Kamis, 10 Januari 2013

Usaha Laundry dan Minimarket


Jatuh bangun dalam usaha tak luput dari kisah sukses seorang pengusaha. Hal itu juga dialami Albert Kanan, pengusaha sukses yang kini memiliki usaha laundry, minimarket hingga kuliner. Seperti apa kisah pengusaha yang juga kerap sebagai provokator wirausaha ini?

Salam Kanan, itulah salam yang sering meluncur dari mulut pengusaha yang bernama lengkap Albert Kanan ini. Salam itu bukan karena ia bernama “Kanan” tetapi, ia menyampaikan pesan bahwa kedasyatan otak kanan, membuatnya bisa mewujudkan segala impiannya menjadi nyata. Lantas, apakah Albert – begitu ia disapa, tiba-tiba bisa menjadi sesukses seperti saat ini?

“Sebelumnya saya membuka usaha komputer, transportasi hingga photography tetapi semuanya telah tutup,”demikian Albert menyebutkan semua usaha yang telah ia suntik mati itu sebab tak kunjung menguntungkan. Minimnya inovasi, kata Albert adalah penyebab utama usahanya gulung tikar.

Rangkaian kegagalan beruntun, itulah potret perjuangan Albert disaat awal kecebur menjadi pengusaha. Saking semangatnya saat itu, imbuh Albert, dirinya sampai-sampai menjual rumah tempat tinggalnya hanya untuk mendapatkan uang muka pembelian empat buah armada bus untuk usaha transportasinya.

“Tetapi akhirnya saya menutup usaha transportasi saya, sebab pemasukan dan pengeluaran di lapangan sangatlah tidak seimbang,” tukas Albert. Rumahnya telah tiada, uangnya kian lama terus menipis. Kondisi ini membuat Albert terpukul, tetapi ia tak putus  asa. Dia kembali berpikir untuk menjajal usaha lainnya.

Usaha laundry, itulah peluang yang dilihatnya sangat prospektif saat itu. Menurut Albert, di kota Yogyakarta di era tahun 2010 silam, usaha laundry sudah menjamur. Tetapi di Kota Solo masih sangat jarang. Ia pun membuka usaha laundry, tetapi persoalan baru muncul. Ia sudah tak memiliki modal, sebab semua uangnya telah habis terpakai pada usaha-usahanya yang telah bangkrut.

Jurus the power of kepepet akhirnya muncul secara alami dari dirinya. “Usaha laundry saya mulai dengan modal awal pinjam mesin cuci milik ibu saya,” cerita Albert. Tak berhenti sampai di situ. Pekerjaan yang masih asing dilakukannya mulai dijalankan. Ia mulai keliling sekitar tempat tinggal ibunya mencari pelanggan. Ia melakukan semua jasa cucinya di rumahnya.

Uang hasil jasa cuciannya itu, akhirnya terkumpul untuk menyewa tempat. Alhasil, modalnya pun sudah cukup untuk membeli berbagai mesin laundry. Mulailah ia membuka outlet laundry sesungguhnya dengan nama CECE KARINA Laundry & Chemical. Selain jasa laundry, ia juga menjual chemical laundry.

Memanfaatkan situasi kesibukan banyak orang, itulah peluang awal yang dibidik Albert sebelum memulai usaha laundry. “Bisnis laundry adalah bisnis yang dikenal tak pernah mengalami yang namanya kadaluarsa dan saya ingin membuka peluang usaha yang dapat menyerap banyak tenaga kerja,” lanjut Albert. Kendati, belum banyak pesaing, ia memiliki keunggulan dibandingkan usaha laundry lainnya

CECE KARINA Laundry & Chemical merupakan waralaba laundry paling prospektif

“Keunggulan usaha laundry saya adalah parfum aroma terapi yang tidak ada di laundry manapun,” ujarnya. Selain itu, kata dia, ia memberi garansi cuci gratis bila hasil cucian kurang bagus. Alhasil, usahanya pun berkembang pesat. Kini ia telah memiliki 2 outlet laundry milik sendiri dan 11 outlet milik mitra yang terseber di berbagai kota, seperti di Makassar, Kalimantan, Batam, Jakarta, Yogyakarta dan Solo.

Untuk menjadi mitra laundry, investasinya bisa dibilang terjangkau dibanding usaha laundry lainnya, yakni sebesar Rp13 juta. “Mitra akan mendapatkan mesin cuci, mesin pengering, chemical, dan lain-lain,” katanya. Sementara, jangka waktu menjadi mitranya selama 5 tahun, dengan perkiraan balik modal hanya dalam waktu 1 tahun saja.

Sementara itu, Albert tak mensyaratkan royalty fee bagi mitranya. “Tetapi kami akan selalu melakukan kontrol untuk usaha tersebut setiap bulannya untuk melihat maju dan mundurnya mitra, agar kami juga bisa memberikan strategi pemasaran agar usaha tersebut bisa maju,” lanjut Albert mengimbuhkan, persyaratan lain adalah yang paling penting mitra memiliki tekad untuk maju, menyediakan tempat dan bersedia mengikuti training yang diberikannya.

Albert ternyata merupakan  seorang pengusaha sejati. Di semua lini, nyaris ia kuasai. “Kalo minimarket sebagai konsultan saja membantu mengemas dan melakukan mendampingi para klien untuk mendirikan dan menjalankan usaha minimarket dari persiapan barang, dagangan, operasional hingga sistem operasi,” tuturnya.

Albert  memulai usaha jasa konsultan sejak tahun  2008  silam dan telah menangani tak sedikit pemilik minimarket di berbagai daerah di Indonesia. “Keunggulan yang saya tawarkan adalah keuntungan minimarket 100% adalah hak pemilik, keunggulan dari minimarket yang saya buat adalah dengan survey lapangan dan tiap daerah akan menyesuaikan,” imbuhnya.

Sementara, jangka waktu yang diperlukan untuk mendirikan sebuah usaha minimarket, lanjut Albert adalah selama 2 hingga 3 bulan saja. “Yang pasti dari awal pendirian hingga usaha berjalan kami akan dampingi,” ujarnya. Menurut dia, biaya untuk pendirian minimarket yang perlu disiapkan pengusaha berkisar dari Rp 200 hingga Rp400 juta. .

Menurutnya, bagi pengusaha pemula tak ada salahnya mendirikan usaha minimarket sendiri ketimbang membeli franchise minimarket. Apa pasal? Bila membeli franchise, berarti franchisee akan mengeluarkan biaya untuk franchisor. Sementara bila milik sendiri berarti keuntungan 100% diambil pemiliknya. Bahkan suatu waktu, usaha minimarketnya bisa difranchisekan juga.

Menurut Albert, baik usaha laundry mau pun minimarket semuanya berprospek melahirkan keuntungan besar. “Usaha minimarket adalah sebuah usaha yang tahan krisis dan memiliki nilai yang mengikuti inflasi,” lanjut Albert.

Sumber : jpmi.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar