejak mengundurkan diri sebagai buruh pabrik, Rusmiati mendorong gerobak jualannya menuju Pasar Pramuka. Selama bertahun- tahun lakon sebagai pedagang kaki lima dijalaninya dengan sabar.“Pernah ketika berjualan sebagai pedagang kaki lima, saya digusur dan ditangkap Kamtib.Semua jualan saya juga dibawa,” tutur Rusmiati disela-sela waktu berjualan di toko miliknya di kawasan Pasar Pramuka, Jakarta Timur. Beberapa kali digusur dan ditangkap Kamtib, sekarang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP),Rusmiati tidak pernah putus asa.

Barang-barang yang telah dibawa Kamtib ditebusnya. Setelah itu, ibu dari dua orang anak tersebut melanjutkan kembali berdagang kecil-kecilan dengan gerobak dorongnya. Berkat kesabaran dan ketelatenan menggeluti bisnis tersebut, Rusmiati dapat menabung dan mengumpulkan uang untuk menyewa sebuah kios. Dari kios tersebut, Rusmiati mengembangkan bisnisnya dengan berjualan sangkar burung. Berbagai jenis sangkar burung bisa dibeli di tokonya. “Waktu itu, pada tahun 1989 masih sepi. Orang yang berjualan sangkar burung hanya dua,saya dan satu lagi orang Padang,” ungkapnya. Ide berjualan sangkar burung pertama kali dilakukannya dengan menjual sangkar burung miliknya di rumah.

Ternyata peminatnya sangat besar. Itu membuat Rusmiati mulai mencari tempat produksi sangkar burung dan memesan khusus untuk mengisi kios miliknya. “Keuntungannya,lumayanlah. Karena satu hari kalau sedang ramai, kami bisa menjual sampai 10 sangkar burung,” paparnya. Harga sangkar burung yang dijual di kios miliknya, sangat bervariasi. Untuk sangkar burung jenis perkutut, Rusmiati mematoknya dengan harga Rp50.000–Rp400.000. Begitu pula dengan jenis sangkar burung seperti kenari,parkit,dan tekukur. Semakin besar dan semakin cantik desain sebuah sangkar, harganya pun semakin mahal.“Kalau yang benar benar bagus, sangkarnya bisa jutaan rupiah,”ujarnya.

Dari tahun ke tahun, bisnis sangkar burung yang digeluti Rusmiati semakin maju.Wanita berkulit sawo matang tersebut akhirnya bisa memenuhi semua kebutuhan rumah tangganya.Dia bisa membeli rumah sendiri, mobil, dan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Selain itu, Rusmiati juga bisa membeli sebuah toko di Bekasi. Rencananya, toko di Bekasi mau dijadikannya cabang toko sangkar burung.Namun, karena kesibukan di Pasar Burung Pramuka, Rusmiati akhirnya memutuskan toko tersebut dikontrakkan saja. “Dijadikan untuk investasi saja yang di Bekasi,” cetusnya. Dengan semakin lancarnya bisnis sangkar burung,Rusmiati mulai melirik bisnis kandang binatang lainnya. Sekarang di kios miliknya bisa ditemukan aneka kandang. Ini mulai dari kandang kucing, kandang anjing, hingga kandang hamster.

“Kadang ada saja yang datang ke kios kami untuk menawarkan kerjasama jual kandang. Karena peluangnya bagus,kami terima saja,”tutur-nya polos.

Selama menekuni bisnis sangkar burung dan memiliki kios sendiri,Rusmiati menga-ku tidak menemukan kendala berarti. Sejak memiliki kios sendiri, dirinya sudah tidak pernah ditangkap Satpol PP. “Kalau sekarang sudah enak.Kami tidak pernah dikejar-kejar lagi oleh keamanan,” tuturnya.

Tidak lari gunung dikejar, itulah moto Rusmiati dalam menggeluti bisnis sangkar burung di kawasan Pasar Burung Pramuka. Setelah memiliki kios sendiri, dirinya tidak mau ngoyo berusaha.

Karena menurutnya rezeki sudah ada yang mengatur, tinggal berusaha.Keyakinan itulah yang membuat Rusmiati tetap menekuni bisnis sangkar burung hingga bertahun-tahun. Dikatakan Rusmiati, jika masa-masa pasar sepi dan tidak banyak pembeli yang datang. Rusmiati tidak berkecil hati .Karena kios miliknya memilik pelanggan dari berbagai kota di Indonesia. Pelanggan biasanya datang dari Medan(Sumatera Utara),Padang (Sumatera Barat) dan Lampung.“Jadi kalaupun sepi pembeli di Jakarta,kita masih banyak langganan di daerah,”ujarnya.

Pelanggan yang datang, lanjutnya, bahkan membeli sangkar dan kandang hewan lainnya untuk dibawa ke daerah masing-masing. Setelah di daerah habis,maka pelanggan akan datang lagi dan membeli kembali di kiosnya.“Jadi kita tidak pernah khawatir tidak ada pembeli,”tegasnya.

Setelah berhasil menjaring pelanggan hingga ke daerah daerah, Rusmiati bukan tidak berminat untuk mencoba mengembangkan bisnis sangkar burung ke bisnis lainnya.Rusmiati bahkan pernah menekuni bisnis celana jeans untuk dipasok ke daerah-daerah khususnya Sumatera. Awalnya bisnis tersebut lancar dan memberikan keuntungan bagi dirinya dan keluarga. Namun ketika bisnis itu lancar dan sudah mendapatkan pasar tetapnya,Rusmiati ditipu oleh karyawannya sendiri.

Kerugian yang dideritanya bahkan mencapai Rp50 juta untuk satu kali pengiriman barang ke Sumatera. Setelah itu, Rusmiati memutuskan untuk tidak lagi menekuni bisnis celana jeans.Karena menurutnya rawan penipuan.

Sumber : habibmaulana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar